Ollaaa! Chapter kali ini panjangg hampir 1.700 kata, jadii jangan jadi siders yaaa sayangku
😉🤩Happy Reading!
Pagi sudah menjelang dan kekacauan yang semalam terjadi sudah Ceilo bersihkan. Cowok itu sedang mengeringkan rambutnya dan tubuhnya hanya mengenakan celana pendek. Ya, Ceilo memang terbiasa tampil wangi dan bersih ketika akan sekolah. Ia jauh dari kata urakan alias anak baik baik meskipun kelakuannya, jelas urakan dan bandel.
Nara belum bangun. Gadis itu masih bergelung di dalam selimut ranjang Ceilo, mereka tidak melakukan hal yang macam-macam ya, mungkin. Nara tidur sangat nyenyak karena ia kelelahan mengamuk dan menangis.
Bahkan saat Ceilo mengelus surai rambutnya, Nara bahkan tidak melotot dan menepis tangannya dengan kasar namun justru menggeliat dan mencari posisi lebih nyaman.
Ceilo terkekeh pelan. Nara sangat cantik meskipun habis menangis semalaman. Ceilo jadi paham kenapa Nara memilih memanjangkan rambut hingga poninya menutup seluruh fitur wajahnya—sepertinya gadis itu sadar ia bisa membuat satu sekolah gempar.
Karena Nara sangat mempesona, keputusannya sangat tepat dan Ceilo agak menyesal karena Nara memotong rambutnya menjadi pendek.
Walaupun alasan Nara berbanding terbalik dengan yang dipikirkan manusia yang terlalu tergila-gila pada Nara itu.
Selesai mengeringkan rambutnya, Ceilo membuka laci dan mengeluarkan tabir surya — kakaknya yang meracuni Ceilo memakai itu setiap hari alhasil ini menjadi rutinitas Ceilo. Ya, itu terbukti karena wajahnya jadi terawat dan ia tidak pernah terkena sunburn seperti Arash atau Belvan.
Ceilo menyugar rambutnya dengan lembut dan memakai dasinya. Kini ia siap berangkat sekolah dengan tampilan good boy palsu itu.
"Sleep well, cara mia." Pamitnya sembari sekali lagi mengusak lembut rambut Nara dan menghadiahinya kecupan ringan di kening.
Ceilo benar benar berada dalam mood yang bagus hari ini hanya karena kehadiran Nara di apartemennya.
Tapi, siapa sangka kalau Nara sudah bangun dari jam lima pagi itu menyaksikan semuanya. Mulai dari Ceilo yang bersiap siap, mengucap sebaris kalimat itu sampai keluar apartemennya ini.
"Cara mia? Cih, jangan bercanda, sialan." Desisnya sembari menendang selimut dan mulai bergerak.
Nara harus keluar dari apartemen ini dengan cara apapun, termasuk dengan dua cara berbahaya yang terlintas dalam benaknya.
oOo
"Lo, Ceilo. Ceilo!" Suara bariton Regaza menggema memanggil namanya. Ceilo menoleh dan melihat wajah masam sahabatnya itu.
"Lo mau beli apaan? Itu ibu kantin udah nungguin jawaban lo dari tadi." Kata Regaza.
Ceilo tersenyum simpul, "Satu cola sama nasi goreng." Jawabnya pada seorang wanita paruh baya di sampingnya.
"Baik ditunggu ya makanan dan minumannya dek," Wanita itu berlalu sembari membawa nampan makanan kembali ke tempat ia berjualan.
Ceilo lupa bahwa mereka di kantin sekarang. Jam istirahat sedang berlangsung di Nusa Pelita dan kantin begitu ramai dengan aktivitas makan siang para siswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Privileges
Teen FictionAlara Innara itu anti sosial. Makan, tidur dan kuota internet membuatnya tetap hidup meskipun dunia memandangnya sebelah mata. Namun secara tidak langsung hal tersebut menarik perhatian Ceilo Alastair - si nomor satu, Ketua geng Darvel. Seperti air...