The Decision

1.4K 72 8
                                    

Chanyeol membuka mata. Ia tak tahu berapa lama ia sudah terlelap. Yang pasti, hari pasti sudah siang. Panas matahari bisa ia rasakan menembus pakaian yang dikenakannya—memberikan sentuhan hangat pada kulit pucatnya. Beruntung, terik sang surya tak terlalu menyengat. Naungan tenda itu benar-benar pelindung yang cukup baik.

Tubuh jangkung itu terasa jauh lebih baik. Pening sudah tak ia rasakan, begitu pun dengan demam yang sempat menyerang. Badan Chanyeol terasa sangat ringan.

Chanyeol mengalihkan pandangan pada Baekhyun, yang masih bertahan dalam pelukannya. Sungguh, pemandangan di depannya begitu indah. Pengendali cahaya tertidur tenang dengan wajah manis. Dalam tidur pun, Baekhyun menyunggingkan senyum di bibir manisnya. Ah, bibir itu—begitu menggoda.

Didekatkan mukanya ke arah Baekhyun. Sepuluh sentimeter. Dengan jarak itu, Chanyeol bisa merasakan hembusan napas hangat keluar. Semakin dekat, dan semakin dekat. Pelan, ia tempelkan bibirnya ke bibir mungil di hadapannya. Pengendali api menutup mata—mencoba menikmati manisnya bibir sang sahabat. Hanya menempel—tak berani ia melumatnya. Sebuah ciuman penuh perasaan, tanpa nafsu, tanpa meminta balasan. Ciuman tanda kasih pada Baekhyun.

Chanyeol membuka mata—mendapati mata pemuda yang tengah ia cium itu terbuka dan menatap dirinya tajam. Salah tingkah, pengendali api menarik diri perlahan sembari melepaskan pelukannya. Berpura-pura ia menggeliatkan tubuhnya seraya menguap. Dialihkan penglihatannya ke arah lain—berpura-pura tak terjadi apa-apa. Sungguh, ia sangat malu sudah ketahuan.

"Hoahm— Aku sungguh mengantuk sekali." Pelan-pelan, ia jauhkan tubuhnya dari sang Pengendali Cahaya. Masih dengan sikap seolah tak ada yang terjadi. Chanyeol berniat kabur sebelum Baekhyun berteriak marah padanya. Ayolah, pandangan kosong tapi membawa kesan ingin menelannya hidup-hidup itu membuat nyali pengendali api ciut.

Ini bukan kali pertama Chanyeol mencium Baekhyun saat tengah tertidur. Ya, ia sudah melakukan beberapa kali. Tentu dengan ciuman yang sama. Tanpa nafsu berlebih—hanya ciuman kecil mewakili perasaan yang tak pernah bisa ia ungkapkan. Hanya itu. Tak lebih. Sekalipun Chanyeol sangat mencintai Baekhyun dan tahu pengendali cahaya punya perasaan sama, ia tak berani mengungkapkan semuanya secara langsung. Tindakan pengecut, kan?

Chanyeol berusaha bangkit, namun Baekhyun menahan dan menariknya kembali sehingga posisi mereka saling berhadapan. "Ya! Berapa kali kau sudah menciumku diam-diam, Park Chanyeol? Kaupikir aku terlalu bodoh untuk menyadarinya, eoh?" tanya Baekhyun sinis penuh amarah. Pandangan kosongnya menusuk hati yang menatapnya.

Chanyeol bergidik ngeri melihat sikap pemuda bertubuh mungil itu. Apalagi fakta bahwa Baekhyun tahu semuanya. Sial. "Baekkie, itu—itu—ah—anu—" Dengan tergagap, ia berusaha menjelaskan. Sungguh, Chanyeol benar-benar seperti pencuri yang tertangkap basah saat sedang melakukan aksinya. Tak tahu lagi apa yang harus dilakukan.

"Ya! Park Chanyeol! Kaupikir aku mainanmu, eoh? Kaupikir aku senang kau menciumku tanpa seijinku, eoh? Besar sekali nyalimu! Kauanggap aku ini apa? Dasar bodoh!" Mata Baekhyun mulai berkaca-kaca.

Sulit dipercaya kata-kata yang keluar dari mulut Baekhyun. Chanyeol merasa semakin bersalah. Tak disangka, tindakannya itu membuat pengendali cahaya semurka itu. Sungguh, ia menyesal. Memang tak seharusnya ia melakukan tindakan pengecut itu. Ah, ia memang pecundang sejati.

Kembali Baekhyun bersuara—masih dengan nada yang sama."Dan, kau! Bagaimana mungkin kau membiarkan dirimu sakit, eoh? Kau tahu betapa khawatirnya aku karena keadaanmu semalam? Dasar bodoh! Kau harusnya bilang kalau kau sakit! Tak perlu mencoba membohongiku! Bagaimana kalau terjadi sesuatu yang buruk padamu dan aku tak tahu? Kau benar-benar tolol, Yeol! Kau tak tahu betapa takutnya aku kehilanganmu! Saat ini, hanya ada kau! Kalau kau sampai menghilang, siapa yang akan menemaniku?" Tangis Baekhyun pecah.

Come Back To Me [INCOMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang