18

138 21 3
                                    

— PSYCHO —

Rumah Taeyong kembali sunyi karena teman-teman Seulgi sudah pulang. Sebenarnya seulgi sedih, namun dia harus menyembunyikan hal itu agar tidak ada orang yang khawatir.

"Kau akan menikah denganku?" Tanya Taeyong masih dengan ekspresi tak percaya.

"Huh? Kupikir kau akan menikah denganku. Bubu nggak mau?" Jawab Seulgi polos. Mimik wajahnya terlihat kecewa.

Taeyong bangkit dari tempat duduknya. Dia menghampiri Seulgi yang masih berdiri sejak tadi. "Hey dengar" Ucap Taeyong setelah menangkup wajah seulgi. "Aku akan menikah denganmu" lanjutnya kemudian tersenyum.

"Hehe, jadi? Apa aku melamar mu?" Seulgi ikut tersenyum. Saat ini bola mata mereka saling bertemu dengan jarak yang sangat dekat. Taeyong menggeleng, "aku yang akan melamarmu."

"Kapan?" Seru Seulgi antusias. Dia berjinjit jinjit mendekatkan wajahnya pada taeyong, memintanya untuk segera menjawab pertanyaannya. "Iya nanti" Jawab taeyong berusaha menghindari seulgi.

"Kau harus lulus dulu" Segera taeyong pergi namun Seulgi mengekor dibelakangnya. "Itu terlalu lama, aku bahkan sudah bolos selama sebulan." Ucap Seulgi kecewa.

Taeyong berhenti mendadak sehingga Seulgi menabrak punggungnya. "Awhhh" Rintih seulgi kesakitan.

Taeyong memutar badannya menatap Seulgi. "Memang kau ingin segera menikah? Kau tidak mau fokus kuliah? Aku bahkan rela menunggu sampai saat itu" Kata Taeyong, Dia bersungguh-sungguh.

"Wahh apa kau benar benar lee taeyong? Kau tidak akan mengancamku agar segera menikah denganmu?" Sindir Seulgi. Taeyong hanya menggeleng heran.

"Kalau begitu aku akan melakukannya, Bubu-yaa. Jangan mati! Atau aku akan- eumm apa ya? Ohh aku akan mengambil semua harta mu" Ancam seulgi. Taeyong tertawa mendengarnya "hmm ambil saja" jawabnya enteng.

Tak disangka perkataannya malah membuat seulgi sedih "Ada apa?" Taeyong mengelus rambut seulgi setelah melihat ekspresi murungnya.

"Itu artinya kau akan mati?" Seulgi tak berani menatap mata Taeyong.

"Ouhh, kenapa kau terus membicarakan kematian? Kau berfikir aku akan mati?" Taeyong frustasi. Dia mencoba tenang, padahal apa yang seulgi pikirkan itu benar adanya. Dia bisa mati kapan saja.

"Lalu aku harus apa? Aku tidak mau kau terluka tapi aku juga tidak ingin kau mundur dari posisi mu. Kau melalui banyak hal untuk sampai disana"  Jelas Seulgi. Dia sudah tau semuanya karena cerita Doyoung.

Taeyong segera memeluknya, "baiklah, haruskah aku berjanji? Aku tidak akan mati seulgi" ucap nya pelan ditelinga Seulgi. "Aku percaya padamu" Balas seulgi dengan anggukan.

———

Keesokan harinya taeyong, mark serta tim rahasianya sudah berkumpul di sebuah ruangan tersembunyi yang masih berada di rumahnya. Tempatnya cukup luas, terdapat meja kerja beserta komputer layaknya perkantoran.

"Tuan Lee, kami sudah mengirim pesan anonim pada semua orang di kantor. Kami yakin pelakunya akan membalas" Ucap salah satu staff yang masih fokus dengan laptop didepannya, Renjun.

"Bagus, katakan siapa kemungkinan yg akan melakukan ini?" tanya taeyong pada semua staffnya.

Selama beberapa detik mereka hanya saling tatap, namun kemudian salah satu dari mereka menjawab "Saya pikir jika orang itu terus meminta anda menyerahkan posisi. Bukankah artinya dia menginginkan posisi anda? Itu berarti mereka harus punya saham terbanyak setelah anda"

"Jadi siapa?" Tanya Taeyong lagi. "Tuan Jung, beliau memiliki 18% saham" Jawab Mark.

"Maksudmu Ayah dokter Jung?" Taeyong memastikan. Mark mengangguk mengiyakan.
Apa benar begitu?, batin Taeyong. Sampai saat ini hubungan mereka sangat baik meskipun jarang bertemu. Tapi bagaimana jika itu benar?

PSYCHO | SeulyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang