Good Girl

4.5K 772 71
                                    


“Oke.. kau kenal mereka, Gun?” [Name] menatap kekasihnya yang duduk di kursi pengemudi, pemuda itu nampak mendengus kesal, jemarinya mengetuk-ngetuk stir mobil cepat.

Gun dan [Name] kini sedang berada di dalam mobil, di depan mobil yang mereka berdua tumpangi kini ada segerombolan orang-orang tak dikenal, menghadang, mereka nampak memakai pakaian serba hitam dengan sebuah tongkat kayu di tangan masing-masing. Oke, ini buruk.

Jemari berkeringat gadis bermanik abu-abu itu menggenggam erat sabuk pengaman, jujur! Ia sangat takut!

“Kau bawa earphone?”

“Huh? Tidak, kenapa?”

Gun membuka dashboard mobil lalu mengambil sesuatu, earphone, nampak masih baru, berwarna putih. Lalu diberikannya pada gadis di sampingnya.

“Bawa ponsel kan?” [Name] mengangguk, gadis itu menerima earphone yang diulurkan Jong Gun padanya dengan raut bingung.

“Pakai itu, dengarkan lagu kesukaanmu dengan mata terpejam.”

“Huh? buat apa?” bingung [Name], namun tangannya bergerak membongkar isi tas mengambil ponsel.

Brak!

“Oh God!”

“Sshh..” Gun menyambar kacamatanya yang tergeletak di atas dashboard sambil mendesis kesal, kemudian ia mengenakannya, melirik kedepan, kap mobilnya telah lecet. Seseorang salah satu anggota dari gerombolan berpakaian serba hitam itu memukul kap mobilnya menggunakan sebuah tongkat.

“Jangan buka matamu dan jangan berhenti mendengarkan lagunya hingga aku kembali, oke?” ia lepas sabuk pengaman yang melilit tubuhnya lalu membuka pintu mobil dan keluar.

“O-oke..”

[Name] menatap gerak-gerik pemuda itu, tangannya memegang earphone, mengkode pemuda itu seolah berkata, 'Dikenakan sekarang?

Gun mengangguk lalu menutup pintu mobil, [Name] mulai melakukan hal yang diintruksikan pemuda itu.

Ia mengenakan earphone lalu memejamkan matanya, lagu kesukaannya terputar. Tangannya saling bertaut, dalam batin ia berdo'a semoga tak terjadi hal-hal yang tak diinginkan.

•••

“Apa yang kau lakukan, keparat.”

Jong Gun menepuk-nepuk kap mobilnya lalu mengeryitkan keningnya kesal kearah segerombolan orang berpakaian serba hitam di sekitarnya.

“Jangan buang waktu berhargaku, aku punya banyak urusan.”

Kedua tangannya dimasukkan kedalam saku lalu menatap satu orang yang berdiri paling depan di antara segerombolan orang-orang itu dengan raut datar.

“Kau..”

Gun menaikan sebelah alisnya menyadari siapa orang yang berdiri tepat di hadapannya saat ini, orang yang ia banting tempo hari lalu. Laki-laki yang hendak memukul gadisnya.

Manik iblisnya yang tertutup kacamata hitam bergulir kearah kiri, matanya langsung menyipit saat menangkap sosok familiar, ia merasa pernah bertemu dengan sosok itu.

Syut!

Sret!

Refleks, sebuah ayunan tongkat hendak memukul kearahnya dihindari, Gun mundur selangkah kebelakang, dengan kedua tangan yang setia berada di dalam saku.

“Mau ngapain sih? Gerakanmu terbaca, dasar lambat,” ucapnya dengan malas, tak ada minat sama sekali, terselip sebuah ejekan.

Syut!

“Mau mengeroyokku?” bibirnya mengeluarkan sebuah senyuman mengejek.

“KENAPA KALIAN DIAM?! HAJAR DIA!”

“AYO!”

“HIYAA!!”

Dan terjadilah baku hantam dengan jumlah yang tak imbang, Jong Gun sedikit kewalahan, pemuda itu beberapa kali terkena pukulan tongkat di bagian tangannya.

Solo. Satu kata yang mendefinisikan si pemilik manik iblis itu saat ini. Melawan kurang lebih dua puluh orang yang membawa senjata dengan tangan kosong.

“Buang-buang waktu.”

Meskipun begitu, ia menang. Lawannya telah tumbang semua, mereka pingsan dengan wajah babak belur.

Dengan malas Gun membenarkan jas yang membalut tubuhnya, ada beberapa bercak darah mengotori, sontak saja ia berdecak.

“Mandi lagi.” Ia menatap telapak tangannya yang kotor.

Dengan santai laki-laki itu berjalan kearah mobil. Menendang beberapa tubuh yang tergeletak di atas aspal menghalangi jalannya.

•••

“Kau.. menghajar mereka?”

Jong Gun mengangguk lalu mengusak surainya dan menyugarnya kebelakang menggunakan tangan kiri, matanya menatap lurus kedepan, ia sedang menyetir.

Mobil berwarna hitam itu melaju dengan kecepatan sedang, sesuai rata-rata.

[Name] memasukan earphone yang dikenakannya ke dalam dashboard lalu mematikan ponselnya.

“Kau terluka?” tanya [Name], rautnya terbesit rasa khawatir.

“Tidak,” tangan kiri pemuda berkulit pucat itu terulur hendak mengusap surai [Name] namun terhenti karna mengingat kalau tangannya kotor.

[Name] mengerjapkan matanya saat melihat gerak-gerik pemuda itu, “Yakin?”

“Kau lapar?”

[Name] menyipitkan matanya, “Kau suka sekali mengalihkan topik.” Gun terkekeh lalu mengusap hidungnya.

“Mau ramen?” mulut [Name] sedikit terbuka tak percaya, namun mendengar kata 'Ramen' ia langsung berbinar antusias.

“Ramen!? Mau! Mau!”

Ya, di mudah sekali mengalihkan topik.

[Name] tersenyum senang, kemudian ia memukul dahinya mengingat sesuatu.

“Gun!”

“Hm..?”

“Hehe,” [Name] tersenyum malu-malu, “Terimakasih semalam sudah mengajariku matematika.”

“Iya, sama-sama.”

“Tau tidak?”

Jong Gun mengangkat dagunya sedikit lalu menaikan kedua alisnya, “Apa?”

“Aku dapat seratus!” [Name] mengeluarkan kertas jawaban ulangan matematikanya.

Jong Gun melirik sekilas lalu tersenyum, “That's my girl, good girl.”

“Hehe, i love you!”

“Hm.. love you too.”

She's Mine! Only Mine! [Jong Gun X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang