How dare you..

6.3K 1K 83
                                    


“Siapa yang kau sebut gila?”

Suasana tiba-tiba dingin.

Kyung menoleh ke arah suara tenang barusan, “Kau! Cowo sialan yang menghajar Kak Donghae! Pas sekali kau datang! Lihat pacarmu itu, sedang gila-”

BUGH!

Brazilian kick, tepat sasaran!

Kyung tepar di atas aspal, kedua matanya memutih dengan mulut terbuka.

Orang-orang di sekitar memekik kaget hingga ada yang membulatkan mulut, gerakan barusan nampak tak terlihat.

“[Name]..”

Si pelaku yang baru saja melakukan Brazilian kick berjongkok di depan [Name] yang terduduk di atas aspal dengan wajah pucat, nafas gadis itu masih tak menormal.

“Hei.. kau baik-baik saja?” tangannya terulur mengusap sisi wajah [Name], gadis itu langsung tergagap, “G-Gun? A-aku-”

“It's okay, it's okay. Benarkan nafasmu, sayang.” Pemuda berkacamata hitam itu mengusap pipi [Name] yang basah oleh air mata, ia melirik ke samping gadis itu, Woojin dengan hidung mimisan nampak tercengang.

“Hentikan pendarahanmu, bodoh!”

Woojin tersentak kemudian mengusap hidungnya, “I-iya.”

Park Jong Gun, pemuda itu menatap layar ponsel di tangan kirinya, panggilan sedang berlangsung sepuluh menit lebih tiga puluh enam detik, kemudian ia menekan tombol merah, panggilan terputus.

Pemuda itu melepaskan jas yang dikenakannya lalu membalutkannya pada tubuh [Name] yang tertutup seragam sekolah, kemudian dengan enteng ia mengangkat tubuh [Name] lalu mendudukkannya ke atas kursi halte dengan posisi membelakangi jalan.

“Tunggu sebentar ya, [Name]. Jangan menghadap kebelakang, sayang.”

Gun melepaskan kacamata hitamnya lalu mengenakannya pada [Name] yang mulai bernafas normal.

Dengan posisi membelakangi empat orang berbadan besar itu, Gun melipat lengan kemejanya sampai siku hingga tattonya terpampang, kemudian ia berbalik menatap empat orang menyebalkan itu.

Bola mata hitam dengan manik putih, tak lupa luka mengerikan yang masih belum kering di sekitar kelopak matanya mengintimidasi.

Jiho sedikit ciut saat merasakan aura intimidasi yang sangat pekat keluar dari pemuda di hadapannya saat ini, namun ia tutupi dengan senyum remeh.

“Orang ini? Yang mengalahkan Kak Donghae?” Jiho bersedekap lalu tertawa, “Terlihat biasa-biasa saja tuh!”

Empat orang bawahannya yang berdiri di belakangnya yang masih baik-baik saja kecuali Kyung tertawa, “Hajar sekarang saja, Kak! Tanpa dikeroyok seluruh anggota pun nampaknya dia akan kalah, mungkin saja kemarin saat melawan Kak Donghae dia itu hanya sedang beruntung!”

“Iya, Kak Donghae kan akhir-akhir ini sedang sakit pinggang tuh, mungkin saja dia sedang beruntung!”

“Ya, sepertinya kita tak perlu menjalankan rencana pengeroyokaan untuk hal segampang ini~”

Gun menatap malas lima keparat yang sedang tertawa menjijikan di hadapannya saat ini, kemudian ia menghelakan nafasnya.

“Berani-beraninya kau..” gigi Gun bergemelatuk, ia menahan amarah sedari tadi.

“Wow! Dia berapi-api-”

BUGH!

BUGH!

BUGH!

BUGH!

BRAK!

BUGH!

KRAK!

BRAK!

BUGH!

Bak tanpa jeda, secepat kilat Gun memukuli empat pemuda berbadan besar itu hingga pingsan, gigi mereka sudah tak berada di tempat lagi, sama seperti pemimpin mereka yang dihajar oleh pemuda bermata hitam itu tempo hari lalu.

Orang-orang di sekitar menutup mulut tak percaya, tubuh mereka merinding, salah satunya Woojin yang paling dekat dengan tempat kejadian, terputar jelas bagaimana cara Gun memukul sekuat mungkin rahang keempat pemuda berbadan besar itu hingga gigi mereka keluar dari mulut.

“G-gila!”

“H-hei, panggil polisi!”

“Untuk apa?! Toh masalahnya sudah tak ada!”

“Dia cepat sekali!”

“Ewh! Giginya!”

“Pukul mereka sampai gepeng!”

“Ya! Jangan beri ampun! Mereka sudah keterlaluan!”

Gun menginjak sisi kanan wajah Jiho, pemilik surai hijau terang itu tak mampu bergerak, ia tepar, badannya terasa sakit semua.

“A-ampun!” dengan tangan gemetar dan lemas, Jiho memegang kaki Gun yang menginjak sisi wajahnya.

“Kalian anggota si gendut bertato ikan teri itu?” ucap Gun sambil menekan lebih kuat wajah Jiho dengan kakinya yang terbalut sepatu.

“K-kami anggota XYZ.”

“Apa? Anggota XYZ?” Gun tertawa kemudian berkata, “Dasar sampah!”

Gun berjalan kearah [Name] yang duduk tenang di atas halte sambil membelakangi arahnya.

“Ayo, pulang.” Gun dengan santai menggendong [Name] ala bridal style, lalu menyambar ponsel dan tas gadis itu yang tergeletak di atas lantai halte tanpa melepas gendongannya.

“XYZ sudah kububarkan dua hari yang lalu, dasar bodoh!” ucap Gun sebelum pergi dari situ sambil menggendong [Name].

Seperti itulah bagaimana secara singkat Jong Gun menyelesaikan permasalahan dengan baku hantam.

Orang-orang di sekitar langsung bernafas lega setelah Gun pergi dengan membawa [Name] di gendongannya, para penonton satu-persatu pulang dan memilih melupakan kejadian barusan, kejadian barusan nampak mengerikan untuk diingat, dan ada beberapa murid yang masih tinggal, membantu para preman menyebalkan tadi, kalau saja bukan karna rasa simpati.

“Mampus kau!”

“Hahaha! Sok banget tadi mereka!”

“Mereka ompong!”

Woojin yang sedang duduk di atas kursi halte sambil diobati oleh seorang gadis berpikir keras, dalam batin ia bertanya-tanya, siapa laki-laki bermata hitam tadi, kekasih [Name] kah?












Penjelasan : So.. di book ini, [Name] itu punya trauma.. dia suka panic attack waktu sengaja atau nggak sengaja ngelukain orang, baik ngelukainya itu lewat orang lain atau dirinya sendiri.. contohnya si Woojin tuh, dia luka gara-gara nolongin (ngebela) [Name].. jadi otak mbak [Name] langsung kayak berekspikulasi kalo dirinya yang bikin Woojin luka, gituuu!

Kek.. andai aja Woojin nggak nolong aku, pasti Woojin nggak luka, ini semua gara-gara aku, aku salah! gitu deh jalanan fikirnya mbak [Name]

Gitu deh! Paham kan? Pasti paham lah! :3

Nanti aku bakal bikin chapter khusus masa lalu [Name], dimana nyeritain bagaimana bisa dia dapet trauma dan jadi pacarnya Jong Gun!

She's Mine! Only Mine! [Jong Gun X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang