"Hati-hati," ucap Jaemin seraya memegangi lengan Milenka yang hampir terpeleset saat melangkah di bebatuan.
"Makasih, Kak." Milenka berkata datar, membuat Jaemin tersenyum sendu.
"Kalo butuh apa-apa panggil aja gue," ujar Jaemin tak mau berlama-lama di samping Milenka. Bukan karena Jaemin tidak suka, tetapi Jaemin cukup sadar diri begitu melihat bagaimana risihnya Milenka ketika sedang bersama Jaemin.
"Oke," jawab Milenka sebelum Jaemin melangkah pergi.
Duduk di batu besar tempatnya semalam, Milenka kecewa kala tidak mendapati satu chatpun dari Renjun yang biasanya rewel.
Jeno :
Gue rasa si Yeonhee naksir Renjun.
14.28Jeno :
Padahal di kafe udah digalakin sama Renjun. Pas kita-kita mau pulang ternyata Yeonhee nungguin Renjun di luar, minta nomer Renjun!!
14.29Jeno :
Kit ati nggak lo? Gue mau bersuka cita nih.
14.29Milenka :
Di kasih nomernya?
15.32Jeno :
Nggaklah. Tau sendiri di mata Renjun yang cantik cuma lo doang, cewek laen dianggep monyet.
15.33Milenka tersenyum puas, kemudian mencari kontak seseorang untuk dihubungi.
"Berani-beraninya cari perkara sama gue," desis Milenka dengan ekspresi muak.
"Halo, sayang? Apa kabar?" Suara lembut diseberang telepon terdengar.
"Baik. Mama, aku kangen," ujar Milenka berdusta.
"Nak, kenapa susah banget di hubungin? Ayah sama Mama juga kangen Nara."
Ingin sekali Milenka berceletuk, 'Masalah buat lo? Gue nelpon kalo ada maunya! Ngerti?' Tapi, Milenka masih menyayangi uang jajannya yang rutin dikirim sang ayah.
"Aku sibuk," kilah Milenka. "Ma, aku tuh selalu nganggep Mama sama Kak Yeonhee sebagai keluarga kandung. Ngapa sih Kak Yeonhee malah benci? Sampe pacarku mau dia rebut," adunya dengan nada yang dibuat tampak sesedih mungkin.
"Kamu serius, Nak?"
"Kalo nggak percaya tanya aja sama Jeno."
"Mama percaya sepenuhnya kok sama Nara. Oke, entar Mama hukum kakak kamu!"
"Jangan keterlaluan ngehukumnya, Ma. Aku saranin kunciin dalem gudang, terus nggak usah kasih makan semaleman, biar Kak Yeonhee gak jahat lagi."
"Iya, Mama ikutin saran Nara."
Smirk tipis terlihat di wajah Milenka, oh betapa dia menyukai rencana ala sinetron ini.
"Mama jangan sampe bohongin aku lho, ya! Nanti bakal aku tanyain sama pembantu di sana," ucap Milenka agak mengancam.
"Nara yang telpon?" Deep voice ayahnya menginterupsi.
"Iya, Ayah mau ngomong sama Nara?"
"Aku tutup, ya. Susah sinyal di puncak. Bye, Mom." Dengan terburu Milenka mengakhiri sambungan telepon tersebut.
"Males amat ngomong sama ayah," gerutunya, lalu mengecek kalau-kalau ada chat dari Renjun. Namun, ternyata nihil.
Menghembuskan napas kasar, Milenka mulai berpikiran buruk. Bagaimana jika Renjun jatuh hati pada Yeonhee? Gadis itu 'kan sangat cantik.
Satu jam berlalu dengan kegalauan tak berarti. Rasa benci Milenka terhadap Yeonhee kini meningkat drastis, ke tahap di mana Milenka berkeinginan merontokan gigi Yeonhee sekali tinju.
Bruk! Milenka berjengit kaget saat sebuah ransel dengan gantungan Moomin dijatuhkan di dekatnya.
"Mbak, bisa bantuin saya pasang tenda nggak?"
Jantung Milenka berdetak hebat, perlahan dia menoleh dan mendongak, menatap sosok yang baru saja berbicara.
"Ka–Kak Renjun?"
Pemuda dengan setelan celana kargo hitam, T-shirt putih dan jaket parka berwarna cokelat itu berdiri sembari merentangkan kedua tangannya. "Sini peluk!"
Tidak membuang-buang waktu, Milenka bergegas bangkit lalu masuk ke dalam dekapan hangat Renjun.
"Tabungan rindu lo udah berapa?" tanya Renjun disela-sela pelukan erat mereka.
"Tak terhingga sepanjang masa."
"Itu lirik lagu, Milen bego!"
"Kok gak bilang-bilang kalo bakal dateng?" Sesekali Milenka mengendus permukaan leher Renjun yang berkeringat, tapi tetap wangi.
"Kejutan. Lo suka, nggak?"
"Suka banget!" seru Milenka. Gadis itu melepas pelukan Renjun, memberi jarak agar dapat menatap wajah Renjun yang sedikit lebih tinggi dibanding dirinya. "Sama siapa naik puncak?"
"Kak Johnny, Kak Taeyong, Mark, Jisung, Haebi sama Ryujin."
"Idih! Ngapain ngajak Kak Ryujin?"
"Biar ada yang jagain Jaemin!" jawab Renjun cepat. "Lo tau nggak gue depresot pas denger kabar Jaemin juga lagi di puncak?"
Milenka nyengir, sementara Renjun sebenarnya ingin ngambek tapi karena terlalu rindu akhirnya dia memilih mengulas senyum manis. Terhitung sudah sebelas hari sejak libur sekolah mereka tidak bertemu.
"Kak Renjun makin cantik aja."
"Milenka juga tambah jelek."
Saat Milenka hendak membalas, jari telunjuk Renjun sudah lebih dulu menyentuh bibir Milenka, melarang gadis itu bicara.
"Nanti ya berantemnya, sekarang gue masih kangen," kata Renjun kembali memeluk Milenka.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Miss Pervert || Hrj [Tikung S2]
Random"Kak Renjun, anu lo goyang-goyang." "Kak Renjun kenapa malah melototin gue? Itu tas lo beneran goyang-goyang." Huang Renjun yang selalu dibuat emosi, tapi bukannya benci malah sayang setengah mati. [Tikung S2] Lokal!