"Kamu sakit?"
"Nggak, kok."
Aull menyiapkan sarapan Alwan dan menatanya rapih di atas meja makan. Tidak seperti biasanya, Alwan merasa ada yang beda dengan sikap Aull.
Gadis itu tiba-tiba saja tidak berbicara padahal biasanya setiap pagi mereka selalu beradu mulut untuk mendebatkan hal yang tidak penting.
Alwan juga menyadari Aull yang terlihat pucat dari biasanya, Aull bahkan tidak memakai baju babysitternya juga seperti biasa. Mungkin gadis itu lupa.
Setelah selesai menyiapkan makanan untuk Alwan, Aull permisi untuk ke kamarnya. Lagi-lagi tidak seperti biasa pula, biasanya mereka akan sarapan bersama tapi sekarang Alwan malah makan sendirian.
Alwan sempat berfikir, mungkin Aull sedang tidak enak badan karena kelelahan semalam, jadi dia maklumi saja. Toh, bukan urusannya juga.
Alwan segera menyantap sarapan paginya dengan santai. Pagi ini dia tidak terlalu buru-buru untuk ke kantor karena kemarin dia sudah menyelesaikan beberapa pekerjaannya lebih cepat.
Setelah beberapa menit menghabiskan sarapannya dalam keheningan yang entah kenapa terasa ada yang kurang itu. Alwan baru saja bersiap untuk segera berangkat. Tapi entah kenapa dia malah kepikiran Aull yang tidak muncul lagi dari kamarnya.
Beberapa saat lalu Alwan memang berfikir bahwa ini bukan urusannya, tapi bohong jika dia tidak penasaran dengan apa yang sedang Aull lakukan di kamar.
Bahkan tanpa sadar, kini dia sudah berdiri di depan kamar gadis itu. Ingin masuk namun ragu, sempat berfikir lagi untuk pergi saja. Tapi hatinya seolah menyuruhnya untuk masuk.
Setelah berdebat dengan pikirannya sendiri, akhirnya Alwan menarik gagang pintu dan membukanya perlahan. Matanya mengintip sedikit karena takut-takut Aull sedang melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dia lihat.
Namun, yang dia lihat ternyata jauh dari pikirannya. Aull, gadis itu tengah berbaring di kasurnya sambil meringkuk menutup tubuhnya dengan selimut.
Alwan mengernyit, tubuhnya secara otomatis berjalan masuk ke dalam untuk melihat lebih dekat.
"Aull?" panggilnya pelan. Aull yang mendengar suara Alwan pun terkejut lalu segera bangun dari tidurnya.
"Eh, Pak. Maaf, ya, saya ketiduran. Sarapannya udah selesai? Bapak mau berangkat sekarang? Biar saya anter ke depan, ya." Aull beranjak dari tempat tidurnya, tapi tiba-tiba tubuhnya limbung, untung saja Alwan langsung menangkapnya.
"Kamu kenapa?" tanya Alwan sambil membantu Aull untuk duduk kembali di atas kasur.
Aull menggeleng lemah. "Saya gapapa, kok."
Alwan berdecak, sudah terlihat sakit masih saja bilang tidak apa-apa. Alwan juga sudah tau Aull sakit malah nanya kenapa pula:v
"Muka kamu pucet gitu masih bilang gapapa? Saya anter ke rumah sakit, ya?" Jujur saja Alwan khawatir, takut saja jika Aull sakit gara-gara dirinya semalam.
"Saya cuma kecapean doang, kok, Pak. Istirahat sebentar juga pasti baikan."
"Kamu yakin?" Aull mengangguk lemah. Alwan menghembuskan nafasnya lalu berdiri untuk segera pergi.
"Yaudah kalo gitu, saya harus berangkat sekarang. Kalo ada apa-apa kamu telfon saya aja," ujarnya kemudian. Aull lagi-lagi mengangguk.
"Biar saya anter ke depan." Aull hendak kembali berdiri tapi Alwan langsung menahannya.
"Gak usah, kamu istirahat aja. Saya berangkat dulu." Alwan pun berjalan keluar dari kamar Aull.
Entah kenapa Alwan merasa berat sekali untuk meninggalkan Aull sendirian. Tapi urusan kantornya juga tidak bisa dia tinggalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
҂ Babbysitter CEO Manja ҂
Teen FictionBabysitter or Daddysitter? ----------------- [NO PLAGIAT PLEASE!] Dimohon siapkan hati sebelum membaca. Start : 8 September 2021