Selamat membaca. Jangan lupa vote dan comment. Jadilah pembaca yang aktif.
.
.
.“Wah. Aku tidak menyangka kau adalah orang yang kucari selama ini.” Ujar Onad saat orang yang dimaksud datang memasuki ruang kerjanya.
“Kenapa kau begitu menginginkanku, adik?” tanya Aiden menggoda sambil mencari tempat duduk di hadapan Onad.
Onad mendengus kesal, setiap kali Aiden memanggilnya dengan sebutan adik. Memang, Aiden adalah kakak kandung Rhein yang lama menghilang. Namun, selisih umur mereka hanya terpaut tiga tahun. Tetap saja, Aiden lebih tua dari Onad.
Ia sangat kesal melihat tingkah Aiden yang menyebalkan. Setelah, ia mengetahui identitas yang sebenarnya dari Aiden di Rumah Sakit, satu minggu yang lalu. Hubungan mereka menjadi begitu dekat, bukan hanya sekadar majikan dan bawahan. Tetapi, juga sebagai calon saudara ipar. Ya. Onad sedang berjuang sekuat tenaga meluluhkan hati Rhein.
Rhein yang polos, sangat selektif dalam memilih. Onad hampir menyerah, tapi berhasil diyakinkan oleh Aiden. Terlihat jelas, jika Aiden sangat mendukung Tuannya.
“Bagaimana dengan kedua orang tuamu? Apakah mereka mengetahui bahwa kau masih hidup?” tanya Onad, penasaran.
“Lalu, dengan adikmu yang satunya. Rachel?” lanjutnya, tanpa memedulikan Aiden yang ingin berbicara.“Sudah?”
“Apanya?” tanya Onad, tanpa memasang raut tidak bersalah.
Aiden memutar bola matanya malas. “Kau sudah memberiku kesempatan untuk berbicara, sekarang?”
Onad hanya ber-oh-ria, membuat Aiden harus memasang senyum palsu di hadapannya. Tentu saja, ia ingin memakan Tuannya itu.
Aiden menghembuskan napasnya panjang. “Kedua orang tuaku tidak tahu apa pun tentangku. Mereka hanya mengetahui kalau aku sudah lama meninggal. Dan…” jeda sejenak.
“Aku merasa sangat bersalah pada Rhein. Gara-gara aku, semua kesalahan dilimpahakan padanya.” Lanjutnya, kemudian.
“Kesalahan?” tanya Onad sambil memiringkan kepalanya.
“Aku memalsukan kematianku—”
“Apa?” Onad menggebrak mejanya, sampai meninggalkan jejak merah di kedua telapak tangannya.
“Tenanglah. Biarkan aku menjelaskannya, dulu.” Balas Aiden, menenangkannya.
“Lanjutkan.” Onad kembali duduk, tanpa memalingkan pandangannya.
“Aku melarikan diri, saat mengajak Rhein pergi jalan-jalan. Kebetulan, saat itu ada kecelakaan yang menewaskan selebihnya lima puluh orang. Aku meninggalkan jaket dan topiku di salah satu mayat yang hangus terbakar. Dengan begitu, semua orang akan mengira kalau itu aku.”
“Tapi, kau salah langkah, Aiden.”
Ia menatap Onad dengan tatapan yang sendu. Memang, saat itu ia masih sangat muda. Tetapi, keberaniannya sudah berada di level Dewa. Gerald, melatihnya dari kecil. Mulai dari bela diri, komputer, dan banyak hal lainnya yang tidak ia dapatkan di rumah.Tentunya, semua kegiatan yang mereka lakukan sangat rahasia. Jika kedua orang tuanya tahu, ia pasti sudah dihukum dengan berbagai pukulan yang akan menghiasi seluruh tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GAME OVER (END) TAHAP REVISI
Genç KurguDILARANG MENJIPLAK! [18+] [Hal-hal sensitif, seperti adegan kekerasan, pelecehan seksual, dan kata-kata kasar, bertaburan dalam cerita ini. Bagi para pembaca dimohon untuk menanggapinya dengan bijak dan teliti] . . . . Keluarga adalah harta yang pal...