21

121 24 5
                                    

— PSYCHO —


Ini sudah 2 hari yang lalu sejak pemakaman Taeyong. Acaranya dilakukan secara tertutup dan hanya dihadiri oleh orang kepercayaan Taeyong. Bahkan tidak ada media yang diperbolehkan datang.

Sekarang seulgi sudah kembali pada Kakaknya. Kesedihannya bertambah saat mendengar rumah peninggalan orang tuanya digadaikan oleh sang Kakak. Namun itu tak lama, kesedihannya masih mengacu pada Lee Taeyong.

"Dek? Ayo makan dulu, lo udah kayak gini loh dari kemaren" Ucap Irene lembut mengerti keadaan Adiknya. Seulgi diam, dia tak menjawab sama sekali. Air matanya mungkin sudah kering. Dia tak menangis lagi.

"Seulgi-yaaa" panggil teman-temannya. Mereka pasti sudah mendengar apa yang terjadi.

"Hei, gue bawain boba nih, fav lo kan?" Joy mendekati Seulgi sambil menyodorkan Sebuah minuman lengkap dengan sedotannya. Lagi-lagi seulgi tak bereaksi. Ketiga temannya hanya saling tatap.

"Seulgi-yaa, kami ada disini untukmu. Jangan sedih." Ujar wendy berharap Seulgi merasa lebih baik.

"Kita sedih juga liat lo sedih seul" tambah Yeri. Seulgi kemudian menatap satu persatu temannya. "Makasih ya" suara seulgi serak karena terlalu banyak menangis.

Segera mereka memeluk seulgi, pelukan sahabat yang dibutuhkan oleh siapapun orang didunia ketika memerlukan kekuatan. Seulgi membalas pelukan mereka. Terasa hangat, batinnya.

———

"Pemilihan Direktur baru akan dilaksanakan besok tuan, anda harus mempersiapkan sambutan" ucap Kai pada Pak Jung sambil tertawa.

Mereka terlihat puas, pada akhirnya apa yang mereka inginkan akan tercapai. "Apa semuanya aman? Atau ada bukti yang bisa melibatkan kita pada kematian Lee Taeyong?" tanya pak Jung.

"Sama sekali tidak pak, itu akan terlihat seolah olah adalah kecelakaan tunggal." Jawab Kai yakin.

"Begini lebih bagus, saya tidak perlu repot-repot membunuh dan menyingkirkan mayatnya." Pak Jung menyeringai. Mereka berdua tertawa layaknya psiko.

———

Keadaan rumah Taeyong sangat hening. Para penjaga juga lebih santai dari biasanya.

"Mark? Sekarang apa? Apa yang akan terjadi?" Tanya Doyoung pada Mark yang setia menunggunya. Dia diam tak menjawab.

"Kenapa lo masih disini mark? Bang Taeyong udah nggak ada. Lo bisa pergi"

"Memang benar begitu, tapi Tuan Lee meminta saya untuk menjaga anda sampai akhir"

"Wahh lo bener bener setia ya" Doyoung berdiri kemudian menepuk nepuk pundak Mark.

"Ahh benar, bagaimana keadaan seulgi? Lo tau tempat tinggalnya kan? Kasih tau gue" Pinta Doyoung.

———

Sorenya Doyoung benar-benar menemui seulgi. Mereka tengah berada di taman kecil dekat tempat tinggal seulgi yang baru.

"Nih, mark nitip tadi. Katanya itu dari Bang Taeyong. Tapi jangan di buka sekarang. Kan masih ada gue" Doyoung memulai. Seulgi hanya menatap paperbag mini yang doyoung letakkan di tengah tengah tempat duduk mereka.

"Trus lo ngapain kesini?", Tanya seulgi beralih menayap Doyoung. Yang ditatap merasa canggung dan hanya melihat lurus kedepan.

"Mastiin keadaan lo lah" jawabnya sedikit gelagapan. Seulgi tak mau berfikir aneh pada Doyoung. Dia menghargai niatnya yang baik itu.

"Hmm gue baik-baik aja sekarang. Gue harap lo juga gitu." Seulgi berbohong, dia hanya pura pura baik-baik aja didepan semua orang.

"Ya oke, gue juga nggak akan berlarut-larut. Kalo gue sih serius ya. Kalo lo tau deh" Sindir Doyoung. Dia tau seulgi memang berbohong.

"Heh enak aja! Gue nggak bohong tau" seru seulgi. Doyoung tertawa kemudian mengangguk. "Nah gitu dong, teriak. Baru seulgi yang gue kenal" ejeknya.

"Dih udah deh, udah senja. Lo pulang sana" Usir seulgi. Doyoung pun lekas berdiri. Dia sudah melihat seulgi jadi dia memang harus pulang.

"Yaudah, sampai jumpa lagi" Ucap doyoung sambil melambaikan tangan. Seulgi hanya tersenyum kecut kemudian bergegas untuk pulang. Tak lupa dia membawa paperbag yang Doyoung berikan tadi.

———

Seulgi baru saja selesai Mandi. Dia langsung teringat dengan paperbagnya. Segera dia cari dan bongkar apa isinya.

"Hah? Gantungan ini-" seulgi menemukan gantungan beruang bertuliskan namanya. Dia yakin itu miliknya. Didalamnya lagi terdapat sebuah kertas yang terlipat rapi. Seulgi lantas membaca tulisan yang tertulis disana.

———
Seulgi-yaa, jika kau membaca surat ini artinya sesuatu yang buruk telah terjadi padaku. Tolong jangan menangis. Tersenyum lah, senyum mu adalah hal pertama yang membuatku jatuh cinta padamu.

Kau pasti tidak ingat dengan pertemuan pertama kita bukan? Ini adalah jawabannya. Di hari kau kehilangan gantungan kunci mu.

Apa kau terkejut? Sudah lama sekali kan? Maaf jika selama itu aku terus mencari tau semuanya tentangmu. Aku benar-benar mencintai mu seulgi-yaa.

Ahh benar, kau harus melanjutkan hidupmu dengan baik, belajar dengan baik dan bertemu pria baik juga. Jika tidak maka aku akan... aku akan menghantui mu.

Selamat tinggal seulgi, Maaf karena tidak menepati janji ku dan Terima kasih sudah mencintai ku.

Fyi: kata kuncinya adalah jalur penyebrangan ^^

Bubu

———

Seketika tangisan Seulgi pecah, dia tak menyangka Lee Taeyong sudah mencintainya begitu lama.

Terlihat tulisan dikertas yang nampak luntur. Seulgi bisa tau bahwa Taeyong menangis saat menulisnya.

Mendengar suara tangisan seulgi yang semakin keras Irene pun mendekat. "Apa yang terjadi? Seulgi?" wajah Irene sangat khawatir.

"K-kak. Taeyongie, Aku benar-benar merindukannya" Ujar seulgi diselilingi senggukkan. Karena tak kuasa Irene lekas memeluk adiknya itu.

———

Setelah membaca surat Taeyong kemarin, Seulgi mulai mengingat samar hari dimana dia kehilangan Gantungan kunci beruang pemberian Ayahnya.

Pagi ini dia sudah berada di sebuah Cafe sendirian. Didepannya sudah tersedia secangkir Vanilla Latte.

Ponselnya cukup berisik sejak tadi. Alhasil seulgi terpaksa melihat pesan yang masuk.

"Hufftt" hela seulgi setelah tau itu pesan dari sebuah grup yang tak penting baginya. Teman-temannya pasti sedang ada kelas sekarang. Jadi tak mungkin seulgi meminta mereka untuk bergabung.

Cukup lama seulgi men-scroll layar ponselnya, kemudian matanya menangkap kontak bernama Bubu dengan emoji hati.

Seulgi membaca pesan terakhir yang Taeyong kirimkan, aku juga mencintaimu. Senyum sendu kembali terukir diwajah nya.

Sudah cukup lama Seulgi berada di cafe. Ia membeli Segelas americano ice sebelum meninggalkan tempat itu.

Seulgi tak langsung pergi, dia berdiri di depan cafe sambil menatap gedung LTY yang berada di seberang jalan. Gedungnya sangat besar dan mewah.

Sedetik kemudian Seulgi menoleh ke kanan, melihat sebuah jalur penyebrangan yang tak jauh dari tempatnya sekarang.

"Jalur penyebrangan? Jadi disana? Pertemuan pertama kita?", tanya seulgi berharap Taeyong mendengarnya.



Kasih tau dong, kalian dapet feel nya nggak? Dah mau end nih.

To be Continue

PSYCHO | SeulyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang