Part 6

28 9 0
                                    

"Bawa gue pergi kemana aja."

"Hotel?"

"Terserah, lo yang bayar gue gak ada duit."

Lelaki itu terkekeh mendengar jawaban gadis yang tengah bersandar di kursi penumpang mobilnya. Gadis yang sama dengan gadis yang menggodanya tadi di bar. Gadis gila yang menyeretnya keluar club dan menyuruhnya untuk membawanya pergi. Benar-benar gila untuk seukuran gadis remaja sepertinya. "Nama lo siapa?"

"Rafflesia." Katanya sambil terpejam.

Cowok itu mengangguk, nama yang unik. "Gue Arsen"

"Ok, hai Arsen." Sapanya sekenannya.

Arsen menggeleng, tangannya menarik sabuk pengaman di sampingnya. Menyalakan mesin mobil, dia kembali menoleh pada Rafflesia. Sepertinya dia tidur, dadanya naik turun dengan halus.

Pergaulan sekarang mengerikan ya. Informasi yang dia dapat dari si bartender tadi cukup membuatnya terkejut. Nyatanya cewek seksi yang tadi menggodanya terang-terangan itu adalah seorang gadis SMA. Gadis belia yang begitu berani mempercayai orang asing sepertinya ketika gadis itu mabuk. Apa dia tidak memikirkan akan apa yang akan terjadi nantinya jika orang asing itu mempunyai niatan jahat? Menyeringai tipis, untungnya dia bukan orang jahat dan tentu tidak masalah jika Arsen harus direpotkan cewek secantik dia.

Arsen membeloknya mobilnya ke area parkir. Meluncur mulus melewati deretan mobil-mobil. Setelah mobilnya terparkir, Arsen menolehkan kepalanya. Masih dengan posisi yang sama, gadis itu begitu pulas terlelap. Mobil yang berbelok kesana kemari saat mencari lahan parkir pun sepertinya tidak membuatnya terusik.

"Kita udah sampe." Ucapnya, meskipun dia tahu cewek itu tidak mendengarnya. Tangannya terulur memeriksa kesadaran cewek itu. Arsen tersenyum geli, jika sudah seperti ini orang mabuk mana yang masih menyisakan kesadarannya? Apalagi gadis ini bukan peminuman yang baik.

Baiklah sepertinya Arsen harus membangunkannya dengan cara lain. Tolong jangan terlalu berpikiran negatif pada Arsen. Lagi pula dia kan bukan cowok brengsek yang akan memanfaatkan keadaan. Walaupun yaa dia juga sedikit tergoda pada si jelita ini.

Cara lain yang Arsen maksud ialah menepuk pelan pipi mulus itu. Tapi sayangnya masih belum ada reaksi yang dibuat si gadis. Bersentuhan dengan kulit sehalus itu membuat jemarinnya tergoda untuk menyentuh lebih, seperti mengelusnya mungkin. Tapi apakah tidak apa-apa jika dia melakukannya?

Gapapa kali, lagi kobam dia.. mau lo cium juga dia gak bakal sadar.

Gak, gak boleh! Ntar keterusan bahaya!

"Eumm.." sialan hampir saja dia mengikuti sisi brengseknya. Arsen kembali ke posisinya semula seraya menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak lebih keras. Arsen berdeham, "kita udah sampe." Katanya sekali lagi.

Mata bulat itu terbuka separuh, netranya mengintip kesekeliling kemudian terpejam lagi. "Gendooongg.. gue gak kuat bangun, pusing bangeett." Katanya dengan suata serak sembari merentangkan tangannya.

Arsen mengangkat alisnya, agak kaget juga mendengar permintaan gadis itu. Tidak menolak, Arsen keluar dari mobilnya lantas membuka pintu sisi yang lain. Menunduk untuk meraih gadis itu. 

"Iiihh.. gak mau gitu, mau digendong dipunggung."

Menghela napas, Arsen menuruti lagi permintaan Rafflesia. Berbalik dengan sedikit berjongkok. Memberi punggungnya untuk diraih gadis itu. "Ya udah ayok." Katanya sambil menoleh ke belakang.

RafflesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang