The Firmness of Each Heart

512 34 8
                                    

"Grey—Apa yang kaulakukan di sana?"

Suara itu sungguh familiar. Suara Erebos terdengar jelas—bergema di ruang pertemuan.

Seishin mengumpat dalam hati karena penguasa kegelapan muncul di saat krusial seperti ini. Ia memilih tetap bergeming—membelakangi Erebos. Posisinya sangat tak menguntungkan. Begitu berbahaya. Seishin tahu ia harus segera mengambil tindakan cepat, sebelum terlambat.

Risiko Erebos tahu semua apa yang tengah ia lakukan—ah, itu tidak penting. Itu bisa diurus nanti. Sekarang, lebih baik, Seishin mencari peluang sekecil apa pun untuk lolos dari bahaya.

Dengan cepat, pemuda bertudung abu-abu menutup mata dan merapal mantra. Digunakannya seluruh kekuatan untuk menyembunyikan bukti-bukti rencananya—termasuk menyembunyikan kenyataan bahwa Baekhyun telah sadar. Begitu pun, ia segera membatalkan mantra penghalang. Erebos bisa curiga jika tubuh kosongnya itu selalu 'berasa sama'. Seolah tak pernah terjadi apa-apa pada kristal hitamnya. Itu akan sangat mencurigakan.

Menggunakan kekuatan yang tersisa, Seishin pun segera mengembalikan wujudnya ke seorang Grey—mengubah warna mata dan rambutnya kembali jadi abu-abu. Jiwa Tao akan tertekan masuk ke dalam tubuhnya—bersembunyi di balik jiwanya. Dengan begitu, Seishin bisa mengambil alih sebagian besar tubuhnya kembali sehingga Erebos tak akan curiga.

"Grey—" panggil Erebos lagi. Kali ini, penguasa kegelapan memperkeras suaranya.

Seishin membuka mata dan telah kembali ke wujud abu-abunya. Berhasil. Ia berhasil mengerahkan sisa-sisa kekuatan dalam waktu singkat untuk menyembunyikan semuanya.

Pemuda berwajah pucat itu sekarang hanya berharap Erebos tak akan menyadari apa pun. Perasaan tak nyaman dan takut mulai menyambangi Seishin—membuat jantungnya berdetak sangat kencang. Belum lagi, keanehan yang terasa. Ada rasa sakit luar biasa menyergap tiba-tiba. Rasa sakit yang begitu terasa meremukkan tubuh dan jiwa. Tidak. Seishin harus bisa menahannya. Sesakit apa pun, ia harus mampu bertahan. Harus!

Seishin segera membalik tubuh dan menatap Erebos. Sang penguasa kegelapan masih berdiri jauh darinya—bergeming di depan pintu masuk. Dipasangnya tampang datar seperti biasa, lengkap dengan wajah pucat dan mata sayu. Sekalipun, di balik ekspresi itu, ia tengah berjuang menyembunyikan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi.

Erebos melempar tatapan tajam ke arah Seishin, tanpa bergerak. Sesuatu tampak berbeda dari pemuda bertudung abu-abu. Matanya terpicing—berusaha menangkap keanehan yang dilihatnya dari Seishin.

Ya, bagaimanapun, Seishin tampak aneh. Wajah putih pucatnya tampak jauh lebih pucat. Peluh membasahi wajah dan tubuh pemuda itu dengan derasnya. Di balik jubah abu-abu besar, Erebos bisa melihat betapa gemetarnya tubuh Seishin. Semakin lama, semakin jelas. Begitu juga dengan ekspresi datar yang biasa ditunjukkannya. Ada satu ekspresi yang tertangkap samar oleh mata elang Erebos. Ada satu ekspresi aneh. Sedikit tak nyaman dan menahan sakit. Mm—apa yang terjadi pada sosok tangan kanannya itu?

Erebos masih belum bergeming mengamati kondisi Seishin. Ada sesuatu yang lain. Itu dia. Penguasa kegelapan menemukan satu hal lain.

Mata itu—ya, mata Seishin tampak sangat berbeda. Warna abu-abu pucat yang biasanya tak menarik itu, kini tampak berwarna abu-abu dengan sedikit samar kemerahan—membuatnya dominasi kelabunya menggelap sedikit. Erebos menangkap keanehan itu. Perasaan curiga mendadak menyeruak. Sungguh, apa yang telah dilakukan Seishin sehingga tampak seperti itu?

Erebos memilih tetap tak beranjak dari tempatnya berdiri. Menjaga jarak mungkin adalah hal terbaik yang bisa dilakukannya sekarang. Ya, setidaknya sampai ia menemukan jawaban atas kecurigaannya.

Tanpa mengubah raut muka, Erebos melontarkan pertanyaan pada Seishin. "Apa yang terjadi padamu, Grey? Mengapa kau tampak sangat berbeda? Kondisimu—ah, mengenaskan. Kau sakit?" tanya Erebos dingin—berusaha keras menyembunyikan nada curiga di balik pertanyaannya.

Come Back To Me [INCOMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang