"Jovian!"
"JOVIAN!
"Apaan sih? Pagi-pagi udah teriak-teriak gitu."
Tanpa rasa bersalah, Haydar berlari masuk ke kelasnya dengan sumringah dan menghampiri Jovian yang sibuk menyalin jawaban di sudut kelas. Berdiri di depan meja Jovian menunggu temannya menatap wajahnya. Haydar terus-menerus memanggil nama Jovian tanpa suara, tapi tangan Haydar yang sedari tadi mengetuk-ngetuk meja membuat Jovian menghela napas panjang lalu beralih menatap Haydar dengan tatapan malas, "Apa?"
"Gue ada info penting nih. Lo mau denger gak?"
"Info apa? Info anjing Pak Steven kepergok selingkuh di pinggir gang?" candanya lalu kembali menulis jawaban yang akan dikumpulkan sebentar lagi.
Haydar mendecak sebal. Sungguh, ini informasi penting yang sebenarnya harus Jovian tahu. Ia capek-capek semalaman berjalan mengitari kota hanya untuk menyampaikan informasi ini kepada Jovian. Tapi yang ia dapat hanyalah candaan garing kriuk kres dari sahabatnya ini.
"Bukan. Ini tuh..." Haydar memotong pembicaraannya, lalu mendekatkan mulutnya ke telinga Jovian. "Yossi ngadain balap motor dengan total hadiah 7.000.000. Lumayan kan?"
"Anjir! Serius?" yang hanya dibalas anggukan kecil namun heboh dari Haydar.
"Kapan? Kapan? Dimana?"
"Di putaran belakang gedung kosong di pinggir kota. Lo mau ikutan? Masih ada tempat buat masukin nama lo."
"Iya! Nanti anterin gua keㅡ" perkataan Jovian terputus saat melihat Jazziel datang dengan Rhenaldy di belakangnya.
"Anterin kemana Jovian?" tanya Jazziel dengan suara rendahnya. Jazziel sangat melarang sahabatnya ini untuk mengikuti balap liar. Karena itu sangat berbahaya dan yang namanya balap liar itu sudah pasti dilarang oleh polisi. Tapi Jazziel tahu, Haydar sangat mendukung Jovian jika Jovian ingin mengikuti balap liar. Kalau Rhenaldy sendiri sih, dia netral. Mau Jovian ikut atau tidaknya itu bukan urusan Rhenaldy. Yang penting selama Jovian baik-baik saja itu tidak ada salahnya.
"Eh, eum, gak. Gak kemana-mana." jawabnya menimang-nimang perkataannya.
Setelah melemparkan tatapan tajam ke Haydar, Jazziel meletakkan tasnya di bangku samping meja Jovian. Lalu duduk dan merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan.
"Awas aja kalian berdua."
Rhenaldy terkekeh lalu menarik Haydar untuk duduk karena sedari tadi Haydar hanya memanyunkan bibirnya dengan raut wajah sebal.
"Udahlah, El. Biarin aja. Kalau dia ditangkap polisi, kita bisa nertawain dia habis-habisan." sahut Rhenaldy setelah melepaskan tasnya.
"Ck, tapi tetap aja. Gue gak suka Jovian ikutan balapan seperti gitu. Mending di arena resmi, lah ini, ini di jalanan."
Jovian menepuk pundak Jazziel, "Makanya gue ikut balap liar biar bisa masuk ke arena balap resmi seperti MotoGP." Lalu beranjak ke posisi sebelumnya sambil mengepalkan tangannya, "Kan gue pengin jadi kayak Valentino Rossi."
"Mimpi terus." sungut Jazzeil tak suka.
"Dasar tukang halu." lanjutnya.
Jovian mencibir, "Nanti kalau gue sudah sukses dan terkenal, jangan pernah minta tanda tangan dan foto selfie bareng gue. Gue terlalu famous untuk pria setampan Jazzeil Devandra."
"Hm, makasih udah muji gue."
---
Jam pelajaran telah usai, kini mereka sedang berjalan bersama ke kantin sekolah yang letaknya memang lumayan jauh dari kelas mereka yang letaknya berada di depan. Di sepanjang koridor, mereka terus-menerus membicarakan tentang sesuatu dan diakhiri oleh suara kekehan.
"Lo semua gak tahu kan?" Haydar terkekeh.
"Gue udah punya bayangannya nih." sahut Rhenaldy lalu menutup mulutnya karena sepertinya tawanya akan meledak.
"Kakak gue pas bawa baskom isi air es dia kepleset tumpahan air yang dia bawa. Alhasil dia kejengkang gitu. Gue mau ketawa tapi takut dosa." yang di balas tertawa terbahak-bahak oleh yang lain.
"Kan, apa gue bilang. Karma is real. Kakak lo kena karma tuh dari Tuhan. Tuhan sayang lo, Tuhan mau lindungi lo siksaan Kakak lo yang gila itu." sahut Rhenaldy.
Haydar mengangguk setuju, "Tapi gue kasihan sama dia. Kepala dia benjol warnanya pink."
"Tapi yang penting lo aman kan?" tanya Jazziel yang tidak bisa berhenti tertawa.
"Ya, gak juga sih. Gue tetep dikurung di kamar mandi."
Tanpa sepengetahuan Haydar, Jovian langsung mengecek keadaan Haydar secara diam-diam. Ingin memastikan ada luka baru di kulit Haydar atau tidak. Ternyata ada. Dan sontak hal itu membuat Jovian geram sekaligus sedih. Jovian menemukan 2 goresan yang tak terlalu dalam di bagian leher belakang Haydar. Luka itu masih mengeluarkan darah. Jovian takut luka itu jadi infeksi. Buru-buru Jovian pergi dengan alibi ingin buang air padahal dia ingin pergi ke UKS untuk mengambil perban, obat merah, dan handsaplast untuk Haydar. Jovian tahu, Haydar paling tidak suka masuk UKS. Itu meningkatkannya akan Mamahnya yang sudah lama tiada.
IMPERFECT
H
AI HAIII~!!!
Ini cerita baru aku yang aslinya udah lama jadi draft cuma baru sempet di publish. Aku juga pernah bikin kayak versi videonya buat sekalian promosi di tiktok, mungkin lewat fyp kalian. Tapi viewers nya dikit huhu jadi aku ragu kalau video itu fyp ༎ຶ‿༎ຶ
Jangan lupa votement-nya ya!!! Share juga ke temen-temen Sijeunni kalian biar ikut baca jugaaa \(^o^)/
Sampai jumpa di next episode!
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfect
FanfictionDunia membawa mereka bertemu, mempertemukan mereka dalam satu lingkaran. Lingkaran persahabatan yang tidak akan pernah bisa ditembus oleh orang lain. Persahabatan mereka begitu kuat, berjanji tak kan saling meninggalkan sampai pada suatu titik diman...