Beer

180 35 14
                                    

Lee Seungri sudah bercermin di depan kaca di kloset pakaiannya. Hanya sweater putih bergambar pohon kelapa di tengahnya dan celana jeans hitam saja yang dia kenakan. Bukan itu yang membuatnya berdandan lebih agar terlihat tampan, melainkan suasana hatinya.

Yup, niat Seungri malam ini menemui teman barunya yang telah menjadi penolong baginya kemarin malam. Siapa lagi kalau bukan Jiyong. Tak peduli juga kalau managernya akan mengoceh selama beberapa menit ke depan karena diminta untuk mengantarkannya ke rumah Jiyong.

"Untuk apa sih kau ke rumah orang itu lagi?" Yongbae lagi-lagi menggerutu.

"Yaahh, mencari teman ngobrol," jawab Seungri asal.

"Memangnya aku tidak bisa menjadi teman ngobrol, hah?"

"Aigoo, bukan begitu Hyung. Sudahlah, susah untuk dijelaskan. Kau cukup turunkan aku di depan rumahnya, lalu kau pulang lagi. Tapi, sebelum itu antarkan aku ke minimarket dulu," Seungri memberi perintah.

"Heisshh, aku managermu bukan supirmu."

"Jadi Hyung tidak mau?"

"Tidak!"

"Baiklah, aku pergi sendiri saja. Tapi nanti kau tanggung jawab jika aku ketahuan Dispet lagi."

Dengan cueknya Seungri mengatakan seperti itu pada Yongbae bermaksud membuat managernya bersalah dan nampaknya itu berhasil. Karena saat Seungri akan menarik gagang pintu apartemennya, Yongbae menghentikannya.

"Aisshh, hanya demi kau aku lakukan ini."

Seungri sumeringah.

"Jangan senang dulu, aku lakukan karena tidak ingin dibuat repot oleh masalah baru," sambung Yongbae lagi.

"Iya iya apapun alasanmu."

Yongbae dengan setengah hati mengantarkan Seungri ke minimarket untuk membeli sesuatu. Barulah mobilnya berangkat ke rumah Jiyong. Seungri turun di depan gang, karena sebenarnya gang itu hanya cukup untuk satu mobil. Jadi, tak masalah jika dia berjalan kaki menuju rumah penolongnya.

Seungri membuka pintu pagar rumah Jiyong yang memang kebetulan tidak pernah dikunci pemiliknya. Seungri coba mengetuk pintu rumah Jiyong, barangkali pemilik rumahnya sudah pulang.

Tapi ternyata dugaan Seungri salah. Nampaknya Jiyong belum pulang. Mau tak mau Seungri menunggunya. Pantat berisinya dia taruh di teras rumah Jiyong yang hanya disinari lampu. Setengah lusin bir dia taruh di sampingnya.

Udara makin dingin malam ini. Seungri menggosok kedua tangannya agar terasa hangat, tapi hanya berdampak sedikit. Tetap saja dingin. Sampai dia menyelipkan kedua tangannya di celah kakinya yang tertekuk.

Satu jam Seungri menunggu pemilik rumah pulang, tapi tak kunjung batang hidungnya nampak. Matanya semakin berat, dia pikir tidur sebentar tak masalah. Kepalanya dia tundukkan pada lipatan tangan di atas lututnya dan matanya terpejam.

Sampai Seungri tidur setengah jam lamanya, yang ditunggu akhirnya pulang juga. Jiyong membawa masuk motornya ke dalam pekarangan rumah. Maniknya menangkap adanya seseorang yang duduk di teras rumahnya. Keningnya bahkan berkerut, matanya memicing untuk melihat lebih jelas siapa.

Bahunya disentuh Jiyong dan perlahan digoyangkan. Membangunkan dia yang sedang tidur, tidak menyadari kepulangan Jiyong. Goyangan pelan Jiyong belum membangunkan Seungri.

"Yak, ireona. Kenapa kau tidur di sini?" panggil Jiyong pada akhirnya.

Seungri mengangkat kepalanya yang terusik tidurnya. Matanya mengerjap demi menyesuaikan penglihatannya dan kaget ternyata Jiyong ada di depan matanya sekarang.

Hug and Love Me MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang