[12] Sarapan dan Sapaan

68 5 0
                                    

Di pagi hari yang cerah, Rhenaldy pergi ke bawah untuk membuat sarapan. Pergi menuruni anak tangga, Rhenaldy sedikit mengendap-endap, sepertinya Mamah belum bangun. Ini kesempatan yang bagus untuk membuatkan Mamahnya sarapan.

Berjalan dengan santai, Rhenaldy mulai mencari bahan-bahan yang ia butuhkan untuk memasak. Setelah mendapatkannya, Rhenaldy pun memulai aktivitas memasaknya.

Pagi ini, ia akan membuat nasi goreng spesial dengan 2 telur mata sapi di atasnya. Lalu membuatkan Mamahnya roti isi untuk bekal nanti di tempat kerja Mamah. Rhenaldy harus memasaknya dengan hati-hati dan tidak boleh gagal, karena makanan ini akan ia berikan kepada Mamahnya dan dengan harapan makanan itu akan dimakannya.

Hari ini memang Rhenaldy sengaja bangun lebih pagi ketika ia mengetahui bahwa Mamahnya itu akan berangkat lebih siang daripada biasanya. Dengan penuh semangat, ia memasak hanya untuk Mamahnya yang tercinta.

Sudah lama ia tak bisa sarapan bersama dengan Mamahnya. Jangankan sarapan, untuk makan malam bersama saja rasanya sangat sulit. Mamahnya itu sangat sibuk, jadi kesempatan untuk makan bersama itu sangatlah tipis. Sudah berkali-kali sebenarnya Rhenaldy mengajak Mamah untuk keluar tuk sekedar makan bersama, tapi yang ia dapatkan hanyalah omelan yang keluar dari mulut sang Mamah.

"Mamah sibuk. Tau gak sih?!"

Ya, Rhenaldy harus mengerti dan mengalah.

Sarapan telah siap, kini Rhenaldy berjalan dengan senang hati ke kamar Mamahnya. Mengetuk pintu kamar itu dengan hati-hati agar sang Mamah tidak terkejut.

Tok tok tok

"Mah, Mamah udah bangun?"

Tak terdengar balasan dari dalam sana, Rhenaldy mengernyit, berpikir mungkin Mamahnya belum bangun.

Menunggu sejenak, Rhenaldy kembali mengetuk pintu kamar Mamahnya.

"Mah..."

Ucapannya terpotong ketika mendengar suara kunci kamar Mamah terbuka. Rhenaldy melangkah mundur, mengumbar senyum cerah ketika wajah Mamah muncul dihadapannya.

"Kenapa?" tanya Mamah dengan nada dingin, seperti biasanya.

"Itu Rhen bikin sarapan nasi goreng telor mata sapi." ucap Rhenaldy penuh antusias.

"Terus?"

"Makan bareng yuk, Mah. Rhen denger Mamah berangkatnya siang, jadi Rhen sengaja bangun pagi buat bikinin Mamah sarapan. Di makan ya, Mah."

Mamah merotasikan matanya malas, melirik meja makan yang tampak rapi dan cantik. Sebuah pemandangan cantik yang dapat menghangatkan hati.

Tapi, pemandangan itu rupanya tak cukup tuk membuat hati Mamah luluh. Karena pada nyatanya, hati Mamah masih dingin dan beku untuk Rhenaldy.

Mengalihkan pandangannya pada jam tangan yang menempel anggun dipergelangan tangannya, Mamah mencoba mencari alasan tuk menghindari Rhenaldy, lagi.

"Udah siang. Mamah sibuk." ucap Mamah ketus.

"Tapi ini masih jam 7, Mah. Mamah berangkat masih satu jam lagi." Rhenaldy masih mencoba memohon agar Mamahnya itu mau makan bersama.

"Ada perubahan jadwal mendadak, jadi, Mamah harus berangkat sekarang. Itu makanannya kamu kasih ke tetangga atau kucing atau siapa lah itu terserah kamu. Mamah berangkat dulu."

Perkataan yang keluar dari mulut Mamah tentu sangat menyakiti hati Rhenaldy, namun, apa yang bisa ia lakukan jika Mamahnya sudah mengatakan ini? Terlebih lagi, Mamahnya itu sudah pergi begitu saja tanpa berpamitan kepada sang buah hati yang tengah menatap punggungnya dengan tatapan sendu.

ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang