The Attacking Plan (2)

591 39 19
                                    

Suho dan empat pengendali lain telah tiba di Nabiki Village. Tepat seperti yang diperkirakan Kris, mereka tiba di desa perbatasan sekaligus pertahanan bagian utara sebelum tengah malam. Tentu saja, itu berkat bantuan para hewan panggilan.

Para pejuang menyambut mereka dengan wajah cerah. Bagaimana tidak? Bantuan para pengendali akan sangat membantu—sekalipun hanya lima pemuda yang muncul. Tidak. Itu bukan masalah besar. Lima pengendali dengan ratusan pasukan perbatasan di desa pasti bisa menghadapi musuh yang bisa menyerang kapan saja.

Nabiki Village terlihat tenang dan tak terjaga dari luar. Namun, jangan salah. Pertahanan desa itu sangat kuat karena dilindungi beberapa lapis benteng sihir. Dengan senjata dan kekuatan masing-masing, ratusan pasukan siap melawan musuh yang berani menyerang. Mereka berkumpul dari berbagai wilayah dan telah bersiaga di Nabiki Village sejak beberapa hari lalu, lengkap dengan perlengkapan dan senjata masing-masing. Meskipun belum terlihat tanda-tanda pergerakan musuh, semua makhluk ini dalam kondisi sangat prima untuk berperang. Dengan satu perintah saja, mereka akan siap bergerak.

Ada sesuatu yang aneh tentang pasukan kegelapan. Mereka hanya diam—tak melakukan apa pun di perkemahan yang letaknya beberapa kilometer jauhnya dari desa. Mereka seolah sedang berwisata—tanpa bermaksud melakukan serangan. Namun, itu jelas mustahil, kan? Sepertinya, musuh memang sengaja melakukannya. Apa mereka tengah menjalankan strategi licik seperti dulu? Jika itu memang benar, para pejuang perbatasan tak akan termakan jebakan yang sama. Tidak lagi.

Tapi, tunggu dulu. Apa maksudnya jebakan?

Menurut cerita para tetua, beberapa puluh tahun lalu, pasukan melancarkan sebuah strategi yang sangat licik. Musuh melakukan hal yang sama dengan apa yang mereka lakukan saat ini di Kirin Village—desa perbatasan sebelah timur yang kini telah hancur dan tak berbekas. Pasukan kegelapan membuat kemah tak jauh dari desa tanpa melakukan hal yang mencurigakan. Tak ada tanda-tanda mereka akan menyerang.

Awalnya, pasukan perbatasan hanya menunggu. Namun, kesabaran mereka akhirnya habis. Mereka bosan dan lelah menunggu pergerakan musuh. Karena itu, sebuah keputusan diambil. Mereka akan melakukan serangan terlebih dahulu. Tak boleh ada waktu terbuang lagi. Toh, selagi musuh sedang lengah dan diam, serangan mendadak dan tak terduga pasti akan membuahkan hasil manis. Itu perkiraan mereka. Jadi, mereka pun melancarkan serangan besar-besaran—memusatkan seluruh penyerangan pada perkemahan musuh. Mereka berharap musuh akan kalang kabur dengan serangan dadakan itu.

Namun, itulah yang diharapkan musuh. Apa yang dilakukan pasukan pertahanan merupakan kesalahan besar yang bodoh dan berakibat fatal. Karena semua pasukan menyerang, pertahanan desa pun melemah. Hal itu yang ditunggu musuh. Mereka melancarkan sebuah serangan dadakan. Pasukan musuh datang tanpa diduga. Pasukan itu jauh lebih kuat daripada pasukan yang telah dipantau sebelumnya. Ternyata, pasukan di perkemahan hanyalah pengecoh saja.

Dan, peperangan itu berakhir tragis. Pasukan kegelapan berhasil menghancurkan Kirin Village. Ratusan pasukan perbatasan jadi korban. Pasukan yang selamat terpaksa mundur dan mendirikan desa pertahanan yang baru. Memulai dari awal. Sungguh, saat itu, mereka terlalu bodoh dan gegabah. Mereka dengan mudah masuk dalam perangkap lawan. Tergesa-gesa dan meremehkan musuh adalah kesalahan yang tak boleh lagi diulangi. Seharusnya, dulu, mereka menunggu bantuan dari para pengendali yang baru dalam perjalanan ke desa.

Jelas, pengalaman pahit itu menjadi pelajaran bagi pasukan perbatasan—terutama di Nabiki Village saat ini. Tak ingin lagi, mereka mengulangi kesalahan yang sama. Tenang dan sabar, meskipun tangan mereka gatal ingin segera menghajar musuh adalah hal yang harus mereka lakukan sekarang. Jadi, mereka pun memilih diam dalam desa. Tinggal menunggu perintah datang. Menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.

Come Back To Me [INCOMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang