Hidup dalam kemewahan, hidup berkecukupan, seharusnya dia bahagia kan? Tapi sepertinya hal ini tidak berlaku untuk Haydar Bagaskara. Hidup bersama dengan satu pria kasar yang tiap hari kerjaannya cuma bisa membuat mental Haydar kacau. Ya, lelaki itu adalah Kakak kandungnya sendiri.
Tiada hari tanpa luka basah di kulit eksotis Haydar. Ada saja goresan-goresan indah yang terlukis di sana.
Malam ini, luka itu kembali menggores kulit Haydar. Sabetan gesper itu berhasil membuat paha Haydar sobek hingga mengeluarkan banyak darah. Darah segar mengalir begitu gesper itu disabet mengenai tubuhnya.
Teriakan kesakitan menggema di dalam ruangan gelap yang kedap suara tersebut.
Berbagai macam kata ampunan tak meluluhkan hati sang Kakak untuk berhenti menyiksa adiknya.
Haydar meringkuk, memohon pada sang Kakak agar berhenti memukulinya. "Kak, tolong berhenti... Sakit."
"Sakit hm? Sakit!?" ucapnya dengan nada penuh kekesalan.
"Ampun, Kak. Tolong..."
"Jangan kurang aja lo jadi bocah! Gue beli itu ayam jauh! Gue beli butuh usaha, niat. Bukan buat lo makan enak-enakan gitu! Sekarang gue mau makan apa, hah?! Emang lo bisa masak? Gak kan?!"
Ucapan-ucapan itu sungguh membuat hati Haydar lara. Rasanya seperti ada belati tajam yang menusuk jantungnya, retak, dan pecah berkeping-keping.
Haydar bisa saja membelikan yang baru, dengan senang hati akan berjalan dengan sepedanya untuk membeli ayam dengan merek yang sama. Tapi seperti sudah gelap mata, Kakaknya langsung menyeretnya ke gudang dan memukulinya seperti ini.
Mungkin ini memang sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Haydar yang baru saja pulang sekolah, langsung mengganti celananya menjadi celana pendek atas lutut. Turun ke bawah dengan harap dapat menemukan sekotak susu di dalam kulkas. Menuruni anak tangga dengan siulan senang, melenggak-lenggokkan tubuhnya disepanjang anak tangga. Senang rasanya hari ini, ia dapat bertemu dengan teman-teman baru yang baik.
Senyuman senang tergambar di wajah Haydar ketika ia membuka kulkas dan menemukan dua kotak susu rasa coklat. Mengambil salah satu diantaranya, menuangkannya ke dalam gelas, kembali membawa gelas itu bersama dengan siulan merdu itu lagi.
Langkahnya terhenti ketika indra penciumannya berhasil menangkap suatu aroma sedap dan gurih yang sepertinya berasal dari arah meja makan. Tanpa pikir panjang, Haydar melangkah mendekati meja makan. Menemukan sebuah kresek putih dengan sekotak ayam di dalamnya.
Meletakkan gelas itu di atas meja, tangannya beralih tuk membuka kresek itu lebih dalam.
Betapa terkejutnya ia ketika melihat ada begitu banyak tumpukkan ayam dengan balutan tepung tersusun begitu rapinya di dalam kotak ukuran sedang itu.
Ia sempat berpikir, mungkin Kakaknya tahu bahwa adiknya belum makan malam, jadi Kakaknya membawakannya ayam untuk dimakan.
Dengan riang gembira, Haydar menyambar piring dan meletakkan beberapa sendokan nasi di atasnya.
Duduk di meja makan, mulai mengambil satu per satu ayam di sana, lalu melahapnya dengan bahagia.
"Bahagianya hari ini jadi double karena ayam ini. Terimakasih, Kak. Selamat makan."
Bagian favoritnya adalah paha, karena bagian ini yang paling mudah tuk dimakan. Dan kebetulan sekali, ada banyak paha ayam di sini.
Ia tak se-egois itu tuk menghabiskan semua ayam tepung itu, ia sisakan beberapa potong ayam untuk Kakaknya. Jika di dalam kotak itu ada 13 potong ayam, maka akan Haydar sisakan 10 atau 9 potong ayam untuk Kakaknya. Haydar hanya akan memakannya sedikit.
Namun, Tuhan sepertinya hanya membatasi kesenangan Haydar sampai di sini saja. Di gigitan keempatnya, sang Kakak yang baru saja selesai mandi itu berteriak sembari menghampiri Haydar dengan wajah marah.
Langkahnya begitu keras, sepertinya Haydar bisa merasakan getaran dari langkah kaki tersebut.
"Lo ngapain makan ayam gue?!" bentaknya.
Haydar menjauhkan ayamnya dari mulutnya, dengan ekspresi bingung ia bertanya pada sang Kakak, "Loh, bukannya Kakak beli ayam ini untuk Aydar dan Kakak makan ya?"
"Lo gila?! Gue gak sebaik itu buat kasih lo makan! Dan sekarang... Dan sekarang lo udah hancurin selera makan gue! Sini lo ikut gue." Kakaknya mulai menyeret Haydar secara paksa. Bahkan Haydar tak diizinkan untuk minum barang menghilangkan rasa asin di tenggorokannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect
FanfictionDunia membawa mereka bertemu, mempertemukan mereka dalam satu lingkaran. Lingkaran persahabatan yang tidak akan pernah bisa ditembus oleh orang lain. Persahabatan mereka begitu kuat, berjanji tak kan saling meninggalkan sampai pada suatu titik diman...