Aku peringatin ya, sebelum baca lanjutan FF ini untuk menekan bintang di akhir. Juga warning dengan segala isi yg kadang diikuti Typo. Isi konten merupakan imajinasi penulis juga ide aslinya. Jadi, dilarang protes karena ini mutlak milik pencipta! Juga dilarang plagiat! Jika itu terjadi, aku sedot ubun-ubunnya! ⭐ Vote di pencet. Tuh, ada di bawah!
*
*
*
*
*Hujan deras masih saja mengguyur Jeonju malam itu. Jiyong dan Seungri pulang dengan keadaan basah kuyub. Terutama Jiyong yang memang tidak melindungi kepalanya dengan apapun, lalu jaket yang dipakaikan Seungri untuk menutupi kepalanya. Sempat Seungri menolak, namun Jiyong bersikeras.
"Hyung, pakai jaketmu! Nanti kau sakit," teriak Seungri.
"Sudah terlanjur basah. Kau pakai saja!" tolak Jiyong.
"Astaga Hyung! Kau hanya pakai kaos saja!"
Seungri berupaya mengejar Jiyong yang sudah lari lebih dulu agar tak lagi mendengar ocehan Seungri. Genggaman tangannya pada Seungri pun terlepas. Jiyong terus berlari hingga sampai di rumahnya.
Agar Seungri tidak kedinginan, Jiyong membuatkan teh hangat dan juga memberikan selimut tebal untuknya.
"Minum tehnya selagi hangat," Jiyong menyuruhnya.
"Gomawoyo," balas Seungri dan dia menggenggam gelas tehnya dengan dua telapak tangannya. Meniup sebentar sebelum dia meminumnya.
Jiyong perhatikan Seungri yang lebih banyak diam sejak pulang tadi. Juga tidak selincah sebelumnya. Dia curiga jika Seungri sedang merasakan sesuatu.
"Kenapa diam saja?"
Seungri gelengkan kepala.
"Aku pusing," ucapnya lirih.
"Kenapa tidak bilang! Aku ambilkan kau obat dulu!"
Jiyong ke dapur lagi untuk mencari obat. Dia mendengus teringat akan sesuatu. Rumah ini sudah lama kosong, mana mungkin ada obat. Jiyong bergegas mengambil payung dari balik pintu dan bersiap keluar lagi.
"Tunggu di sini! Aku keluar dulu," kata Jiyong.
"Mau ke mana?"
"Beli obat. Aku tidak punya," balas Jiyong.
"Jangan! Di luar masih hujan. Nanti kau sakit," cegah Seungri.
"Tapi kau-"
Jiyong berhenti bicara sebab melihat Seungri yang mencengkram ujung bajunya seolah tidak mengizinkan dirinya pergi. Seungri memberikan tatapan puppy eyes-nya yang bikin Jiyong goyah melihatnya.
"Temani aku saja. Jangan pergi!"
Ctar
Suara petir menyambar cukup besar. Seungri langsung beringsut pada Jiyong. Dia memeluk lengan Jiyong sangat erat. Jiyong dalam diamnya memperhatikan sesuatu yang tak biasa dari Seungri.
"Kau takut petir?"
Seungri mengangguk.
"Sebaiknya masuk ke kamar," perintah Jiyong.
"Tidak mau!" Seungri menolak.
"Kau bilang kau takut petir, jadi lebih baik kau di kamar saja!"
Seungri menggeleng cepat. Matanya terlihat berkaca-kaca.
"Aku bilang tidak mau! Aku tidak mau sendiri," Seungri merajuk sekarang.
Jiyong menghela napas. Baru kali ini dia melihat seorang laki-laki takut akan petir. Dari pada memperpanjang debat dengan Seungri yang entah kapan akan selesai, Jiyong memilih mengajaknya kembali duduk di ruang tengah yang terdapat penghangat di tengahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hug and Love Me More
RomanceMasalah rumit yang sedang dihadapi Seungri, memaksanya untuk mundur dari dunia hiburan sementara waktu hingga dia bisa membuktikan dirinya tak bersalah. Di tengah usahanya memulihkan nama baiknya, banyak cemoohan yang harus diterima, membuatnya lela...