(10)

39 6 0
                                    

Sesudah jaehyuk dari rumah asahi kini ia pulang kediamannya. saat jaehyuk masuk ia sudah melihat keluarganya yang tengah berkumpul diruang tamu. Bunda, ayah, jihoon beserta kekasihnya hyunsuk.

"Ada apa nih rame rame" jaehyuk kini mulai bergabung dengan mereka.

"Cuma ber4 kok, nggak rame" saut jihoon.

"Kabar baik jaehyuk, Minggu depan Jihoon akan menikah" ketus Siwon ayah jaehyuk.

"Benarkah, kalau gitu aku mau cepat cepat dapat dedek baru dari hyunsuk Hyung dong" binar jaehyuk.

Pipi hyunsuk sudah memerah, sedangkan jihoon tersenyum dan smirk pada hyunsuk, dan ayah bundanya hanya menggeleng gelengkan kepalanya.

"Belum saatnya, tunggu dah nikah" ucap yeri ibu jaehyuk.

"Yah, siapa saja yang akan kita undang" jaehyuk beralih pada ayahnya.

"Hanya rekan bisnis ayah saja sayang" Sehun mengelus kepala anaknya.

"Bolehkah aku mengajak orang terdekat ku ayah" tanya jaehyuk.

"Boleh kok" ucapnya sambil menyeruput kopinya.

"Baiklah, kalau gitu aku kekamar dulu ya, dah capek" jaehyuk berlari ke kamarnya.
.

.


Seperti biasa Asahi berangkat bekerja direstoran, dan disana sudah ada yoshi yang sedang menata makanan pada pelanggan.
Asahi mulai masuk dan mengganti dengan pakaian kerjanya kemudian ia menghampiri yoshi yang sedang meletakkan nampan di atas meja.

"Berapa banyak pelanggan yang lu layanin saat gw nggak disini" tanya Asahi pada yoshi.

"Saat lu ngga ada gw kesepian tau nggak, walaupun 2 hari tapi gw kangen" yoshi memajukan bibir bawahnya dan Asahi yang melihatnya hanya terkekeh.

"Kenapa lu nggak sekolah aja di sana, biar setiap hari atau setiap detik kita bersama terus" Asahi memegang bahu yoshi.

"Nggak dulu deh, gw masih mau kerja" yoshi pun meninggalkan asahi dan membuka pekerjaannya yang tertunda, begitupun Asahi.

Beberapa jam kemudian restoran sudah sepi dan mulai tutup, kemudian karyawan yang bekerja sudah pada pulang kecuali yoshi dan asahi.

"Asa, pulang bareng gw yuk, gw bawa motor nih" yoshi mengemasi barang-barangnya.

"Tumben lu bawa motor, biasanya jalan aja tuh" timpal asahi.

"Jalan jalan terus capek gw, lagian gw punya motor untuk apa gw jalan, Lama lama bisa karatan motor gw" yoshi mengambil tasnya dan menggandeng tangan asahi.

"Eh eh lepas, kayak kencan aja kita, gk ngerepotin gitu" asahi melepaskan tangan yoshi.

"Nggak kok sayang" yoshi menarik tangan asahi balik dan membawanya ke parkiran.

Asahi Hanya pasrah dan sedikit jyjyk mendengar yoshi menyebut sayang padanya.

Selama menempuh perjalanan yoshi terus mengoceh dan Asahi Hanya mengangguk mengiyakannya, yoshi sama sekali tidak peka kalau Asahi tengah melamun melihat jalanan.

"Cha, dan sampai. Jangan ngga masuk lagi besok ya, gw tunggu" yoshi tersenyum dan berbalik meninggalkan asahi yang mematung.

"Bodo ah" Asahi masuk kedalam rumahnya.

Cklek!

"Asa pul- MAMAAA" Asahi terkejut melihat akira ibunya yang tergeletak tak berdaya dilantai.

"Mama, mama bangun, apa kambuh lagi" Asahi terus menggoyangkan badan ibunya.

"Gw bawa kerumah sakit aja nggak ya, tapi mau pakai apa, ngga mungkin jalan kaki sejauh itu" Asahi kini dengan rada khawatir.

"Telpon jaehyuk nanti ngerepotin, lagian cuma dia teman dekat gw. Ah, gw telpon paman Ji-won saja" kemudian Asahi mengeluarkan benda persegi itu dan mulai mencari kontak paman yang biasa dipanggil Ji-won oleh Asahi.

Ji-won adalah paman angkat Asahi, selama ibunya sakit paman Ji-won selalu menjaganya, Ji-won adalah dokter rumah sakit, Asahi sudah menganggap Ji-won paman kandung nya sendiri, Asahi banyak berhutang Budi pada Ji-won.

"Halo Asahi, ada apa" suara berat Ji-won yang berbicara lewat telepon.

"Apakah paman sibuk, mama pingsan" asahi dengan rada panik.

"Benarkah, baiklah saya akan kesana segera

Tut!

Sambungan terputus, Asahi memangku kepala ibunya dan meletakkannya ke pahanya.

"Maafin Asahi yang nggak bisa jagain mama" Asahi menangis dan mencium dahi Akira.
.

.

.

Paman Asahi yaitu Ji-won sudah tiba dirumah Asahi dengan membawa mobil putihnya.

"Cepat angkat mama" Asahi membantu Ji-won yang mengendong Akira.

Paman Ji-won mengangguk dan langsung mengangkat tubuh Akira kedalam mobil yang dibelakang dan diikuti asahi yang tengah mencari posisi yang nyaman.
.

.

.

rumah sakit

Para suster dan dokter bergegas dan meletakkan tubuh Akira ke beranda rumah sakit saat mereka telah mendengar teriakkan Ji-won, Ji-won adalah pemilik rumah sakit, ia yang selalu membayar untuk Akira dan Asahi, terkadang Ji-won juga tidak sempat karena banyak urusan yang harus ia kerjakan.

Kini mereka lagi diruang VIP, ruangan khusus, bahkan Ji-won sudah menganggap Asahi anaknya dan Akira sebagai ibunya. Akira kini sedang berbaring tak sadarkan diri brangkar nya, Asahi keluar sebentar karna ibunya harus diperiksa terlebih dahulu oleh Ji-won.

Asahi terus bolak balik didepan pintu yang ditempati ibunya, ia mengepalkan telapak tangannya dan berdoa kepada Tuhan Supaya ibunya baik baik saja.

Cklek

Pintu ruang VIP terbuka menampakkan beberapa dokter, suster bahkan Ji-won dengan pakaian putih.

"Bagaimana keadaan mama paman" Asahi memegangi tangan Ji-won sambil menangis tersedu-sedu.

"Jantungnya tadi lemah, untuk kamu cepat menelpon, Paman sudah bilang Jangan sampai mama kamu sakit, tuh kan penyakitnya kambuh lagi" jelas Ji-won.

"Aku dah sering ngingatin tapi aku tidak tau hal itu" Asahi menggeleng lucu.

"Kamu harus kuat dan jagain mama kamu ya, jangan sampai dia kelelahan, kalau kamu sayang jangan pernah sakiti hatinya, mengerti" paman Ji-won megang bahu asahi.

"Akan aku lakukan paman, aku akan menjaga ibu sebaik mungkin seperti paman menjagaku selama ini" asahi tersenyum dan memeluk badan besar Ji-won.

"Paman akan memberikan obatnya ya, mari ikut" Ji-won jalan duluan dan diikuti Asahi.

Setelah itu Asahi pulang bersama ibunya, btw ibunya sudah sadar sedari tadi. Ia hanya lelah.
Dan Ji-won juga tidak mengetahui kalau ia dibully disekolah, ia tidak ingin memberitahu hal pribadinya pada orang yang ia sayangi kecuali yoshi jaehyuk tentunya. Ia tidak ingin mereka sedih.

Asahi pulang diantar oleh pamannya menggunakan mobil yang sebelum itu ia gunakan untuk mengantar ibunya.

Sampai rumah asahi dan Akira, Ji-won pamit pulang.

"Makasih banyak ya paman" Asahi tersenyum dan membungkuk pada Ji-won.

"Makasih ya nak, gimana jadinya kalau nggak ada kamu" begitu juga Akira yang tersenyum pada Ji-won.

"Jangan berlebihan seperti itu, saya hanya menjalankan tugas saya, kalau gitu saya pamit ya dan ibu Akira jangan lupa makan obatnya dan terlalu lelah"
Akira mengangguk dan Ji-won beralih pada Asahi.

"Jaga mama kamu ya"
Asahi hanya mengangguk dan melambaikan tangannya pada Ji-won yang sudah berlalu pergi.

Sebelum itu ada seseorang yang melihat asahi dari kejauhan.






Bersambung

Unforgettable Love (Jaesahi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang