Running Away from Fate

1.7K 89 9
                                    

"Hyung, apa yang kaupikirkan?" tanya pemuda bermata bulat bernama Do Kyungsoo.

Pemuda berambut pirang yang ditanya hanya melamun—menatap langit gelap tanpa bintang. Sama sekali tak memedulikan Kyungsoo. Ia lebih memilih bergeming. Seakan, terjebak dalam pikirannya sendiri.

"Kris Hyung!" panggil Kyungsoo lagi. Kali ini dengan suara lebih keras. Segera dipegangnya bahu pemuda tinggi tampan di dekatnya sembari digoyang-goyangkan.

Pemuda yang dipanggil Kris akhirnya tersadar. Tatapan datar dan dingin ia layangkan ke Kyungsoo. Ah, memang begitulah ciri khas seorang Kris. "Apa?" Jawaban dingin terlontar serupa karakteristiknya.

Kyungsoo mengambil kursi lalu menggesernya mendekati kursi Kris. Ia duduk sebelum ikut menerawang keluar. "Kau memikirkan mereka? Ah, lebih tepatnya—Apa kau memikirkan dia? Kau menyesal membiarkan dia pergi dengannya?"

Kris terdiam—menutup mata sejenak.

"Hyung?" Kyungsoo menanti jawaban.

Pemuda berparas tampan itu membuka mata. Diarahkan pandangan pada sebuah lilin dengan nyala cukup terang tak jauh darinya. Cahaya menerangi rumah tua itu.

"Aku tak tahu, Kyungsoo-ya—Aku tak tahu. Jangan paksa aku menjawabnya." Mata Kris masih terfokus pada cahaya lilin yang kini tampak bergerak-gerak. Angin bertiup cukup kencang melalui jendela kayu ek coklat tua.

"Mereka akan baik-baik saja, Hyung. Kita pasti akan menemukan mereka."

"Aku harap begitu, Kyungsoo-ya. Semoga, dia baik-baik saja. Kau tahu dia tak bisa menggunakan kekuatannya," jawab Kris lirih—ragu dengan pernyataannya sendiri.

Suasana mendadak sunyi. Kris dan Kyungsoo kini sibuk dengan pikiran masing-masing. Keduanya memilih berdiam diri. Tiba-tiba—

Blam!

Pintu terbuka paksa. Terdengar jelas derap langkah buru-buru mendekati Kris dan Kyungsoo.

"Hyung!" Seorang pemuda masuk dengan napas memburu. Teriakan kerasnya menyadarkan kedua pemuda yang sibuk melamun. Langsung saja, ia berhenti di depan Kris dan Kyungsoo. Dibungkukkan tubuhnya—karena terlampau lelah.

Kris –Pengendali Naga- menatap malas pemuda yang barusan masuk.

Kyungsoo menghampiri penuh khawatir. "Chen Hyung, ada apa? Mengapa kau terengah-engah seperti itu?" Dibantunya Chen untuk berdiri tegak sebelum memapahnya ke salah satu kursi di ruangan.

Chen belum mampu mengembalikan irama napasnya. Pemuda berambut pendek hitam dengan wajah pucat itu masih saja terengah-engah.

Kyungsoo beranjak ke sudut ruangan. Tangannya sibuk mengambil sebuah gelas dan menuangkan air dari wadah. Kembali, dihampirinya Chen. "Chen Hyung, minumlah dulu." Tangan Kyungsoo menyodorkan gelas yang langsung disambut oleh Chen.

Dengan cepat, air dalam gelas sudah berpindah menyusuri kerongkongan dan  menghilangkan dahaga Chen. Hal itu berimbas baik pada pernapasannya. Semua sudah normal. Tak ada lagi suara engahan yang keluar.

Kris masih saja bersikap dingin—tak mengeluarkan sepatah kata apa pun. Seolah, ia tak peduli dengan apa yang terjadi pada Chen saat itu. Meskipun Kris penasaran setengah mati dengan alasan Chen datang ke rumahnya, ia tak akan pernah menunjukkan perubahan ekspresi berarti.

"Hyung, ini gawat. Sehun menghilang!" seru Chen setelah berhasil tenang.

Kris mengernyitkan keningnya. Menghilang?

"Chen Hyung, jangan bercanda! Bagaimana Sehun bisa menghilang?" Kyungsoo mulai panik.

"Tadi, Lay Hyung mau mengantar makanan untuk Sehun di kamar. Tapi, saat ia masuk, Sehun tak ada. Ia menghilang! Hyung, bagaimana ini? Kita harus bagaimana? Bocah itu—Dia pasti mencari Luhan Hyung! Kalian tahu? Sudah beberapa hari ini, ia bersikeras menemui mereka! Keras kepala sekali bocah itu! Ia bilang akan bicara baik-baik dan mengajak mereka kembali. Aku tak tahu darimana dia mendapat pemikiran tak waras itu, Hyung! Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Mata Chen mulai memerah. Campuran emosi yang meledak-ledak. Amarah, kecewa, panik, takut—semua bercampur jadi satu.

Come Back To Me [INCOMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang