Gangbuk

6.8K 1.1K 18
                                    


“Kak, hari ini waktunya menyetor.”

Pemuda dengan bekas luka vertikal di bibirnya mengangguk, kemudian ia mengkode pemuda yang berdiri di hadapannya saat ini untuk mendekat kearahnya.

“Ada apa, Kak?”

“Jitae, tegur aku jika aku melakukan kesalahan ya?”

Kwon Jitae, pemuda botak itu menegang kaget, “Apa maksudmu, Kak Gimyung?”

Kim Gimyung, laki-laki itu tersenyum manis hingga kedua matanya menutup dan membentuk bulan sabit.

“Kau anak baik bukan?”

Jitae langsung bersujud, ia tak kuasa melihat senyum Gimyung yang penuh dengan arti itu, lelah, kecewa, pasrah, dan putus asa.

“Jangan seperti itu, Kak. Kita pasti bisa melewati semua ini bersama.”

Jitae menatap kosong lantai semen di bawahnya, suaranya datar.

“Bangun, Jitae.” Gimyung menepuk bahu Jitae, langsung saja pemuda botak itu berdiri tegak kembali.

“Ayo, hari ini waktunya menyetor.”

Gimyung meraih jubah miliknya lalu mengenakannya, Jitae menatap panutannya itu lekat-lekat.

“Ayo kita bawa Han Sinwoo kembali!”

“Ya, Kak!”

•••

“Seratus?” pria yang mengenakan jas berwarna coklat itu menaikan sebelah alisnya, tangan kirinya menyentuh sebuah kotak kardus berukuran lumayan besar yang berisi ratusan lembar uang.

“Ya, seratus.”

“Oke, bulan depan aku ingin kau menyetor uangnya ke tempatku biasa berada-”

BUAGH!

Sebuah pukulan telak di tahan dengan mudah oleh pria berjas coklat itu menggunakan lengan, ia melirik sang empu yang nampak menahan amarah.

“Apa-apaan?”

“Maaf, aku tak sengaja.”

Jong Gun, pria itu menyeringai.

“Kau mencoba memberontak, huh?”

Gimyung menahan kepalan tangannya sekuat tenaga di sisi badan agar tak menghantam wajah laki-laki yang berdiri tepat di hadapannya saat ini.

“Tidak, maaf, aku hanya sedang banyak fikiran.”

“Huh? Begitu ya..” Gun melipat kedua tangannya di depan dada lalu melirik kebelakang pemuda bertubuh tinggi itu.

“Kau tau? Tindakanmu barusan sangat beresiko tinggi.”

“Bukan hanya untukmu, namun bocah dibelakangmu juga.”

Gimyung menahan nafasnya, sial! Ia hampir ceroboh! Jitae ada bersamanya, dan anak itu hampir terluka karna tindakan tanpa pikir panjangnya.

“Mood-ku sedang baik, jadi lupakan saja!”

Gun mengangkat satu kardus berisi uang tadi lalu berjalan keluar ruangan tanpa di cat itu, sebelum benar-benar keluar dari ambang pintu ia melontarkan sebuah kata.

“Ganbatte!”

•••

“Mereka sangat menyeramkan!”

“Ukh! Benarkah? Apa mereka pernah membunuh orang?”

“Entah, sepertinya iya..”

“Hei! Jangan bicara tanpa tau fakta terlebih dahulu!”

“Ya kemungkinan besar memang 'iya' kan? Secara mereka itu sudah seperti kriminal.”

[Name] menatap tiga gadis yang sedang mengobrol sambil makan di hadapannya, ia melirik ke samping, tepatnya kearah sahabatnya.

Sahabatnya mengkode lewat mata, seolah berkata 'Pembicaraan macam apa itu?' lalu [Name] menghendikan bahunya.

“Katanya pemimpinnya pernah masuk penjara kau tahu!”

“Benarkah? Ya ampun!”

[Name] terdiam sejenak saat mendengar kata 'penjara', itu mengingatkannya pada seseorang.

“[Name], mau pindah saja? Mumpung kita belum pesan sesuatu? Kau nampak tak nyaman..” bahu [Name] ditepuk pelan oleh sahabatnya.

“Tidak usah, aku nyaman-nyaman aja kok di sini.” Ucap [Name] sambil menunjukkan senyumnya, kemudian gadis itu mengangkat tangannya memanggil seorang pelayan.

“Aku ingin sekali makan kepiting.”

•••

[Name] berjalan beriringan bersama sahabatnya di pinggir jalan, kedua gadis itu kini hendak pergi ke sebuah kedai es krim langganan mereka di daerah Gangbuk.

Seharian ini [Name] bersenang-senang bersama sahabatnya, jalan-jalan di daerah Gangbuk, karna dua hari lagi libur panjang sekolah habis.

“Katanya ada menu baru loh, [Name]. Coba yuk!”

“Hm? Benarkah? Rasa apa?”

“Anggur! Wah! Pasti enak sekali!”

[Name] membayangkan bagaimana rasanya es krim anggur meleleh di dalam mulutnya, ah! Pasti segar dan manis secara bersamaan!

“Ayo percepat langkahmu!” ucap [Name] sambil menarik lengan sahabatnya lalu mengajaknya berlari, dia sungguh tak sabar.

“Eh! Tunggu, [Name]!”

[Name] terpaksa menghentikan langkahnya saat sahabatnya menarik kerah bajunya kebelakang.

“Aduh! Ada apa?!”

“Itu.. mereka banyak sekali.”

Tak jauh, sepuluh meter di depan sana. Lebih dari sepuluh anak laki-laki berbadan besar-besar sedang berkumpul, mereka tampak asik merokok dan ada juga beberapa yang meminum cairan dari dalam botol berwana hijau yang diketahui merupakan alkohol.

[Name] terperangah kaget, padahal sebelum-sebelumnya ia lewat sini untuk pergi ke kedai es krim tak ada sekumpulan laki-laki berbadan besar itu.

[Name] melirik sahabatnya yang menatap kearahnya.

“Kita putar balik saja.. kita lari,” bisik sahabat [Name], dan diangguki [Name].

“Ayo, dalam hitungan.. satu.. dua.. tig-”

“Hoi! Ada gadis cantik tuh!”

“Lihat! Mereka mau kabur!”

“Kejar woi!”

“Ayo lari, bodoh!” [Name] menarik tangan sahabatnya.

“Oi! Berhenti!”

“Gadis sialan! Malah kabur!”

‘Es krim anggur! Maaf kali ini aku tak bisa mencicipimu!’ batin [Name] sambil berlari.

She's Mine! Only Mine! [Jong Gun X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang