NINE : Maaf

9.6K 703 7
                                    

Aull itu anaknya baperan, udah gitu cengeng pula. Makanya saat dia tidak sengaja mendengar ucapan Alwan yang sedikit menyinggung tadi, Aull langsung lari ke belakang dan diam-diam menangis.

Aull emang lemah banget soal perasaan. Apalagi ucapan Alwan masih saja terngiang-ngiang di otaknya.

'Ya, gak mungkinlah Alwan suka sama Aull, kaya gak ada cewek lain aja yang lebih oke. Gak banget kali kalo Alwan sampe pacaran sama babysitter!'

"Aishh! Kenapa kepikiran mulu, sihhhh!" gerutunya sambil memukul-mukul kepalanya sendiri berharap lupa dengan perkataan yang menyinggungnya itu.

Aull sebenernya tidak tau kenapa dia harus sampai menangis seperti ini. Padahal perkataan Alwan semuanya memang benar.

Tidak mungkin 'kan, orang sekelas Alwan menyukai manusia rendahan sepertinya.

Hanya saja, yang jadi permasalahannya di sini, Aull juga tidak pernah berfikir atau sekali pun berharap bisa memiliki hubungan dengan Alwan.

Selama ini Aull hanya menganggap perhatian dan perintah Alwan itu sebagai perhatian seorang majikan kepada bawahannya.

Aull tidak pernah berfikiran kalau Alwan mau mengurus dan merawatnya di rumah sakit saat itu sebagai tanda bahwa pria itu menyukainya. Aull hanya menyebut itu wajar-wajar saja dan tidak lebih.

Aull merasa tersinggung dengan kata-kata Alwan yang menyebut 'Kaya gak ada cewek lain aja yang lebih oke!'

Iya, Aull tau diri kok. Aull sadar dia tidak seperti perempuan-perempuan sempurna yang ada di luaran sana.

Lagi pula Aull juga tidak pernah menganggap dirinya cantik, tidak pernah pula menganggap dirinya sebagai wanita idaman para pria. Tapi tetap saja Aull adalah perempuan yang memiliki perasaan.

Serendah apa pun harga dirinya, Aull tetap akan merasa sakit hati bila disinggung dengan kata-kata menyakitkan.
Aull sudah beberapa kali bilang 'kan, kalau dia itu anaknya baperan, makanya dia sakit hati banget denger ucapan Alwan.

"Ayahhh, Aull kangenn," gumamnya sambil sesenggukan. Posisi Aull sekarang tuh dia lagi ngumpet di ruangan khusus para maid. Kebetulan maid yang lain ada di luar ruangan ini, jadi Aull bisa bebas mau nangis.

Memang benar, laki-laki terbaik yang tulus menyayangi anak perempuan adalah, Ayah. Aull tiba-tiba saja teringat dengan mendiang ayahnya. Sudah lama sekali dia tidak datang berkunjung ke makam pria yang menjadi cinta pertamanya itu.

Aull kalau sedang asik menangis memang seperti ini biasanya. Hidupnya mellow banget emang, pikirannya jadi mikirin hal-hal sedih dan akhirnya merembet ke mana-mana.

"Teh Aull? Ya ampun, Teh. Kunaon atuh Teteh? Kenapa nangis? Ada apa? Cerita sini sama bibi." Maid yang lebih tua dari Aull tiba-tiba masuk ke dalam dan terkejut melihat Aull yang meringkuk menangis sesenggukan.

Panggil saja, Bi Molly. Si mojang sunda asal Kota Bandung.

Aull mendongak saat mendengar suara Bi Molly yang menyadari dirinya tengah menangis. Segera saja dia menghapus air matanya dengan cepat.

"Bi, Aull gapapa kok," kilah Aull sambil memaksa untuk tersenyum.

"Kalo gapapa kenapa sampai nangis atuh, Teh. Kalo ada apa-apa mah bilang sama bibi, jangan nangis sendirian kaya gini." Bi Molly merapihkan rambut Aull yang berantakan.

"Aull gapapa, Bi. Tadi cuma tiba-tiba keinget sama Ayah, Bundanya Aull aja. Udah lama gak ke makam mereka," kilahnya lag. Ya, setidaknya Aull memang tidak seratus persen berbohong, 'kan.

"Eleuh-eleuhh. Jadi, orang tua Teh Aull teh udah gak ada? Ya ampun, meuni karunya, ih." Bi Molly mengusap-usap punggung Aull, mungkin niatnya untuk menangkan gadis itu.

҂ Babbysitter CEO Manja ҂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang