8. Merindu

331 36 23
                                    

"Eh?!" sahut keduanya ketika sadar akan saling memeluk.

"Eheheheh," tawa Boboiboy dengan kikuk karena malu hendak memeluk Yaya.

Dengan segara Boboiboy dan Yaya pun berpaling dan membelakangi satu sama lain.

Yaya memejamkan kedua matanya dan menutupinya dengan telapak tangan karena malu. Sedangkan Boboiboy masih setia merentangkan tangannya dan langsung memeluk Fang. Gopal pun melakukan hal yang sama, memeluk Fang. Kini dengan wajah malasnya, Fang menghela napas berat ketika dipeluk erat oleh kedua sahabatnya.

Yaya masih dalam posisi yang sama. Detik itu juga, sebuah ingatan terlintas di otak Yaya.

"Yeay, kita menang, Yaya!" seru seorang gadis China dengan kacamata bulat berbingkai biru dan rambut sebahu yang diikat twintail.

"Yeay! Selamat, Ying!" ucap Yaya langsung memeluk gadis China yang bernama Ying itu.

"Selamat untuk kau pun, Yaya. Hihihi!" kikik Ying membalas pelukan Yaya.

Yaya menurunkan telapak tangannya dari wajah dengan perlahan. Tampak bulir-bulir bening terbendung di pelupuk matanya.

Yaya kembali menghadap ke depan. Ia menaruh kedua tangannya di atas pahanya. "Andai je kau masih kat sini, Ying. Mesti kita boleh bagi kebahagiaan ini," batinnya memerhatikan lapangan dengan tatapan kosong.

"Aku rindukan kau, Ying."

"Aku mohon, baliklah, Ying. Sekurang-kurangnya untuk hilangkan rasa rindu ni. Takpe walau cuma sekejap. Untuk hari ni je," pinta Yaya dalam hatinya yang entah bisa didengar oleh Ying atau tidak. Namun secara logika, sudah jelas Ying tidak bisa mendengarnya. Terkecuali ini di dunia sihir.

Tanpa disadarinya, bulir-bulir yang terbendung di matanya kini sudah penuh dan mulai mengalir membasahi pipinya.

Sungguh, Yaya sangat merindukan Ying, sosok sahabat yang sudah ia anggap seperti adik sendiri.

Boboiboy menoleh ke arah Yaya setelah puas memeluk Fang. Tampak olehnya mata Yaya yang sepertinya, ralat, yang memang berkaca-kaca. Itu membuatnya khawatir.

"Kau kenapa, Yaya?" tanya Boboiboy menatap Yaya.

"Ah, aku takpe," ucap Yaya mengelap pipiny menggunakan punggung tangan seraya mengulum senyum simpul.

"Tipu!" sentak Boboiboy sehingga membuat Yaya tersentak kaget, bahkan Fang dan Gopal pun ikut tersentak, dan dengan cepat menoleh ke arah Yaya.

"Eh, ada apa, ni?" tanya Gopal. Namun ia tidak mendapat jawaban dari siapa pun, baik dari Yaya atau Boboiboy. Gopal pun berdecak kesal.

"Jujur je lah, Yaya," pinta Boboiboy.

"...."

"Tadi kau nangis, kan?"

"...."

"Tengok. Pipi kau tu basah."

"Erk ... itu ... anu ...--" Dengan cepat Boboiboy memotong ucapan Yaya.

"Aku kawan kau, kan?"

"Iyelah," jawab Yaya dengan pasti.

"Kau tahu, antara kawan tu takde yang disembunyikan. Jadi, cakaplah apa yang tengah kau tangisi sekarang. Itu buatkan aku risaukan engkau," jelas Boboiboy dengan jujur.

Yaya menatap sebentar mata Boboiboy. Dan benar saja, Yaya dapat menangkap rasa khawatir tersirat di mata Boboiboy.

"Huft, baiklah."

"Aku rindukan Ying sahaje," jawab Yaya dengan sendu seraya memaksa menunjukkan senyum.

Seketika Boboiboy menatap sendu ke arah Yaya, sedangkan Fang dan Gopal saling memandang.

Rentang Masa (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang