22. Act 2

3.1K 398 265
                                    


Siapa yang nungguin momen Ceilo dan Nara berduaan?? Chapter kali ini cukup panjang dan spesial ya buat Ilonara. Jangan lupa vote dan komennya wokayyy?

Ps. 500 vote + 250 komen baru lanjut next chapter ya!

Happy Reading!

Untuk keluar dari shelter Darvel yang gelap dan memuakkan itu Nara perlu puluhan langkah, melewati lorong dan beberapa ruang kelas tapi selama itu juga Ceilo terus mengikutinya di belakang. Cowok itu tidak mengatakan apapun tapi mendengar langkahnya yang seirama dengannya di tengah sepinya sekolah - dikarenakan tidak ada aktivitas lagi membuat Nara jengkel sekaligus takut. Ia takut Ceilo akan melakukan sesuatu di luar nalar seperti waktu itu.

Tak tahan akan situasi yang aneh dan canggung Nara pun bersuara, "Mau sampai kapan lo ngelakuin itu?"

Ceilo mengangkat alisnya, "Apa yang gue lakuin?" Dia balik bertanya.

Nara mendesah pelan. Energinya habis, ia terlampau lelah meladeni cowok ini setelah meladeni drama gila para kawanan gengnya itu. "Lo mengekori seseorang, tanpa bicara apa apa? Jalan masih luas, Ceilo." Jawab Nara.

Ceilo maju dua langkah dan Nara mundur satu langkah. Tidak seimbang - pada akhirnya Nara berhadapan hanya tinggal beberapa inci dari cowok itu. Gadis itu terlihat waspada dan Ceilo menyeringai di depannya.

"Tenang. Gue gaakan gigit," Ujar Ceilo. "Lo perlu sampai rumah dengan selamat."

"Lalu? Gue bisa sendiri kalau cuma itu." Nara menghela napas dan mundur tiga langkah. "Diam, jangan bergerak. Tetap di tempat lo." Ia bertitah dengan tatapan tajam.

Ceilo menuruti perintahnya. Saat ini Nara memasuki ruang kelasnya dan mengambil barang barangnya yang tertinggal. Ia bersyukur meskipun sedikit basah dan berserakan ia menemukan disenfektan tergeletak tak jauh dari tasnya. Nara menyemprotkan satu persatu pada barang barangnya dan memasukkannya ke dalam tas.

Nara membulatkan mata ketika sepasang tangan mengangkatnya dan merampas tasnya. "Apa yang -"

"Siapa orangnya?"

Nara memandang Ceilo datar, "Bukannya gue bilang lo tetap diam di tempat?"

Ceilo memandang gadis dalam pelukannya itu lalu mendecak pelan. "Siapa yang ngelakuin ini?" Tanyanya tak sabaran.

"Kenapa? Lo mau buat perhitungan dan buat gue hampir mati di toilet sendirian lagi?" Nara berbisik lembut tapi menusuk di telinga Ceilo.

"Lo tuli? Gue tanya siapa yang ngelakuin ini ke lo, Nara?" Ceilo mengulang ucapannya dengan dingin.

Nara memutar bola matanya, ya, semua orang bisa melihat siapa saja yang membully dirinya tapi kenapa manusia gila ini tidak bisa ya?

"Kenapa gue harus bilang ke lo? Ga penting-ah sakit!" Nara meringis saat Ceilo meremas kencang pahanya dan menatapnya semakin tajam. "Lepasin gue, lo gila ya? Ceilo! Sakit!" Gadis itu meronta saat Ceilo semakin kencang meremas pahanya tanpa perasaan layaknya benda mati.

"Siapa namanya, Nara?"

"Ceilo please, gue - gue mual, Ceilo." Nara meringis sembari menutup mulutnya.

Ya, sesuai yang diharapkan, Nara muntah. Muntah di baju seragam Ceilo. Gadis itu tidak dapat berkata apa apa. Dia terlihat shock dan pucat.

"Masih gamau bilang?" Tanya Ceilo lagi, dia gemas sekaligus kesal.

Nara menggeleng pelan. Saat ini Nara begitu lemas dan tidak tahu kenapa ia merasakan gejolak aneh di sekujur tubuhnya bahkan di dalam pikirannya. "Ceilo, ayo pulang. Gue mau pulang." Pinta Nara, ia menggengam lengan seragam Ceilo dengan erat.

PrivilegesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang