Bagaimana bisa aku menerima semua ini setelah ratusan penolakan darimu?Mahesa tak bisa mengalihkan tatapannya sedikit pun dari sosok Nara yang tengah menekan bola kapas basah pada luka gores karena cakaran kucing di kakinya.
"Cih," Mahesa berdecih melihat tangan itu terus gemetar. Ia jengkel karena ingin segera merebut bola kapas itu dari tangan adiknya atas dasar dorongan perasaan.
Tapi Bisma tahu, Mahesa tidak akan mampu jadi Bisma terkekeh bagai manusia yang baru mendapat hiburan konyol.
"Lengan jaket lo kepanjangan. Kayaknya jaketnya kelewat oversize." ucap Jodi. Jaket yang dikenakan Nara hari itu lumayan membuatnya terlihat tenggelam.
Nara menghentikan kegiatannya lalu mengangguk. "Besok bakal dikembalikan ke pemiliknya." sahutnya.
"Pemiliknya?" tanya Mahesa dengan alis terangkat. "Semalem lo nginep di tempat cowok, Nara?"
"Kenapa?" Nara bertanya sembari kembali menekan bola kapas pada lukanya alih alih menatap Mahesa seperti dia melihat Jodi sebelumnya. Dia malas, karena Mahesa tidak pernah bisa diajak bicara baik baik.
Mahesa yang mudah tersulut emosi pun mengertakkan gigi. "Lo tanya kenapa?! Itu cowok dan lo nginep di tempatnya semaleman?!"
"Gue ga ngelakuin hal negatif." ucap Nara sembari menghela napas, lelah. Sudah dia duga akan begini.
"Lo gaakan pernah tau! Lo kan tidur!"
Nara akhirnya berhenti. Ia mendongak dan menatap Mahesa yang melihatnya seperti orang terhanyut emosi. "Apa lo liat gue seperti korban pemerkosaan? Atau lo liat gue sebagai orang yang menikmati hubungan satu malam, Mahesa?"
"Apa?" desis Mahesa.
"Kalau pun gue buka jaket ini bahkan baju gue dan nunjukin ke lo apa lo bakal percaya?" Nara berucap lurus. "Ada bekasnya maupun ga, lo akan tetap percaya pemikiran lo. Bukan gue."
Raden, Jodi bahkan Bondan yang biasanya tak pernah terlalu memikirkan masalah orang lain pun dibuat kaku.
"Jadi pikir aja sesuka lo. Gue ga peduli."
Mahesa mengepalkan tangannya dan memalingkan wajahnya. Nara tak lagi membuka suara sampai mengambil plester dari Bisma yang disodorkan padanya.
"Mau minum kopi?" tawar Bisma. Nara diam dan Bisma kembali menawarkan sesuatu, "Atau teh?"
Setahu Bondan, ketua mereka — Bisma paling tidak suka basa basi. Tapi kenapa Bisma melakukan hal itu sekarang ya? Apalagi Nara tak merespon, Bondan jadi ingin tertawa.
"Penolakan pertama setelah ratusan rayuan maut buaya betina." celetuk Bondan, iseng.
Bisma menajamkan tatapan pada Bondan dan kembali tersenyum tipis pada Nara. Seolah berkata akan membuat perhitungan pada sahabatnya itu.
"Kalau tidak keberatan, air dingin aja, Bisma." jawab Nara.
Jelas tidak. Air dingin lebih praktis dibanding teh ataupun kopi jadi Bisma mengangguk dan segera menuju kulkas dan mengambil sebotol air mineral.
KAMU SEDANG MEMBACA
Privileges
Novela JuvenilAlara Innara itu anti sosial. Makan, tidur dan kuota internet membuatnya tetap hidup meskipun dunia memandangnya sebelah mata. Namun secara tidak langsung hal tersebut menarik perhatian Ceilo Alastair - si nomor satu, Ketua geng Darvel. Seperti air...