Bab 8: Deep Conversation

322 58 29
                                    

Seperti biasa, ada spoiler di akhir cerita hihi. Enjoy reading lovelies 💜

Setelah keributan yang berasal dari kamar Judy dan Terry, akhirnya kesepuluh orang itu menyantap makan malam yang sudah dimasak oleh Julia dan Lucy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah keributan yang berasal dari kamar Judy dan Terry, akhirnya kesepuluh orang itu menyantap makan malam yang sudah dimasak oleh Julia dan Lucy. Mereka makan dengan tenang dan damai, walau sesekali dua pria tertua (Daniel dan Steve) merengek ingin disuapi oleh pacar mereka masing-masing (Lucy dan Julia) membuat keempat orang yang melihat itu (Ben, Kai, Joanne dan Hussey) menjadi sedikit risih.

Selesai makan yang bertugas mencuci piring adalah Daniel dan Lucy, sedang yang membereskan meja makan adalah Steve dan Julia. Lalu kemana yang lainnya pergi? Ben memilih bermain gitar di balkon lantai dua ditemani oleh Joanne. Kai memilih bermain video game bersama Hussey. Lalu dimana Judy dan Terry? Mereka ada di halaman belakang, tepatnya duduk di kursi santai yang berhadapan dengan kolam renang.

"Lo gak kumpul sama yang lain?" tanya Judy pada Terry yang kini memilih membaringkan tubuhnya.

"Mereka sibuk sama urusan masing-masing." Jawabnya singkat membuat Judy mengangguk pelan. "Lo sendiri kenapa diem disini?" tambahnya.

"Pengen aja, lagian di dalem terlalu rame." Jawabnya dan suasana menjadi canggung.

"Terry."

"Hm?"

"Gue mau nanya sesuatu boleh?"

"Tanya aja."

"Kenapa lo benci sama cewek?" Terry terdiam sejenak mendengarnya.

"Lo yakin mau denger jawaban gue?" Judy mengangguk.

"Jujur pertanyaan itu udah ada dipikiran gue sejak pertama kali liat lo. Gue penasaran kenapa lo benci banget sama cewek?" Terry bangun dari posisi berbaringnya.

"Sebenernya gue gak benci sama cewek, gue cuma gak suka sama cewek yang deketin gue karena kekayaan bokap gue doang." Tentu pernyataan itu membuat Judy mengerutkan dahi. "Kebanyakan dari mereka deketin gue karena tau bokap gue orang kaya dan gue gak suka. Itulah alasan kenapa gue ketus sama semua cewek." Judy mengangguk paham.

"Lo trauma sama mereka?" Terry menggeleng.

"Dibilang trauma, gak juga sih. Gue cuma gak suka sama orang bermuka dua."

"Ah! jadi itu alesan kenapa lo ngatain gue cewek muka dua?"

"Something like that." Judy mengercutkan bibirnya. "Tapi gue salut sama perubahan lo sekarang." Tambahnya, membuat gadis itu tersenyum.

"Itu berkat lo juga. Kalau lo gak nasehatin gue, mungkin sampai sekarang gue belum tobat." Jawabnya, membuat Terry menatapnya heran.

"Lo tau Terry? Temen-temen gue sering banget nyuruh gue berhenti jadi playgirl, cuma guenya batu gak nurut sama mereka. Tapi anehnya..." kembali Terry memberikan atensinya pada Judy. "...saat lo yang nyuruh gue berhenti, gue langsung nurut dan lo ngebuka pikiran gue tentang nama baik keluarga."

Asexual (Taeryeong) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang