Tiiin... Tiiin... TIIIIIIN!!!!
GUBRAK...!!!
"Nak, kau tidak apa-apa?" Suara wanita yang mengendarai mobil.
"Aargh, iya saya baik-baik saja Nyonya. Aarrgghh..." Jawab Suga sambil memegang lengannya.
"Ah, tidak. Kamu tidak baik-baik saja. Ayo kita ke rumah sakit."
Karena merasakan sakit yang tak tertahan di lengannya, akhirnya Suga mau dibawa ke rumah sakit. Setelah ditangani oleh dokter, wanita yang menabrak Suga menghampirinya.
"Siapa keluargamu yang bisa dihubungi, nak? Berikan aku nomer orang tuamu, aku akan menelfonnya."
"Tidak, jangan hubungi mereka."
"Lalu aku harus menghubungi siapa? Aku ingin meminta maaf pada mereka atas kejadian yang menimpamu dan tidak mungkin meninggalkanmu sendiri disini."
"Tidak, Nyonya. Saya tidak mau membuat mereka khawatir. Saya baik-baik saja sendirian."
"Tidak, nak. Jika kau bersikeras tidak mau menghubungi siapapun, maka aku yang akan disini merawatmu." Lalu wanita itu duduk di pinggir tempat tidur Suga.
"Jangan, Nyonya. Keluarga anda pasti akan mencari."
"Sama halnya denganmu." Kata wanita itu sambil tersenyum.
"Baiklah, anda bisa menghubungi salah satu staff dari tempat saya bekerja."
***
Tok, tok, tok
"Permisi. SUGA???" Kamu masuk ruangan dan terkejut melihat kondisi Suga. Berjalan dengan pelan mendekati tempat tidur sambil mempelajari apa yang sedang terjadi. Tangan digendong, plester di dahi dan luka di tulang pipi sebelah kiri.
"Nona Y/n? Saya Gaeul yang tadi menelfon." Sambil menyalamimu.
"Ah, iya. Maaf, Nyonya Gaeul. Saya Y/n." Sebelum kau sempat bertanya, wanita tersebut langsung menjelaskan apa yang terjadi.
Setelah bercerita panjang lebar dan menyelesaikan administrasi sebagai bentuk tanggungjawabnya, Nyonya Gaeul memutuskan untuk pulang.
"Kenapa kau melarangnya menghubungi orangtuamu?"
"Menurutmu?" Kata Suga dengan santai.
"Bukannya lebih baik kalau mereka tahu?"
"Itu malah akan membuat mereka khawatir."
"Lalu apa yang akan kau katakan kepada mereka, manager, dan yang lainnya?"
"Bilang saja aku jatuh dari tangga. Mereka tidak akan tahu yang sebenarnya kecuali kau membuka mulutmu."
Kau memandang Suga dengan kesal.
"Hhsss, tapi tetap saja..." Belum selesai bicara langsung dipotong oleh Suga.
"Kamu darimana ini? Apa yang kau katakan pada yang lain saat berangkat kesini?" Tanyanya dengan tatapan menyudutkan.
"Jangan melihatku seperti itu, kamu membuatku takut. Tenang saja, aku tidak bertemu siapapun saat berangkat kesini."
"Baguslah. Kalau begitu aku mau istirahat dulu." Dan dia tidur meninggalkanmu begitu saja. Kesal? Tentu saja. Tapi kau tidak bisa berbuat apa-apa, yang bisa kau lakukan hanya memukul sesuatu yang tak tampak.
Semua berjalan sesuai dengan keinginan Suga. Kamu tidak berani mengatakan yang sebenarnya kepada siapapun. Sepulang dari rumah sakit dia menolak untuk beristirahat dengan alasan sudah beristirahat lama disana. Dia akan kembali membuat lagu, itu artinya adalah bertapa didalam gua. Studio. Jika sudah begitu, dia akan menjalani hidup yang tidak teratur. Bagaimana dengan perawatannya? Itu yang sedang kau khawatirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BTS Staff Aid, Noona (Fanfiction)
Fanfic100% fiksi Kumpulan cerita fiksi jika kalian jadi salah satu staff kesehatan bujang bangtan. Masih terbuka request yaaaa Tinggalkan jejak jika sudah membaca, vote aja gakpapa kok. Tinggalen komentar juga boleh banget, untuk memperbaiki karya. Selama...