-7-

388 111 57
                                    

"Ini semua salah Yeonhee! Kita nyasar gara-gara dia!"

"Mile—"

"Padahal Kak Renjun cuma nginep semalem di puncak, tapi dia dengan sengaja bikin gue marahan sama Kak Renjun!"

"Denger—"

"Abaaaaaaaaaaang! Gue nyasar! Adek kalian kehilangan jati diri sebagai cewek yang luar biasa berwibawa."

"Lewat si—"

"Kalo kita dimakan Dinosaurus gimana?!"

"Gue hamil."

Hening. Renjun menghembuskan napas lega ketika Milenka yang sejak tadi mengoceh akhirnya membisu.

"Kak Renjun, serius?! Anak siapa, hah?!"

Sebenarnya Renjun hanya asal bicara agar Milenka berhenti merengek dan mau menyimak perkataan Renjun. Tapi, begitu melihat reaksi gadis itu yang tampak percaya-percaya saja membuat Renjun kepikiran ide jahil.

"Pacar gue sapa?"

"Milenka?"

"Berarti anak lo," ucap Renjun enteng sembari meraih tangan Milenka, lalu meletakan telapak tangan Milenka di perutnya yang terbalut kemeja.

"A–apa?" Milenka syok berat. "Gugurin, nggak!"

"Lo gak mau tanggung jawab?!" seru Renjun tak percaya, dia mendadak terbawa suasana.

"Ciuman aja nggak pernah, apalagi ngehamilin. Pasti anak orang lain 'kan? Mana mungkin anak gue. Kak Renjun gak bisa jaga diri ya?" cibir Milenka nyelekit.

Renjun yang niat awalnya bercanda sekarang malah kelabakan. "Gue cowok kalo lo lupa! Gak bisa hamil."

"Ada kok cowok yang hamil, gue pernah baca. ABO-vers, Kak Renjun nggak tau? Kalo male-pregnant?"

Huang Renjun itu orangnya super duper nyolot, tapi kalau menghadapi Milenka entah kenapa selalu kicep. Dalam hati Renjun bertanya-tanya, apa isi kepala Milenka? Kenapa semua yang dia katakan diluar akal sehat manusia?

"Mil, jangan ngomong yang aneh-aneh dulu, deh. Gue pusing," keluh Renjun tiba-tiba jatuh terduduk dengan tangan Milenka dalam genggaman.

"Ka–kak, lo sakit?" tanya Milenka panik. Dia berjongkok, menatap cemas wajah merah Renjun yang terlihat kelelahan.

"Cuma demam," jawab Renjun seraya mengulas senyum manis, tak mau membuat Milenka khawatir.

Senyuman Renjun perlahan pudar saat Milenka mengecup pipinya bertubi-tubi. "Lo ngapa ngambil kesempatan dalem kesempitan sih?!" seru Renjun kesal, didorong kepala Milenka supaya lekas menjauh.

"Suruh siapa sakit," gumam Milenka dengan ekspresi mirip emotikon bulan gosong yang sedang tersenyum mesum.

"Ya Tuhan, bisa-bisanya gue naksir cewek stres kek Milen gini," protes Renjun pada takdir. Ketika hendak kembali bicara, Renjun merasakan pusing yang teramat sangat. Tangannya meraih kedua tangan Milenka, menggenggam kuat hingga Milenka mulai ketakutan.

"Kak Renjun, jangan mati! Kalo lo mati anak di perut lo gimana? Dia buah hati kita. Gue janji bakal bertanggung jawab, meski terpaksa."

Jika diberi kekuatan lebih, Renjun ingin sekali memukul kepala Milenka berulang-ulang sampai gadis itu jadi pintar.

Sayangnya Renjun benar-benar sudah kehabisan tenaga. Semalam dia tidak bisa tidur karena memikirkan kemarahan Milenka, paginya dia demam tetapi buru-buru mengejar Milenka saat tahu kalau Milenka akan pulang duluan.

Ponsel Milenka berbunyi, panggilan telepon masuk dari Jaemin mengalihkan perhatian mereka.

"Halo, Kak Jaem!" angkatnya cepat.

"Posisi lo di mana sekarang?" Suara diseberang sana menyahut khawatir.

"Nggak tau!" Milenka yang semula berjongkok ikutan duduk, sementara Renjun yang berada disebelahnya langsung menyandar di bahu gadis tersebut. "Kak Renjun ... Kak Renjun koma! Dia bentar lagi meninggal!"

"Nami, lo tenangin diri. Dengerin gue, 'kan lo ada sinyal, artinya kalian nggak jauh dari pos."

"Eh, iya!" Milenka baru menyadari kalau sinyal ditempatnya dengan Renjun saat ini lumayan banyak, tidak seperti sebelumnya.

"Kirim lokasi kalian ke gue dan jangan kemana-mana."

"Oke."

"Kalo lo takut ... telponnya gak perlu lo matiin."







•••

Kak Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kak Jaemin

[END] Miss Pervert || Hrj [Tikung S2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang