I Feel..

5.8K 924 17
                                    


"Serius?! Jong Gun? Punya kekasih?!"

"Entah, menurut isu yang beredar sih iya."

"Keparat macam dia bisa punya kekasih."

"Heh! Jangan bicara begitu, bodoh! Kau mau dihajar?"

"Toh dia tak ada di sini, tak akan dengar juga."

Seorang pemuda berpakaian serba hitam dan berambut coklat yang sedang duduk di atas tumpukan kardus mengeryitkan keningnya saat mendengar samar-samar topik obrolan para bawahannya.

Mata sebelah kanannya yang tak tertutup poni rambut menyipit, "Kau bilang apa barusan?"

Suara bisik-bisik sontak hilang, mereka menegang takut.

"Y-ya, bos?"

"Kau. Yang pakai kaos kuning," ia menunjuk seorang laki-laki yang memakai kaos kuning dan kedua telinganya ditindik.

"Kau bilang apa barusan? Jong Gun punya kekasih?"

"I-iya, bos. Tapi hal itu kudengar menurut isu yang sedang beredar pagi tadi di daerah sini."

Mulutnya tertutup membentuk sebuah garis lurus, berpikir, kemudian menghendikan bahunya acuh.

"Uang yang akan disetor baru terkumpul berapa?"

"E-empat puluh juta won."

•••

"Halo! Ya ampun, [Name]! Akhirnya setelah sekian lama kau bisa dihubungi!"

"Huft. Kenapa?"

"Kau baik-baik saja kan?"

"Iya."

Hening sejenak sebelum lawan bicara ditelpon [Name] mengangkat suara, "Aku dengar dari grup kelas.. kemarin kau-"

"Iya." [Name] memalingkan wajahnya ke arah jendela kamar.

"Jadi.. kau hari ini tak berangkat sekolah karna kejadian kemarin?"

"..." wajah gadis bersurai silver itu murung, "Aku malu, Yerim."

"Mereka pasti menganggapku gila."

"Hei! Siapa yang berani berpikir begitu!"

"Aku ingin sekali pindah, tapi sudah kelas tiga, jadi tak bisa.." matanya berkaca-kaca.

"[Name]! Jangan begitu dong! Kau mau meninggalkanku?!" Yerim memekik disebrang.

"Aku malu sekali tahu!" [Name] tersedu-sedu.

"Aku paham, [Name]." Yerim menarik nafasnya, "Jangan berpikir negatif! Kau akan baik-baik saja! Kejadian kemarin cukup lupakan, meski aku tahu itu akan sedikit sulit, tapi aku akan membantumu membuatnya lupa! Intinya jangan berpikir negatif!"

"Mereka pasti paham kok apa yang terjadi pada dirimu kemarin, kalaupun ada yang tak paham dan menganggapmu aneh-aneh akan kuhajar! Tenang! Sahabatmu ini sabuk kuning karate!"

[Name] yang semula murung langsung tertawa meski sedikit tertahan, "Jangan membuatku tertawa!"

"Eh? Itu kan tujuanku!"

Klek!

"[Name]."

[Name] menoleh kearah pintu kamar yang baru saja terbuka, "Yerim, kututup telponnya ya, aku mau makan dulu, kita lanjut nanti."

"Ya! Bye-bye~"

"Hihihi.. bye!" [Name] tertawa kecil sambil menutup sambungan teleponnya dengan Yerum.

"Siapa?"

"Sahabat baikku," jawab [Name].

Gun tersenyum tipis, ia sedikit lega melihat [Name] yang perlahan membaik lagi.

"Ayo makan."

"Hm."

•••

"Pedas?" tanya Gun sambil menuangkan air kedalam sebuah gelas, kemudian ia menaruhnya di hadapan piring [Name].

Gadis bermanik abu-abu itu menggeleng, ia menunjukkan jempolnya sambil terus melahap makanannya.

"Nanti jam tiga aku mau pergi."

[Name] mendongak, "Eh? Kau mau kerja?"

Gun mengangguk, "Eh iya! Kau kan hari ini seharusnya kerja! Kenapa malah seharian menemaniku?" ucap [Name].

Pemuda bermata hitam itu tersenyum tipis lalu mengusap surai gadisnya lembut, "Habiskan makananmu, aku mau ke kamar mandi sebentar."

[Name] mengangguk, kemudian Jong Gun beranjak pergi ke kamar mandi. Gadis itu menatap punggung kekasihnya yang hilang di balik pintu kamar mandi dengan tatapan sayu, mulutnya tiba-tiba terasa hambar, nasi goreng yang ia makan tiba-tiba tak memiliki rasa.

'Aku merasa membebaninya.'

•••

Di sebuah ruangan bercat abu-abu, sebuah lampu temaram menjadi satu-satunya pencahayaan.

"Kumohon, Kak! Beri aku satu kesempatan lagi!"

"Ck! Pergilah! Aku masih banyak urusan!"

Dalam batin seorang pemuda yang mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru muda menggerutui lawan bicaranya. Ia berdecih beberapa kali.

"Kumohon, Kak! Berikan aku satu kesempatan lagi! Kali ini aku tak akan mengecewakanmu!"

"Kau sudah gagal dua kali, Seo Seongun. Tak perlu susah-susah menebak lagi untuk yang ke tiga kalinya."

Seo Seongun menjatuhkan badannya, berlutut lebih tepatnya, ia menunduk dengan kedua tangan terkepal erat di atas paha.

"Kumohon! Untuk yang terakhir kalinya! Kak Jong Gun!"

Gun yang duduk santai di atas sofa memijit pelipisnya, "Ck!" ia berdecak.

'Malas sekali aku memberinya kesempatan lagi. Pasti dia akan gagal lagi, buang-buang waktu!'

Ia menautkan kedua tangannya kedepan lalu mendudukan dirinya dengan posisi serius, "Dengar baik-baik, Seongun. Ini yang terakhir kali!"

Pemuda berotot itu sontak mendongak kaget, "K-kakak memberiku kesempatan?!"

Gun mendesah kesal, "Aku tak suka mengulang kata-kataku dua kali."

"Baik, Kak! Kali ini aku tak akan mengecewakanmu! Sungguh!"

Sebuah harapan besar untuk maju tertanam di hati pemuda bersurai acak-acakan itu, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, ia menunduk menatap lantai semen di bawahnya.

'Kali ini aku akan menunjukkan siapa diriku yang sebenarnya!'

She's Mine! Only Mine! [Jong Gun X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang