4. Belenggu

393 25 16
                                    

Degh

"Huh?!" sahut Fang tersentak kaget.

Entah kenapa tiba-tiba jantungnya berdegup kencang saat mendengar nama "Ying" disebutkan. Padahal, tidak ada yang membuatnya takut, terkejut berlebihan, atau apa pun itu.

Keringat dingin mulai keluar dari tubuh Fang. Entah kenapa rasanya Fang sangat susah membuka mulutnya hanya untuk mengatakan "iya". Apa sekarang dia tidak punya mulut seperti yang dikatakan Boboiboy tadi? Apakah dia terkena kutukan? Tidak, tidak. Itu tidak mungkin.

Fang hanya bisa diam dengan jantungnya yang masih berdegup kencang. Ia tak tahu harus menjawab apa. Untuk membuka mulut pun rasanya susah. Sehinggalah membuat teman-temannya heran.

"Kesenyapan kau, aku anggap jawapan dari soalan aku tadi," ucap Boboiboy.

Fang menatap Boboiboy, lalu ia langsung membuang muka dengan cemberut. Boboiboy pun berjalan mendekati Fang dan menepuk pundak pria landak itu. "Fang, jangan bersedih. Jangan terbelenggu oleh masa dulu."

"...."

"Sekarang fokuskan diri kau ke masa hadapan. Kau dah ada kat kolej semester tiga ni, fokuslah kejar cita-cita kau. Bersedih je tiada guna, Fang," nasihat Boboiboy.

Fang menatap Boboiboy dengan lesu. "Lagipun, bukan kau je yang sedih kehilangan Ying. Kami pun ikut sedih," lanjut Boboiboy.

"Apalagi aku," ujar Yaya dengan tiba-tiba. Semua sahabatnya menatap ke arah Yaya yang sedang menunduk sendu. Membuat mereka iba pada Yaya.

"Hum. Lagi baik kita lupakan masa dahulu," ucap Gopal yang seketika membuatnya mendapat tatapan tajam dari Boboiboy dan Fang, bahkan Yaya yang sedang menunduk pun mendongakkan kepalanya dan ikut menatap tajam pada Gopal.

"A--apa? Salah ke?" tanya Gopal dengan polosnya.

"Ish, kau ni. Ying kan kawan kita, dia kan masa lampau yang kau maksud. Kau nak kita lupakan Ying, ke?!" tanya Yaya dengan kesal.

"Eh, maksud aku bukan macam tu," jawab Gopal.

"Habis tu?"

"Maksud aku relakan je. Merelakan bukan berarti melupakan. Iya, bukan?"

"Hm." Hanya itu yang keluar dari mulut Fang.

Mendadak suasana menjadi hening. Keempat sekawan itu mendadak diam dan tak berucap apa pun lagi, membuat seorang pria yang ada di antara mereka jengah sendiri. Dia adalah Gopal.

Anak Lelaki Kumaran itu mendengkus kesal. "Haish, daripada sedih-sedih ni, baik sekarang kita pergi canteen. Kita makan. Aku belanja!" ucap Gopal seraya menyeringai menampakkan deretan giginya.

Saat ini kelas mereka sedang jam istirahat, dan mahasiswa-mahasiswi lainnya sedang beristirahat di luar kelas. Terkecuali Boboiboy dan sahabatnya. Dari tadi mereka hanya di kelas, dan kini Gopal mengajak mereka untuk ke kantin.

"Aik, biar betul?" tanya Boboiboy.

"Iye, la."

"Selalunya kau yang nak kena belanja," ucap Yaya.

"Ha. Untuk kali ni, aku buat," ucap Gopal.

"Tumben?" tanya Fang.

"Haha, iyela. Because semalam aku tolong orang, habis tu orang itu bagi aku duit beberapa ringgit. Aku dah tolak, tapi dia paksa aku untuk terima duitnya tu. Jadi, aku terima je la," jelas Gopal.

"Takpe, rezeki kau tu," ucap Boboiboy tersenyum.

"Dan, Fang. Aku belanja kau donat lobak merah!"

"Huh, iyakah?!" Wajah Fang yang tadinya datar, begitu mendengar kata donat lobak merah matanya langsung berbinar-binar. Gopal pun menggangguk sebagai jawaban.

Rentang Masa (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang