[18] Taman dan Pesan

90 12 0
                                    

"Nanti Papah pulangnya 3 bulan lagi. Kalian baik-baik ya di rumah. Jangan berantem. Papah tau kalian anak yang baik."

Dengan begitulah sambungan telepon berakhir. Dareen menghempaskan tubuhnya pada sofa empuk sambil memainkan ponselnya, ia tampak sibuk memijat benda pipih itu. Terdengar kekehan kecil dari Dareen, Haydar hanya mengira bahwa Kakaknya sedang saling mengirimi pesan dengan seseorang di sana.

Haydar bangkit dari duduknya, ia hendak melangkah kembali ke kamarnya, tetapi langkahnya terhenti kala Dareen memanggil namanya, "Lo mau kemana?"

"Balik ke kamar, Kak."

"Bikinin gue coklat panas dulu." titahnya pada Haydar yang hanya dibalas anggukan kepala. Ia hanya ingin tenang barang tuk sejenak, sejak tadi isi kepalanya sangat berisik. Papah pasti tidak akan menyangka jika Dareen sekeji ini. Dareen adalah anak kebanggaan Papah, sejak kecil Dareen selalu dipuji-puji oleh Papah entah karena hobinya, bakatnya, ataupun hal-hal kecil yang Dareen lakukan. Papah akan dengan bangga dan senang hati memamerkan segalanya kepada teman-teman Papah. Namun, semenjak Haydar lahir di dunia ini, perhatian Papah teralihkan oleh Haydar dan membuat Dareen seakan-akan kehilangan segalanya. Padahal, Papah tetap memuji segala pencapaian Dareen disela-sela sibuknya mengurus Haydar seorang diri.

Iya, seorang diri.

Mamah pergi saat Haydar baru saja lahir ke dunia, Mamah menitipkan Haydar pada Papah dan Dareen. Tugas Mamah telah usai hanya sampai Mamah melahirkan Haydar. Mungkin karena itu Dareen menjadi benci kepada Haydar. Dareen menganggap bahwa Haydar telah membunuh Mamah. Dan segala kekesalannya ia lampiaskan kepada Haydar.

Haydar melangkah menuju dapur tuk membuatkan segelas coklat panas untuk Dareen. Dareen sangat menyukai kopi dan coklat, tak heran bila di dapur terdapat banyak stok kopi dan coklat.

Haydar menyodorkan segelas coklat panas itu pada Dareen yang masih sibuk dengan ponselnya. Tanpa melepaskan pandangannya dari layar ponselnya, Dareen mengubah posisinya menjadi duduk lalu mengambil gelas itu dari tangan Haydar. Tanpa meniup atau menunggu sampai minuman itu hangat, Dareen langsung menyeruput coklat panas dan seketika itu membakar lidahnya. Dareen melepaskan genggaman tangannya dari gelas itu, membuatnya jatuh dan pecah. Dareen juga mengipasi lidahnya dengan tangannya. Lidahnya seperti mati rasa.

Mendengar suara gelas yang jatuh dan pecah itu seketika membuat sekujur tubuh Haydar bergetar hebat, pecahan kaca itu seperti aba-aba yang dibuat oleh Dareen untuknya dan siap menghajarnya kapan saja. Dan segera, Haydar menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Tatapan mata Dareen beralih menatap Haydar murka, mata dan napasnya memburu seakan-akan siap tuk memakan Haydar hidup-hidup. Ia letakkan handphonenya, lalu berdiri dan menonyor kepala Haydar dengan kasar.

"Lo gimana sih? Mau bikin lidah gue mati rasa?" Haydar menggeleng kuat-kuat. Mengelak perkataan yang dituduhkan kepadanya. Ia membuat coklat panas itu seperti biasanya dan biasanya Dareen tak mengomentari coklat panas buatannya. Malah ia sangat menyukainya, menurut Dareen, coklat panas yang dibuat oleh Haydar sangat pas takarannya. Namun kali ini, entah kesalahan siapa, Dareen sangat murka kepada adiknya.

"Lo lagi balas dendam ke gue apa gimana? Huh? Lo sengaja kasih gue minuman yang masih panas biar lidah gue kebarar gitu?!"

Haydar ingin sekali menjawab ucapan Dareen, tetapi ia terlalu takut tuk menjawab, ia takut ucapannya malah akan semakin memperparah hukuman yang akan diterimanya. Takaran suhu yang ia pakai sama seperti sebelum-sebelumnya dan biasanya Dareen tak langsung meminumnya, ia membiarkan coklat panas itu sejenak dan meminumnya disaat minuman itu sudah tak terlalu panas lagi. Sebenarnya Dareen tahu, ini kelalaiannya, tetapi namanya juga Dareen, ia tak mau harga dirinya rusak dengan bertingkah ceroboh dihadapan Haydar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ImperfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang