22

138 25 8
                                    

— PSYCHO —


Seulgi sudah berdiri di depan jalur penyebrangan. Entah sengaja atau tidak namun seulgi sudah beberapa kali kehilangan kesempatan untuk menyebrang.

Dia menurunkan topinya, tak mau orang-orang melihatnya dengan mata yang bengkak karena semalaman menangis.

Seulgi mengerjap, ponsel yang sejak tadi dia genggam kini bergetar. "Doyoung?" Ucapnya membaca nama yang tertera pada layar ponselnya.

Karena tempatnya berdiri sangat bising dan ramai. Segera seulgi memasang earphone ditelingannya sebelum menjawab panggilan dari doyoung.

"Hmm? Kenapa?" Ucap Seulgi.

"Lo dimana? Ketemuan yuk. Lo pasti belum makan kan?" Jawab doyoung yang tak tau sedang apa.

"Lo dimana? Biar gue samperin" Seulgi mulai berjalan saat lampu sudah berubah merah.

Belum sempat doyoung memberikan jawaban, sambungan mereka terputus. Seseorang tanpa sengaja menabrak seulgi dari belakang. Orang itu nampak tergesa-gesa dan meninggalkan seulgi yang terhuyung hampir jatuh.

"Ouhh, ponsel gue. Ini kan dari taeyong", Seulgi segera membungkuk berniat mengambil ponselnya.

Namun dia terlambat. Seseorang sudah mengambilnya lebih dulu. "Makasih" Ujar Seulgi setelah orang itu mengulurkan ponsel miliknya.

Seulgi memastikan ponsel pemberian Taeyong itu tidak rusak. Namun sayang kini layarnya sudah pecah. Wajahnya kecewa.

Baru saja seulgi akan melanjutkan langkahnya. Tapi orang tadi masih belum berpindah dari depannya. Dia pun bingung sendiri.

Kemudian orang itu tiba-tiba menaikkan topi seulgi yang digunakan untuk menutupi wajahnya. Betapa terkejutnya seulgi melihat seorang pria yang tengah berdiri didepannya itu.

"Bubu?" Seulgi membeku. Namun pria itu malah melontarkan senyum setulus mungkin.

"Hmm? Kau baik-baik saja?" Jawabnya.

Seketika Seulgi menjatuhkan gelas americano nya dan segera memeluk pria didepannya. Dia tak peduli bahwa mereka tengah berada di tengah jalur penyebrangan dan bahkan orang-orang mulai melihat mereka.

———

Posisi Taeyong dan seulgi kini sudah lebih nyaman. Mereka duduk di cafe yang seulgi datangi sebelumnya.

Mereka duduk berhadapan sambil saling bergenggaman tangan. Tepatnya seulgi yang tak mau melepaskan tangan taeyong. Dia takut Taeyong akan menghilang tiba-tiba jika dia melepaskan genggamannya.

"Seulgi-yaa, aku tidak akan menghilang. Kau bisa melepaskan tanganmu" Ujar Taeyong setelah merasakan tangannya mulai berkeringat.

"Beritahu aku, mana yang mimpi? Kematianmu atau dirimu sekarang?" Seulgi memastikan. Agaknya dia masih tak percaya dengan apa yang sudah terjadi.

"Satu yang pasti, aku nyata" Taeyong kembali tersenyum. Tapi seulgi malah tak tega karena melihat wajah taeyong yang terdapat beberapa luka.

"Aku akan menjelaskannya padamu. Tapi sekarang kita harus pergi ke suatu tempat" Ajak Taeyong kemudian berdiri. Seulgi mau tak mau harus mengikutinya, karena sekarang Taeyong mulai memperkuat genggaman tangan mereka.

Sepanjang perjalanan seulgi terus menatap Pria disampingnya. Membiarkan Taeyong yang menuntunnya berjalan.

———

Disisi lain, Doyoung cemas karena seulgi tiba-tiba menutup panggilannya. Beberapa kali dia mencoba menghubungi seulgi kembali namun tak ada jawaban.

PSYCHO | SeulyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang