Malam hari terasa lebih dingin, tapi kau dan Jandi tetap memilih duduk di pinggir danau dengan kopi panas sebagai pelengkapnya.
"Kau belum menceritakan dengan detail apa yang terjadi tadi." Ucap Jandi sambil menatapmu dengan kedua tangan menopang dagunya, siap untuk mendengarkan.
"Hm? Tentang Seokjinie?" Jandi hanya mengangguk. Kau menarik nafas panjang dan menghembuskannya cepat. "Kau tahu sendiri kan, bagaimana tertutupnya lelaki itu. Aku tahu ia hanya tidak ingin --"
"Maaf mengganggu. Y/n-ah, bisa kita bicara sebentar." Kim Seokjin yang tiba-tiba muncul entah darimana, berhasil mengejutkanmu dan Jandi.
Kondisi yang sedang gelap membuat kalian agak sulit mengenali siapa saja yang sedang berlalu lalang.
"Oh, kalian bisa mengobrol disini. Y/n, aku masuk dulu ya." Ucap Jandi sambil membawa gelas kopinya kemudian berlalu pergi meninggalkanmu yang hanya terdiam dengan mulut terbuka.
"Boleh aku duduk?" Tanya Seokjin.
"Tentu saja, silahkan." Pertanyaan Seokjin mengembalikan kesadaranmu yang sempat buyar.
"Maaf aku mengganggu waktu istirahatmu." Ucap Seokjin memecah keheningan.
"Tidak masalah." Jawabmu sembari tersenyum canggung.
"Aku ingin minta maaf tentang kejadian tadi."
"Tidak, tidak. Kau tidak perlu minta maaf. Aku yang bersalah. Seharusnya aku tahu kau tidak akan melewatkan obatmu. Aku hanya terlalu berlebihan, sehingga membuat kegiatan kalian terhenti. Sekali lagi aku minta maaf." Ucapmu seraya sedikit menundukkan kepala.
"Jangan seperti itu, Y/n-ah. Kau tahu kan bagaimana sifatku. Aku tidak pernah benar-benar marah kepadamu waktu itu. Aku hanya khawatir orang-orang mencemaskanku." Kau hanya mengangguk perlahan. "Aku juga sudah meminum obatku lagi. Ruam-ruamnya juga sudah memudar." Ucapnya sambil menunjukkan lengannya yang masih memunculkan beberapa ruam merah.
Kau hanya memperhatikannya melakukan itu dalam diam dengan tatapan iba.
"Seokjin-ssi."
"Ne?"
"Ijinkan aku membantumu."
Seokjin memandangmu beberapa detik lalu menunduk dan menarik nafas panjang.
"Sudah berapa kali ku katakan. Aku memang sangat membutuhkanmu Y/n-ah. Aku hanya minta, tolong lakukan dalam diam. Aku tidak ingin membuat orang-orang khawatir. Mereka sudah lelah dengan pekerjaannya. Aku tidak mau menambah beban pikiran mereka." Ucapnya lirih sambil menatap ke arah danau yang airnya begitu tenang.
*
Pagi ini semua member sepakat untuk melewatkan sarapan, karena mereka sudah terbiasa bangun lewat dari jam makan pagi. Tapi tidak dengan Seokjin dan Yoongi yang memang masuk dalam golongan morning person. Jangan lupakan J-hope yang pasti sudah mandi di pagi hari.
"Hyung, apa yang akan kita lakukan hari ini?" Tanya J-hope saat mengambil kopi dari lemari es.
"Entahlah, aku juga bingung. Mungkin aku akan melanjutkan pekerjaanku." Jawab Yoongi sambil menyalakan komputer untuk melanjutkan game.
"Jin hyung, apa rencanamu hari ini?"
"Sepertinya aku harus melihat papan rencanaku di depan. Aku juga tidak tahu harus apa." Jawabnya diakhiri dengan suara tawa ciri khasnya.
"Kau sedang mengupas mangga?"
"Iya. Kalau kau mau, aku bisa mengupasnya satu lagi."
"Tidak, terimakasih. Aku akan pergi ke tempat Jungkook." Ucap J-Hope sambil melangkah keluar dari rumah utama.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Staff Aid, Noona (Fanfiction)
Fanfiction100% fiksi Kumpulan cerita fiksi jika kalian jadi salah satu staff kesehatan bujang bangtan. Masih terbuka request yaaaa Tinggalkan jejak jika sudah membaca, vote aja gakpapa kok. Tinggalen komentar juga boleh banget, untuk memperbaiki karya. Selama...