[2] Kakak Kelas

84 7 0
                                    

Setelah Jovian pergi, mereka bertiga berjalan kembali menuju kantin. Di sela-sela tawa Rhenaldy, tiba-tiba ada 3 Kakak kelas cowok yang datang menghampiri Rhenaldy, membuat Rhenaldy dan kedua sahabatnya menghentikan langkahnya.

"Ikut gue."

Rhenaldy bingung. Dia bertanya-tanya dalam hati, itu Kakak kelas ngomong sama Rhenaldy atau gimana?

"Lo ngomong sama siapa?" tanya Haydar ragu-ragu.

Salah satu Kakak kelas itu menunjuk Rhenaldy dengan dagunya.

"Gue?" tunjuk Rhenaldy pada dirinya sendiri dan dibalas anggukan kecil dari Kakak kelas tadi.

"Buruan." titahnya lalu pergi berlalu terlebih dahulu.

Rhenaldy menatap kedua sahabatnya itu, sembari meminta izin untuk pergi mengikuti 3 Kakak kelas tadi. Rhenaldy yang telah mendapatkan persetujuan dari Jazziel dan Haydar segera menyusul Kakak kelas yang memintanya untuk mengikutinya.

"Kenal?"

"Gak."

---

Rhenaldy mengikuti 3 Kakak kelas tadi sampai di depan toilet cowok yang letaknya paling ujung. Dia bingung, kenapa mereka membawanya ke toilet. Dengan wajah polos, Rhenaldy mendekati mereka bertiga tanpa rasa takut dan curiga.

"Kenapa Kak?" tanyanya takut-takut.

Rhenaldy itu manis untuk ukuran cowok. Dia bahkan mendapat akuan tersebut dari ketiga sahabatnya. Dia juga polos, mau disuruh ini itu dan nurut-nurut saja anaknya.

Salah satu Kakak kelas tadi menarik lengan kecil Rhenaldy, mendorongnya masuk ke dalam toilet. Menutup pintu itu lalu menguncinya dari luar.

"Eh? Kak. Kakak? Kenapa dikunci?" Rhenaldy panik lalu mengetuk-ngetuk pintu toilet yang terbuat dari kayu.

"Diem, bocah."

"Udah, nikmati aja. Haha."

3 Kakak kelas yang belum diketahui namanya tadi menertawakan Rhenaldy dengan tawaan jahat. Seakan-akan mereka puas telah mengurung Rhenaldy didalam toilet dengan segala pertanyaan yang menghujam pikiran Rhenaldy.

"Kak, bukain." pinta Rhenaldy.

"Kakak!"

Yang lagi-lagi hanya di balas oleh tawaan jahat yang menyeruak masuk ke dalam telinga.

Di balik pintu toilet, Rhenaldy dapat mendengar dengan jelas desas-desus pembicaraan lirih mereka.

"Eh, kayaknya kurang nih. Gak seru kalau cuma ini."

"Iya, gue setuju. Menurut lo gimana, Vin?"

"Siram aja gimana? Tuh, ada air. Haha."

Mendengar itu Rhenaldy semakin takut dan mengencangkan ketukan pintu.

Brak!

Brak!

"Kak, jangan." lirih Rhenaldy. Suaranya terdengar bergetar. "Keluarin gue dari sini."

Rhenaldy memundurkan langkahnya, menatap langit-langit. Memikirkan bagaimana caranya ia bisa menghindari tumpahan air yang sebentar lagi akan ditumpahkan oleh mereka. Rhenaldy hanya mempunyai 1 pakaian OSIS. Dan ini juga baru ia pakai selama seminggu, dan seragam ini baru selesai di jahit oleh Tantenya dengan cuma-cuma 3 Minggu yang lalu.

Rhenaldy naik ke atas toilet duduk, duduk dengan kedua kakinya yang menekuk. Harap-harap air itu tidak jatuh mengenainya.

Tak!

Gret!

Byuur...

"Akh,"

Ah, sial. Air kotor itu jatuh membasahi seragam baru Rhenaldy.

"Rasain! Kuy, cabut." siswa dengan nametag Hevin Kanafika itu memerintahkan kedua temannya untuk segera pergi meninggalkan Rhenaldy yang ketakutan di dalam sana.

Masih duduk tertunduk di atas toilet duduk, setetes demi setetes air kotor itu turun dari kepala Rhenaldy. Aroma pembersih toilet pun mulai tercium. Dan seragamnya sekarang sangat kotor dan basah.

Suara isak tangis pun mulai terdengar. Air mata Rhenaldy turun tanpa perintah, semakin deras dan parau. Dia tidak tahu, bahwa Minggu keduanya di sekolah akan jadi seperti ini. Dia tidak mengenal mereka, bahkan bertemu sekilas pun Rhenaldy meragukannya. Tapi kenapa mereka berbuat seperti ini kepada Rhenaldy? Apa salah Rhenaldy?

"Salah gue apa?" lirihnya.

---

Rhenaldy turun lalu berdiri menatap seragamnya. Sedikit mengusapnya, lalu melepas kancing bajunya. Meninggalkan kaos oblong yang sama basahnya, tapi tidak terlalu basah, hanya terkena sebagian saja. Untung toilet sedang sepi, jadi tak ada yang memergokinya tengah menangis sendirian. Bisa-bisa dia malu dan jadi bulan-bulanan anak kelas— tidak, satu sekolah.

Mengambil selang air, Rhenaldy mulai memutar keran dengan volume air sedang. Membasuh bajunya yang sudah berubah warna menjadi coklat. Mengucek lalu memerasnya beberapa kali, tapi tak ada perubahan. Tetap sama. Sepertinya noda seperti ini harus dibasuh dengan sabun. Tapi di toilet ini tidak ada sabun, mungkin saja habis dan lupa tidak diisi ulang.

"Gue harus gimana?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Rhenaldy meletakkan baju yang tadi dia cuci di hanger yang tertempel di dinding, lalu melepaskannya kaos oblong dari badannya. Kembali mencuci bagian yang kotor sampai setidaknya kembali terlihat putih.

Bel masuk telah berbunyi 5 menit yang lalu, dan Rhenaldy masih setia duduk di toilet. Sebenarnya dia ingin keluar dan kembali ke kelas, tapi apa daya? Pintunya dikunci dan Rhenaldy tidak memiliki kuncinya.

Tok...tok...tok

"Ada orang diluar gak?" suaranya terdengar begitu parau.

"Ada orang diluar gak?" tanyanya lagi.

Rhenaldy mengulangi pertanyaan yang sama berulang-ulang kali. Sepertinya Tuhan mendengar rintihan kecil Rhenaldy, seseorang baru saja masuk ke dalam toilet dan terdengar sedang membuka keran wastafel. Ini kesempatan Rhenaldy untuk meminta tolong. Kesempatan yang Tuhan kasih untuknya tak akan datang dua kali.

"Permisi." seru Renjun.

Orang yang sedang mencuci tangannya menoleh mencari sumber suara tersebut. Dalam hati orang itu berkata kalau mungkin itu setan.

"Kak, bisa tolong keluarin gue dari dalam gak?"

Orang itu mulai melangkah menuju sumber suara. Toilet yang letaknya paling pojok itu nampak terkunci.

"Ada orang di dalam? Pintunya terkunci." seru orang itu.

"Iya, Kak! Gue di dalam. Tolong bukain pintunya, Kak. Please."

Rhenaldy sangat bersyukur. Setidaknya ada satu orang baik disini.

Orang itu nampak berusaha mendobrak pintu itu berkali-kali. Awalnya pintu itu tidak mau terbuka, tapi dengan 2 dorongan kuat pintu itu akhirnya terbuka dan nampak lah Rhenaldy yang berdiri dengan rambutnya yang basah.

"Dek, gak papa?" tanya orang itu khawatir.

Rhenaldy mengangguk kecil dan melemparkan senyuman manis kepada seseorang yang baru saja membantunya.

"Makasih ya, Kak. Perbuatan Kakak akan selalu gue ingat, dan suatu saat nanti bakal gue balas."

"Kalau gitu, gue balik dulu, ya." Rhenaldy pamit lalu pergi begitu saja meninggalkan orang itu dan berlari kembali ke kelasnya.

IMPERFECT

Halooooooo kangen gak?? Mwehehehe

Kira-kira visual Hevin siapa ya??? Coba tebak.

Jangan lupa vote ya!

ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang