Raining

76 21 9
                                    

Aku peringatin ya, sebelum baca lanjutan FF ini untuk menekan bintang di akhir. Juga warning dengan segala isi yg kadang diikuti Typo. Isi konten merupakan imajinasi penulis juga ide aslinya. Jadi, dilarang protes karena ini mutlak milik pencipta! Juga dilarang plagiat! Jika itu terjadi, aku sedot ubun-ubunnya! ⭐ Vote di pencet. Tuh, ada di bawah!
*
*
*
*
*

Seungri berhenti merengek meminta Jiyong untuk jadi pengawal pribadinya karena dia terkesima lagi akan keindahan yang disuguhkan oleh desa Jeonju. Matahari memang belum benar-benar akan terbenam. Masih sekitar tiga sore saat ini.

Jiyong sengaja mengajak Seungri melihat kuil Gyeonggijeon. Namun, sebelumnya dia mengajak masuk Seungri ke dalam kuil, Jiyong sudah ditarik oleh panda di depannya ini untuk masuk ke salah satu toko penyewaan hanbok. Itupun perlu berdebat seperti biasanya.

"Hyung, kita pakai hanbok biar terlihat seperti di jaman dulu," ajak Seungri. Matanya mengamati hanbok indah yang terpajang di etalase toko.

"Tidak mau!" Jiyong menolaknya.

Seungri menengok ke samping, menatap Jiyong dengan tatapan tidak mengerti. Laki-laki di sampingnya ini sungguh sulit.

"Wae? Itu terlihat keren! Ayolah, ini liburan ... kita bersenang-senang, eoh?"

Seungri menggoyangkan lengan Jiyong guna membujuknya. Jiyong hanya melihat tangannya digoyangkan.

"Buang uang!" Sekali lagi Seungri ditolak Jiyong. Dia mencibikan bibirnya membuat Jiyong gemas melihatnya.

"Sekali saja, Hyung! Please ...," mohon Seungri.

"Hahh, ya sudah!"

"Yes!"

Seungri langsung saja menarik tangan Jiyong memasuki toko tersebut dan langsung memilih hanbok yang akan mereka gunakan nanti. Seungri sulit mencari mana yang sekiranya ingin dia pakai, karena semuanya bagus di mata Seungri. Sampai akhirnya dia menjatuhkan pilihan pada hanbok berwarna biru muda dan Jiyong dengan warna kuning muda.

Lagi-lagi, Seungri paling menikmati momen jalan-jalannya. Matanya tak henti mengagumi apa yang dilihatnya. Sampai di kuil, mereka suguhi hamabi, sebuah batu perintah yang menunjukkan bahwa siapa pun yang melewati batu harus turun dari kudanya sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur.

Jiyong mengajak masuk lebih dalam lagi ke kuil untuk melihat lukisan Raja Taejo di aula utama. Kemudian mereka berjalan lebih jauh untuk menemukan Museum Lukisan Kerajaan, tempat mereka bisa melihat lukisan raja-raja dari Dinasti Joseon, termasuk Raja Taejo, dan Arsip Sejarah Jeonju yang menampilkan naskah-naskah catatan sejarah. Selain itu, halaman luas yang cantik dikelilingi oleh pohon-pohon kuno dan area rumpun bambu berfungsi sebagai tempat foto yang bagus untuk semua pengunjung.

"Hyung, tolong foto aku," pinta Seungri sambil menyerahkan ponselnya. Namun, tidak jadi karena dia teringat ponselnya mati. "Pakai punyamu saja!"

Jiyong menggeleng. Dia mengambil ponselnya dari saku celana dan bersiap membidik gambar pada layar kamera ponselnya. Melihat Seungri dalam kamera ponselnya yang sedang tersenyum di bawah pohon rindang membuatnya sangat manis. Senyum itu mampu menggetarkan hati Jiyong tiba-tiba.

"Sudah Hyung?" tanya Seungri karena dari tadi Jiyong tak kunjung menurunkan ponselnya. Jiyong sedang terkesima rupanya.

"Eoh? Oh, sudah! Ayo, kita lanjut lagi," ajak Jiyong demi menutupi kegugupannya.

"Tidak Hyung! Aku belum mengambil gambarmu. Sekarang giliranmu berpose. Sana cepat, bergaya!" perintah Seungri sambil mendorong badan Jiyong. Tak lupa dia juga sudah merebut ponsel dari tangan Jiyong.

Dengan malas-malasan Jiyong berjalan ke tempat di mana terakhir Seungri berfoto. Seungri sudah siap untuk mengambil gambar Jiyong, tapi laki-laki itu justru enggan berpose.

Hug and Love Me MoreTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang