Part 13

14 3 0
                                    

Rafflesia berdiri di hadapan kompor dengan gamang. Antara bingung dan ragu. Bingung karena dia tidak tahu bagaimana menyalakan benda itu, dan ragu untuk mencoba menghidupkannya. Tapi dia sudah tidak kuat lagi, dia kelaparan!

Rafflesia mengerang kesal. Matanya mengedar liar ke seluruh penjuru dapur mewah milik Arsen. Sebenarnya Rafflesia tidak habis pikir dengan keberadaan dapur mewah di kediaman seorang pria. Bagaimana ya, bukan apa-apa, tapi yang dia pertanyakan adalah, apa fungsi dapur ini jika isi lemari es saja hanya air putih? Tidak ada bahan makanan sama sakali, atau buah-buahan yang bisa dimakan.

Rafflesia mendengus, lantas melirik iba pada mie instans di genggamannya. Sudahlah dia menyerah. Rafflesia sama sekali tidak pernah memasak apalagi menyentuh kompor. Di rumah ada bi Sari yang akan selalu menyediakan makanan ketika dia lapar, jadi dia tidak perlu repot-repot begini.

"Ngapain?"

Rafflesia sontak berbalik. "Ih, lo bisa gak si gak usah ngagetin?" Semburnya pada Arsen yang tiba-tiba saja berada di belakangnya. Apa Rafflesia sudah bilang bahwa dia saat ini tengah berada di apartemen cowok itu?

Jadi, cerita singkatnya, ketika Arsen menawarinya untuk ikut dengannya. Rafflesia yang saat itu sudah kelelahan dan tidak dapat berpikir jernih langsung mengangguk menyutujuinya. Meski sebenarnya Rafflesia enggan untuk berurusan lagi dengan cowok itu. Tapi jika dia menolak, dia mau tidur dimana malam ini? Rafflesia tentu tidak mau tidur seperti gelandangan. Intinya Rafflesia terpaksa berada disini, jadi kalian harus mengerti situasi sialan ini, ok.

Tiba-tiba suana canggung menyeruak diantara mereka, keduanya saling terdiam dengan pikirannya masing-masing. Arsen mengusap tengkuknya, tidak mau bertahan lebih lama dengan kecanggungan ini. Cowok tinggi itu memilih memutar tubuhnya dan berjalan ke arah kulkas. Membukanya dan mengambil air putih di dalam botol kaca yang berjejer disana. Lantas menenggaknya langsung dari si mulut botol. Air dingin itu mengaliri kerangkorangannya yang kering. Menyegarkan kembali sistem kerja otaknya yang sempat tersendat-sendat.

Sementara ditempatnya berdiri, Rafflesia meneguk ludahnya susah payah menatap pemandangan yang luar biasa seksi dari jakun yang naik turun mengalirkan air minum dikerongkongan cowok itu. Oh sialan, tidak bisakah Arsen minum dengan biasa saja? Tidak mengertikah dia bahwa ada Rafflesia disini yang tengah menahan diri untuk tidak menyentuk benjolan seksi dilehernya itu?!

"Mampus celana gue becek."

Ohok!

Arsen tersedak, air dalam mulutnya menyebur. Buru-buru dia mengelapnya dan berbalik badan menghadap kembali Rafflesia. "Ha?"

"Ha?" Rafflesia memiringkan kepalanya bingung, sambil menatap Arsen.

"Lo tadi ngomong apa?"

"Ha? Emang gue ada ngomo-"

Rafflesia melotot, si tolol gue kelepasan! Bego banget siii!

Rafflesia buru-buru memalingkan wajahnya. "Gak, gue gak bilang apa-apa." Elaknya lantas berjalan cepat menjauhi dapur.

Kenapa si Rafflesia selalu saja bertingkah konyol jika berada di dekat lelaki itu. Otak cantiknya mendadak bodoh, semua sistem tubuhnya bekerja tanpa koordinasi dulu sama otaknya. Ck, cowok itu punya apa si? Sampai Rafflesia bisa begini?

Rafflesia menghisap rokoknya dalam-dalam. Waktu sudah menunjukan pukul dua dini hari. Meski dirinya sungguh merasa lelah, tapi kantuk sama sekali tidak mendatanginya. Dipaksa memejam pun hasilnya sama saja. Maka, dia memilih untuk merokok dan menikmati pemandangan malam hari di atas bolkon ini. Mungkin sebatang rokok cukup untuk membuatnya bosan dan mengantuk.

RafflesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang