EIGHTEEN : 'Kejadian.'

10.5K 582 6
                                    

Aull mengunci diri di kamar mandi kamarnya setelah tadi dia langsung kabur dari kamar Alwan. Perasaan senang, kesal, greget, gemes dan kata mau lagi tercampur seperti sedang berperang di dalam pikirannya.

Alwan, majikannya itu beberapa menit lalu mencuri ciuman pertamanya. Dia merutuki dirinya sendiri karena bisa-bisanya dia juga terbuai sampai membalas ciuman Alwan.

Apa yang harus dia lakukan saat bertemu Alwan nanti. Bersikap biasakah? Tentu saja tidak. Mana bisa dia bersikap biasa saja di depan seseorang yang sudah menciumnya tanpa izin. Apalagi ini pertama kalinya juga ada laki-laki yang berani berbuat seperti itu padanya.

Aull malu, malu karena dia tadi membalas ciuman Alwan seakan dia juga menikmatinya. Astaga, mana dia belum mandi pula.

"Arrghh! Aulll! Malu malu maluuuu!" Aull memukul-mukul pintu kamar mandi karena merasa greget sendiri.


°°


"Aull belum turun?" Alwan bertanya pada Acil karena tidak menemukan Aull di ruang makan.

"Masih di kamar, Tuan. Biar saya panggilkan dulu." Acil pun bergegas untuk memanggil Aull di kamarnya.

Tidak lama kemudian, akhirnya gadis itu pun turun dengan rambut yang masih sedikit basah, sepertinya gadis itu belum selesai mengeringkan rambutnya.

Aull berjalan memasuki ruang makan, seketika dirinya langsung menarik perhatian Alwan yang sudah menunggunya dari tadi.

Alwan memperhatikan penampilan Aull, kaos putih panjang kebesaran beserta rok hitam di atas lutut, sangat cocok ditubuh gadis itu yang memiliki proporsi ideal.

Cukup menggemaskan, dan seksi tentunya. Ah, dia jadi ingat kejadian hangat pagi tadi. Bisa-bisanya dia kebablasan tidak tahan sampai nekat melakukan itu.

"Kamu belum sarapan 'kan?" tanya Alwan membuka percakapan. Hanya basa-basi agar tidak terlalu canggung. Aull pun hanya menjawab dengan anggukan pelan tanpa menatapnya lalu duduk sedikit jauh dari Alwan. Ada dua kursi yang menghalangi mereka.

"Kenapa jauhan gitu? Sini deketan," kata Alwan memerintah. Aull yang mendengarnya komat-kamit dalam hati. Kata 'Deketan' yang diucapkan Alwan membuatnya jadi kembali mengingat kejadian tadi pagi.

"Sa–saya di sini aja, Pak," jawab Aull gugup. Tentu saja, tidak bisa dia dekat-dekat dengan Alwan setelah kejadian itu. Ah, Sial, kenapa pikirannya sekarang dipenuhi dengan kata 'Kejadian.'

Karena Aull tidak menuruti titahannya, akhirnya Alwanlah yang berpindah untuk kemudian duduk di sebelah Aull. Membuat gadis itu sontak terduduk kaku memandang ke depan.

Sepertinya mulai hari ini dia benar-benar harus sedikit memberi jarak di antara mereka. Karena sekarang, dekat-dekat dengan Alwan sudah tidak aman lagi untuk kesehatan jantungnya.

"Kamu gapapa?" Alwan bertanya sembari tangannya menyampirkan rambut Aull ke belakang telinga. Sontak lagi, Aull merasa bulu kuduknya berdiri saat tangan dingin Alwan menyentuhnya. Bagi Aull, Alwan sudah sama seperti hantu karena berhasil membuatnya merinding.

"Sa–saya ga–gapapa," jawabnya terbata-bata sambil menggeser sedikit tubuhnya. Sudah dia bilang, dekat-dekat dengan Alwan sangat tidak aman untuk jantungnya.

Alwan sendiri yang sedari awal memang sudah menyadari kegugupan Aull pun menghembuskan nafasnya perlahan. Mungkin Aull masih terlalu terkejut karena perbuatannya yang tiba-tiba pagi tadi.

"Temenin saya sarapan, ya," ucapnya kemudian masih berusaha mencairkan suasana yang canggung itu. Aull mengangguk pelan, lalu dengan sigap dia menyiapkan sarapan Alwan walau dalam keadaan gugup setengah mati karena mata Alwan tak henti memperhatikan pergerakannya membuat dia merasa risih sekaligus malu.

҂ Babbysitter CEO Manja ҂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang