Karena kita punya cerita —Mikado.
Berat itu saat kamu harus menjelaskan, bahwa yang pergi ke pangkuan Tuhan tidak akan pernah bisa kembali.
"Bang, Milen sakit." Doyoung mengadu pada Kai sembari menangis sesegukan, menggenggam tangan kecil adik perempuannya yang tengah terbaring dikasur.
"Udah telepon Ayah?" tanya Kai menghampiri keduanya dengan seragam sekolah dasar yang masih melekat di badan.
Doyoung mengangguk, kemudian berkata, "Sekretarisnya bilang, Ayah sibuk."
"Abang siapin kompresan dulu," ucap Kai bergegas ke dapur.
"Bang, Milen gak bakal nyusul Bunda 'kan?" Langkahnya terhenti ketika mendengar tanya Doyoung yang kala itu kelas dua SD, sementara Kai kelas lima.
"Tenang aja." Kalimat yang mampu Kai ucapkan.
Setelah dikompres, panas Milenka tidak kunjung turun. Hanya satu yang dapat Doyoung dan Kai harapkan ... kepulangan ayah mereka yang semakin lama semakin jarang dirumah sejak kepergian sang bunda.
"Bang, Miwen boweh minta Tuhan bawikin Bunda?" tanya Milenka, menatap langit-langit kamar.
Tangis Doyoung bertambah deras, sedangkan Kai menghela napas berulang. Dia juga masih kecil, Kai ingin berlari ke pelukan Bunda sambil berkata kalau ia gagal menjaga Doyoung dan Milenka.
"Bunda udah bahagia, di rumah Tuhan," ucapnya mendudukan diri di sebelah Milenka yang berbaring bersama Doyoung.
"Yumah Tuhan itu istana pewi?"
"Ya, gede banget." Kali ini giliran Doyoung yang menjawab, sesekali dia menyeka air mata serta ingus yang menempel di pipi.
"Tuhan punya tewevisi, nggak? Bunda suka nonton tewevisi."
"Punya," timpal Kai.
"Hawaman yumah Tuhan ada bunganya, gak?"
"Ada, banyak sedunia," sahut Doyoung.
Percakapan yang menyakiti hati Kai dan Doyoung itu baru berakhir setelah Milenka terlelap. Doyoung ikut tertidur seraya memeluknya erat-erat.
Perlahan tubuh Kai merosot, bersandar pada sisi ranjang. Menekuk lutut, lalu menenggelamkan wajah dengan kedua tangan, Kai menangis sendirian.
"Bang, emang iya sosok ayah adalah cinta pertama setiap anak perempuan?" Milenka dengan piyama tidur panjang bertanya dibalik selimut tebal. Dia sedang demam dan terbangun pukul satu dini hari.
"Nggak!" Kai serta Doyoung berseru kompak. Mereka juga bangun karena mendengar suara bersin-bersin dari kamar Milenka.
"Menurut hasil penelitian gue, cinta pertama lo ada dua orang, Abang sama Doy," ucap Kai yang duduk ditepian kasur, sementara Doyoung sudah rebahan disamping adiknya.
Milenka mencibir, "Emangnya Abang Ilmuwan? Pake sok neliti segala."
"Lo sakit tetep ngeselin ya!" sungut Kai, tapi tak sampai emosi.
Doyoung terkekeh, kemudian mengusap-usap kepala Milenka supaya adik bandelnya lekas terlelap. "Tidur, sebelum gue jejelin obat lagi."
"Overdosis terus gue mati, lo juga yang nangisin," gerutu Milenka mengambil ponsel dibawah bantal.
"Nih setan malah mau maen hape," ucap Kai yang tidak habis pikir dengan kelakuan Milenka.
"Udah Bang, biar aja. Sapa tau ketiduran," bela Doyoung, membuat Milenka sumringah kemudian bergerak menyamping masuk ke dekapan abangnya yang galak tapi pengertian.
Kai merengut. "Manja banget titisan babi!"
"Gini-gini adek kandung lo!" protes Milenka memberi jari tengah ke arah Kai yang duduk dibelakangnya.
"Buruan tidur, Milenka. Ngoceh mulu kek monyet, nggak cape?" Doyoung menarik tangan Milenka agar berhenti meledek Kai.
"Balesin chet bentar ya, Bang?" mohon Milenka.
"Abis itu langsung tidur." Kai berujar sembari menjatuhkan diri di sebelah Milenka yang kosong. Jika si adik tengah sakit begini, maka Kai dan Doyoung tak akan bisa tidur nyenyak. Milenka memang tidak mengeluh, tapi setelah tidur secara tidak sadar dia akan merengek rewel.
Renjun :
Kebangun?
01.16Milenka :
Iya :(
01.27Milenka :
Gabisa tidur, demam.
01.27Renjun :
Gw ke sna ya?
01.28Milenka :
Pengen sih disamperin Kak Renjun, tapi udah lewat tengah malem tauuuu!
01.29Renjun :
Biar lo tidur harus gimana?
01.29Milenka :
Entah (╥_╥)
01.30Renjun :
Gw telpon mau?
01.31, read.
•••
Mikado as Milen, Kai, Doyoung.
Bang Jongin
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Miss Pervert || Hrj [Tikung S2]
Random"Kak Renjun, anu lo goyang-goyang." "Kak Renjun kenapa malah melototin gue? Itu tas lo beneran goyang-goyang." Huang Renjun yang selalu dibuat emosi, tapi bukannya benci malah sayang setengah mati. [Tikung S2] Lokal!