SUS!

3.9K 597 11
                                    


“Gun..”

Gun mengeryitkan keningnya mendengar suara rintihan dari sebrang, “[Name]? Hei? Kau kenapa?” pemuda itu panik mengingat siapa orang yang sedang ia telpon saat ini.

“A-aku-” lalu hanya terdengar suara tangis dan isakan.

“Tolong aku, Gun!”

Gun membelalakkan matanya, ia berdiri dari duduknya lalu berlari tergesa-gesa keluar kamar, kemeja penuh bercak darah membalut tubuh pemuda itu, tangannya setia memegang ponsel yang sedang tersambung panggilannya dengan nomor [Name].

“Kau kenapa?!”

“AAAAAAAARRRRGHHH!!”

DEG!

DEG!

DEG!

DEG!

“[FULL NAME]?!”

“PARK JONG GUN!!! HELP ME!!!”

“NO!! PLEASE!! HELP!!! PARK JONG GUN!!!!”

“Ukh!” seakan ditarik kembali secara paksa nyawanya, kedua kelopak matanya terbuka secara bersamaan, manik putih pun terlihat. Nafasnya naik-turun terengah-engah, netranya mengedar liar kesekitar, ia masih berada di dalam kamar, selimut putih setia membalut pinggang hingga ujung kakinya. Nightmare.

“Sial, barusan itu..” ia usap wajahnya kasar lalu menghelakan nafas panjang, menatap jam dinding, pukul dua malam hari.

“Ah!” desahan lega keluar dari mulutnya, ternyata yang barusan itu hanya mimpi, ia begitu lega, kekehan lembut keluar dari bibirnya yang sudah pucat pasi.

Meski begitu setitik rasa khawatir dan cemas merekat di relung hatinya, [Full Name], satu nama yang terputar di kepalanya saat ini.

•••

“Ohayou..!”

“Ohayou.. baru bangun?”

“Huh? Eh? Gun? Tumben meneleponku duluan?”

Gun menunduk menatap pahanya yang tak tertutup sehelai kain pun, “Kebetulan aku bangun lebih pagi,” bohongnya.

“Jam berapa di situ..?”

“Empat lebih lima belas.”

“Oh.. hm, iya.”

[Name] menguap lalu mengucek matanya, ia mencoba mengumpulkan nyawa-nyawanya yang masih melayang-layang.

“Kau masih mengantuk ya?” tanya Gun sambil menuruni kasur kemudian berjalan kearah jendela lalu membuka tirainya yang tertutup.

“Iya, hehe. Nanti siang aku mau pergi ke kampus buat.. apa namanya? Lupa deh, pokoknya disuruh kumpul di kampus.”

Lengan bertatonya bertumpu di pinggiran jendela, “Sudah mulai masuk ya..?”

“Iya.”

“Kau baik-baik saja kan?”

“Apa? Kabarku?”

“Iya.”

“Uh.. Aku baik-baik saja. Kenapa?”

Kantung mata hitam tercetak jelas di bawah kedua kelopak mata Gun, pemuda itu tak bisa tidur sama sekali setelah terbangun dari mimpi buruknya semalam, alhasil ia terjaga hingga sekarang.

“Kalau ada apa-apa kabari aku.”

“Hm.. Oh! kau khawatir padaku ya?” terdengar kekehan dari sebrang, Jong Gun mendengus, ia mengusap wajahnya kasar.

“Tenanglah, Gun. Aku baik-baik saja dan akan begitu selalu, ya.. do'akan saja, hehe.”

“Apapun yang terjadi sering-seringlah mengabariku.”

“Iya.”

“Kau tak pergi mandi?” manik putihnya bergulir menatap jam dinding, dahinya berkerut berpikir, kalau di sini jam segini, kira-kira di tempat [Name] berada sekarang adalah jam enam kurang.

“Masih jam setengah enam, sebentar lagi.”

“Ya sudah, jangan lupa sarapan. Kumatikan telponnya.”

“Yosh..

“Bye, Honey.. Ganbatte.”

“Bye, Gun~”

Tut!

Manik iblisnya menatap keluar jendela, langit masih gelap, ia memutuskan untuk kembali merebahkan tubuhnya keatas kasur, mencoba menidurkan dirinya sejenak hingga matahari terbit.

‘Dia baik-baik saja..’

•••

Puntung rokok bertebaran di atas lantai semen, seorang pemuda mengenakan kemeja hitam dan kacamata merupakan pelakunya, ia tak henti menghisap tembakaunya sedari tadi karna menunggu seseorang datang menemuinya di sini, di sebuah gedung yang sedang dalam proses pembangunan, telah selesai enam puluh lima persen.

Dua kotak bungkus rokok kosong, mulutnya sontak mengeluarkan umpatan, “Sial, kenapa lama sekali..?” gerutunya.

Melirik jam tangan yang melingkar, “Lima menit lagi tak datang, aku akan pergi-”

“Wah~ maaf ya membuatmu menunggu lama~”

Sontak saja ia menoleh kearah suara dengan raut terkejut, “Ah! Akhirnya anda datang, Kak Jung Goo.”

Jung Goo, pemuda berjas biru terang itu tersenyum psikopat, ia membenarkan posisi kacamata minusnya yang sedikit turun.

“Kau orang yang sabar ya, Seo Seongun..”

Seongun tersenyum lembut hingga kedua matanya memejam, “Untuk kakak, tentu saja.”

“Teman rahasiaku~”

•••

“Kurasa Jong Gun itu nampak tak terlalu peduli dengan Four Men Crew.”

“Huh? Maksudmu?”

“Entahlah,” bahunya dihendikkan, “Dia pernah bilang akan menghancurkan Four Men Crew suatu hari nanti.”

Park Bumjae menatap pemuda di hadapannya yang merupakan murid jurusan fashion dengan raut bingung, Park Hyungseok.

“Apa-apaan? Buat apa dia mendirikan Four Men Crew lalu pada akhirnya akan dihancurkan lagi.”

“Begitulah. Namun..”

“Namun apa?” Bumjae menyedekapkan kedua tangannya di depan dada, ia menaikkan sebelah alisnya.

Hyungseok mengelus tengkuknya kikuk, “Dia menyerahkan tugas untuk menghancurkan Four Men Crew itu padaku..” ucapnya pelan.

Bumjae mengerjapkan matanya, kemudian ia mengeluas dagunya berpikir, “Sepertinya ada yang aneh..”

“Ya, aku juga merasa ada yang aneh.”

Hyungseok menarik nafas dalam-dalam, “Maka dari itu aku mendiskusikan ini dengan kalian..”

“Zin, Bumjae, Janghyun.”

“Ayo kita cari cara menghancurkan Four Men Crew!”

She's Mine! Only Mine! [Jong Gun X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang