A Moment

4.4K 768 37
                                    


Drap!

Drap!

Drap!

Drap!

Brak!

“A-ampun! Ampun!”

Ciggaretes mengeluarkan asap, terselip di antara jemari penuh luka baru milik seorang pemuda berkaos hitam yang kini sedang berjalan kearah korbannya yang tergeletak mengenaskan di atas tanah, wajahnya penuh bercak darah yang bukan miliknya.

“B-ber-berhenti!” suaranya bergetar, kondisinya begitu memilukan, sepuluh jemari tangannya bengkok, wajahnya penuh lebam. Terpampang jelas sebuah luka sayatan horizontal panjang di perutnya, mengeluarkan darah.

“Kau benar-benar kelewat batas..”

“A-aku tak akan melakukannya lagi! Aku tak akan menyentuhnya! Sungguh!”

Tik!

Tik!

Rintik hujan perlahan membasahi bumi, semakin lama semakin deras. Manik iblisnya yang semula mengeluarkan tatapan maut langsung sirna, melirik jam tangan yang merekat di pergelangan tangan kirinya, pukul dua lebih tiga puluh menit.

“Kubebaskan kau,” ia mendongak menatap langit lalu memejamkan matanya saat merasakan air menusuk-nusuk wajahnya.

“A-aku berjanji-”

“Aku tak butuh itu, pergilah. Jangan sampai aku melihat wajahmu!”

“U-ukh! B-baik!”

Setengah jam lagi bel pulang akan berdering, ia harus bersih-bersih dulu sebelum menjemputnya.

•••

Blam!

“Ah, terlalu kuat.”

[Name] meringis, ia terlalu kuat menutup pintu mobil.

Tangannya terulur mengenakan sabuk pengaman.

“Maaf aku lama,” suara serak bariton terdengar.

Gadis bermanik abu-abu itu menoleh lalu menggeleng, “Tak apa, Gangseo dan Gangnam jaraknya jauh. Jangan meminta maaf.”

Jong Gun menyalakan mesin lalu menginjak pedal gas perlahan, “Um.. tidak apa-apa kah jika kau menjemputku terus seperti ini untuk beberapa hari kedepan?” tanya [Name], nadanya terdengar jelas tak enak.

“Tidak apa-apa.”

“Ah, apa penyusupnya sudah tertangkap?” tanya [Name], gadis itu mengencangkan kuncirannya.

Gun diam sejenak, ia memutar otaknya, “Belum.. mungkin?” lirihnya di akhir kata.

[Name] menghembuskan nafasnya kemudian menyandarkan punggungnya kebelakang, maniknya mengikuti gerakan windscreen wiper yang menyala, mengelap kaca mobil yang basah karna rintik hujan tiada henti.

“Kau habis mandi ya?” ucap [Name], bau sabun antiseptik tercium kuat sedari awal ia memasuki mobil.

“Iya.”

“Kau habis hujan-hujanan tadi?”

“Tidak.”

“Lalu kenapa mandi?”

“Ingin.”

“Oh.”

Hening sejenak, kemudian suara bariton Jong Gun terdengar.

“Kau lapar?”

[Name] menggeleng, lalu hening, hanya terdengar suara desah hujan di luar mobil.

Kruuuk!

“Pembohong,” Jong Gun memutar setir ke kiri, memasuki sebuah area restoran, sebelumnya ia menyalakan lampu sein kiri.

“Eh? Aku tak lapar kok! Kok bunyi..?” bingung [Name], ia menyentuh perutnya.

•••

“Ada tambahan?”

[Name] meremas jemarinya, ia mengkode kekasihnya, matanya melirik-lirik menu baru, Red Velvet cake.

Gun mendengus, “Satu Red Velvet cake.”

“Ah, baik. Saya ulangi.. satu porsi gimbap, dua ice lemon tea, satu hot drink chocolate, dan satu Red Velvet cake.”

“Iya.”

“Baik, mohon tunggu sebentar ya,” pelayan dengan dada berisi itu mengedipkan sebelah matanya menggoda kearah Jong Gun sebelum pergi, [Name] melototkan matanya, setitik rasa tak senang muncul di hatinya.

“What the-”

“Abaikan saja.”

[Name] diam, ia menatap sengit punggung pelayan barusan yang menghilang di balik tembok.

“Kau sering bertemu dengan yang seperti itu saat tak bersamaku, Gun?” tanya [Name] dengan raut serius.

“Iya.”

[Name] menyipitkan matanya lalu menyedekapkan kedua tangannya di depan dada, “Kau.. pernah..”

Gun berdecak, “Hilangkan pikiran kotormu, bocah.”

“Hei!”

[Name] mengerucut bibirnya sebal, ia memalingkan wajahnya kesamping, kearah jendela kaca restoran, di luar nampak hujan mulai reda.

“Tidak pernah kan..?”

Dalam batin ia berharap besar, semoga pemuda itu menjawab tidak.

Gun menaikan sebelah alisnya mendengar gumaman gadis di hadapannya.

Tangannya terulur mengusap puncuk kepala gadis itu, “Tidak. Tenanglah, aku milikmu.”

•••

“Ck. Merepotkan,” dengan hati-hati Jong Gun menggendong [Name] yang tertidur di dalam mobil masuk kedalam rumahnya, gadis itu langsung tidur setelah makan.

Efek lelah mungkin? Karna perjalanan masuk dan pulang sekolah yang berbeda dari hari biasanya.

Sesampainya di kamar, pemuda itu langsung menaruh gadis yang berada di gendongannya ke atas kasur, perlahan dan sangat hati-hati.

“Hmm..” kelopak mata [Name] terbuka sedikit.

“Ssst..” berasa uji nyali, jantung pemuda berkacamata hitam itu berdegup tak karuan. Ia menggerakkan tangannya untuk mengusap-usap surai [Name], mulutnya berdesis, refleks hampir setiap orang saat kejadian seperti ini.

Kelopak mata [Name] kembali tertutup, Gun langsung menghelakan nafasnya, ia mendudukkan dirinya di pinggiran kasur lalu mencopot kacamatanya dan mengusap wajahnya kasar dengan sebelah tangan.

Cup!

“Aku pergi sebentar ya..”

Dengan lembut Jong Gun mengecup bibir kekasihnya yang sedang tertidur itu lalu berbisik pelan berpamitan.

She's Mine! Only Mine! [Jong Gun X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang