"Coba tebak, siapa cowok yang ortu aku kenalin semalem?"
Lizzy hanya menggeleng, hari ini dia sedang tidak enak badan. Bukan sakit, biasalah perempuan jika sedang datang bulan.
Lea mendekatkan bibirnya pada telinga Lizzy, "Juan tau!"
"Hah?!" Lizzy membelalakkan matanya, "Jadi kamu mau dijodohin sama Juan yang temennya Sean itu?"
Lea langsung membekap mulut Lizzy, "Sssttt! Jangan kenceng-kenceng dong, ini kan masih rahasia kita. Malu tau! Lagian cuma kenalan antar keluarga doang."
"Iya, iya maaf deh." Lizzy menyandarkan badannya ke dinding.
"Lesu banget deh, yuk ah kita keluar. Hari ini pelajaran olahraga kita digabung sama kelas Juan loh."
"Ya udah sana! Ketemu calon suami." Lizzy meminum air mineralnya.
Lea mencubit pelan tangan Lizzy, "Lupa ya? Juan kan sekelas sama Sean!"
"Ayo!" Lizzy dengan cepat menarik Lea untuk segera ke lapangan mengikuti pelajaran olahraga.
Di lapangan sudah banyak sekali orang. Kelas Lizzy dan kelas Juan digabung karena hari ini pak Siwon tidak masuk.
"Lea, perut aku sakit banget." Keluh Lizzy.
Lea menatap khawatir sahabatnya itu, "Duduk aja Liz, jangan ikut olahraga kalo gitu."
"Tap-"
Juan datang bersama Sean menghampiri kedua perempuan itu, "Hai!" Sapa Juan, Lea hanya tersenyum menanggapinya.
Sean menoleh ke arah Lizzy, "Liz, lo kenapa? Sakit?"
"Gak papa kok." Jawab Lizzy sambil meringis.
"Biasalah cewek, sakit perut kalo ada tamu." Tambah Lea.
"Gue anter ke klinik, jangan maksain." Sean menahan Lizzy yang sedikit oleng.
"Gak perlu kok." Tolak Lizzy, tanpa diduga Sean langsung memangku Lizzy.
Bukan hanya Lizzy yang kaget, Lea dan Juan tak kalah kaget melihatnya.
"Bandel banget sih dibilangin, ntar pingsan baru tau rasa." Sean mulai berjalan sambil memangku Lizzy.
"Sean turunin aku, malu." Bisik Lizzy.
Axel yang memperhatikan Lizzy sedari tadi langsung menghalangi jalan Sean, "Mau kemana kalian?""Minggir! Dia harus ke klinik." Usir Sean.
"Liz, kamu sakit apa?" Tanya Axel lembut.
Sean berjalan melewati Axel, "Kepo banget sih lo jadi cowok."
"Berhenti!" Axel megang bahu Sean.
Sean berbalik, "Apasih lo?!"
"Liz biar gue aja yang urus." Axel menatap tajam ke arah Sean. Begitupun sebaliknya.
Lizzy yang melihat jadi merasa tak enak, jangan sampai kedua laki-laki ini bertengkar karena hal sepele. "Udah dong! Malah ribut."
"Liz, lo mau ke klinik sama gue apa sama dia?" Tanya Sean serius.
Entahlah, Lizzy bingung harus menjawab apa.
"Ah udahlah." Sean langsung berjalan meninggalkan Axel sendiri, "Lo pasti pilih gue kok."
Sudah satu jam mata pelajaran Sean menemani Lizzy di klinik, "Masih sakit perutnya?"
"Udah gak kok, mending kita balik ke kelas."
"Oh, yaudah." Sean berdiri dari duduknya, "Bisa jalan gak?"
Lizzy memukul pelan bahu Sean, "Bisa lah, perut aku yang sakit. Bukan kaki."
Hening~
Beberapa detik mereka terdiam, bingung harus mengobrol apa.
"Liz, lo punya pacar gak?" Tanya Sean tiba-tiba.
"Hah?"
"Iya, udah punya pacar belum? Atau lo lagi jomblo?" Jelas Sean.
"G-gak punya, kenapa? Mau ngeledek ya?"
Sean berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya, "Mau jadi pacar gue gak?"
Deg~
"Hah?!" Lagi-lagi Lizzy terkejut dengan pertanyaan Sean.
Sean berjalan pura-pura marah, "Hah heh hoh terus dari tadi, yaudah lah lupain aja."
Lizzy langsung bangun menyusul Sean, "Maaf, tapi aku kaget." Lizzy tersenyum, "Aku tau kok kamu lagi bercanda."
"Seriusan."
Lizzy tidak menyangka jika Sean sedang menembaknya, ini benar-benar seperti mimpi yang menjadi kenyataan. "Apa gak terlalu cepet? Kamu baru putus dari Cleo, aku cuma takut jadi pelarian."
Sean menghimpit Lizzy ke dinding, otomatis membuat jarak mereka menjadi dekat. Lizzy susah payah mengatur detak jantungnya yang sudah tidak karuan. "Tapi lo suka sama gue atau gak?" Tanya Sean serius.
Lizzy menunduk, ia bingung. Sebenarnya ingin sekali langsung berkata 'Ya aku mau'
"Liz, liat mata gue dong." Bisik Sean.
Lizzy mendongakkan kepalanya perlahan, ia mulai menatap Sean dengan ragu. "A-aku... Itu... Aduh! Aku harus ngomong gimana sih?"
Sean tak bisa menahan tawanya, kenapa Lizzy harus sepolos itu?
"Kalo gak mau yaudah gak papa, gue mau nembak cewek lain nih." Goda Sean.
"Jangan!" Pekik Lizzy dengan refleks, "Iya aku juga suka sama kamu kok Sean."
Sean terdiam seribu bahasa, ia merasakan jika Lizzy mengungkapkan perasaannya dengan tulus.
Sedangkan Sean?
Ia hanya ingin misinya cepat selesai, Sean merasa seperti laki-laki paling jahat dan egois saat ini.Lizzy mengibaskan tangannya di depan wajah Sean, "Malah ngelamun."
Sean mengerjap, "Jadi sekarang lo pacar gue. Ayo gue anter ke kelas."
"Iya." Lizzy mengikuti Sean dengan senyuman yang tak bisa ia hentikan.
'Demi apapun, maafin gue Liz.' Batin Sean.
To Be Continue...
Ciyeeee jadian....
Mau dilanjut? Apa udahan nih?
Ramein dong wkwkkw
KAMU SEDANG MEMBACA
Perhaps Love || Wuyis [Completed]
FanfictionSiapa sangka, seorang Sean yang tadinya cuma ngejalanin dare dari musuhnya buat macarin Lizzy malah jadi bucin parah sama si korban. Hmm, gimana ya kelanjutan cerita cinta mereka? Gassss read yeorobun ;) Perhaps love, 2023 ©Devikim30_