PULANG

2.3K 222 1
                                    

:: PULANG ::

Perpisahan dengan anak-anak di sana membuat kita semua para relawan terharu. Banyak dari kami yang sedih dan menangis melihat mereka tidak mau ditinggal oleh kami. Wajah-wajah polos itu meneteskan air mata meminta kami untuk tinggal lebih lama bersama mereka. Sayangnya, kami harus pulang dan kembali pada rutinitas.

Sebelum kami meninggalkan tanah NTT, kami berfoto bersama anak-anak itu dan memberikan bingkisan snack yang membuat mereka tersenyum kembali meski aku tahu, di dalam hati mereka tetap sedih. Aku pun sedih dan diam-diam menangis di dalam pesawat saat mbak Yani, yang duduk di sebelahku tengah tertidur.

Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan.

Ini pengalaman jadi relawan yang tak akan pernah aku lupakan. Tidak hanya ini, sebelum-sebelumnya dan seterusnya saat aku dikirim ke suatu daerah, itu akan menjadi pengalaman yang luar biasa. Aku hanya berharap, mereka semua yang terkena bencana bisa segera bangkit dan menata kehidupannya kembali. Anak-anak itu juga semoga menjadi anak yang tumbuh dengan kebahagiaan di dalam hatinya.

Aku masih meratapi fotoku dengan anak-anak NTT di ponsel. Aku memang sengaja meminta tolong Indri untuk menfotoku sebagai kenang-kenangan.

Hanggana
Sedih ya?

Chat dari Hangga muncul tiba-tiba. Sebelum menaiki pesawat, kami memang sempat tukeran nomor telpon. Aku sempat menengok untuk mencari keberadaan Hangga apakah tempat duduknya ada di dekatku sehingga ia tahu aku sedang bersedih, atau memang ia cuma menebak saja? Pesawat belum take off, jadi kami masih bisa menghidupkan ponsel. Sebentar lagi akan aku matikan. Namun aku membalas chat Hangga terlebih dahulu.

Rindu
Kamu beneran cenayang kayaknya.

Pesan itu sudah terkirim. Lalu aku mematikan ponsel dan menyimpannya di dalam saku. Aku sudah mengabari bunda kalau aku sampai Jogja agak malam. Kemungkinan aku akan ke Solo esok hari. Bunda hanya menjawab, "Tenang, kamu bisa pulang ke Solo nanti."

Aku tidak tahu maksud chat terakhir dari bunda. Padahal aku sudah menjelaskan bahwa aku belum bisa langsung pulang ke Solo malam ini juga, pesawat yang aku naiki mendarat di Jogja, maka aku harus naik bus atau taksi online untuk sampai ke Solo.

Lebih baik besok pagi, naik kereta Prameks seperti biasa. Lebih santai dan tidak terburu-buru.

"Mbak Yan, dijemput siapa?" Tanyaku saat di pintu keluar Bandara Adisucipto.

"Papa, Rin. Kamu sendiri katanya mau pulang ke Solo. Jadi?"

"Kayaknya enggak sih, besok pagi aja, udah malem. Sekarang pulang ke rumah dulu."

"Yaudah ati-ati ya, kamu udah order taksi online kan?" Tanyanya perhatian.

"Yoi mbak, ini baru mau order." Ujarku seraya membuka aplikasi ojek online.

"Oke, Aku duluan ya Rin, itu papa. Dadah..." Mbak Yani pamit pulang duluan saat ia melihat Papanya sudah ada di depan loby dan melambaikan tangan padaku. Aku balas melambaikan tangan padanya.

"Rin, nunggu jemputan ya?" Suara Hangga mengagetkan aku dari samping.

Aku menoleh dan mendapati ia menggunakan hoodie hitam serta topi. Ku kira orang asing makanya aku sedikit kaget.

"Lagi mau pesan taksi online. Kamu sendiri?"

"Aku dijemput sama sepupu. Mau bareng aja, dia pake mobil kok, dan dia cewek btw, jadi tenang aja."

"Oh... Udah dat..." Ucapanku terhenti ketika ada yang memanggilku lagi. Aku pastikan buka Hangga, sebab aku tak melihat ia bicara atau memanggilku.

Rindu Kelana (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang