"Heh bangke bangun lo!"
Rafflesia mengerjap, tunggu dulu. Bukannya tadi dia ada di depan ya? Kenapa sekarang dia malah sedang rebahan menghadap langit-langit? Dan- "Eh anjir gue mimpi?!" Kagetnya langsung terduduk.
"Mimpiin siapa lo? Arsen siapa?!"
"Lho, lo ngapain disini?" Herannya melihat sosok cowok yang berdiri disampingnya sambil bercekak pinggang.
"Bego, ini rumah gue."
Oh iya, gue lupa. Rafflesia menggaruk kepalanya. Duhh tenggorokannya kering, ini pasti karena dia baru bangun tidur. Tapi kok rasanya dia baru tidur lima menit yang lalu ya? "Jam brapa Vin?" Tanyanya pada Alvin yang kini tengah menyeruput jus jeruk yang membuat Rafflesia meneguk ludahnya sendiri.
"Mata lo masih berfungsi kan? Tuh jam di depan lo segede gaban."
Dih, Alvin kenapa si? Sewot terus dari tadi. Mendelik sinis pada Alvin, Rafflesia mengalihkan pandangannya ke jam besar yang di maksud Alvin tadi. Sudah jam setengah enam sore. Ahh ternyata dia sudah selama itu tertidur. Rafflesia mengulet, otot-ototnya terasa kaku, mungkin karena dia tidur diatas karpet kali ya jadi tulang dan ototnya agak sedikit ngilu. Tadi dia begitu nyenyak tertidur hingga tidak sadar waktu sudah menunjukan sore hari.
"Arsen siapa?"
Arsen? Rafflesia memiringkan kepalanya bingung menatap Alvin. Dia tidak mengenal cowok bernama Ar- "Astaga goblok! Gue baru inget namanya Arsen!" Kata Rafflesia mengejutkan Alvin. Cewek itu tiba-tiba tertawa seperti orang sinting seraya memukul-mukul lutut Alvin.
"Ih lo apaan si." Alvin beringsut menjauhi. Benar-benar ya Rafflesia, dia tidak peka apa Alvin sedang jealous? Siapa pula Arsen Arsen itu, kurang ajar sekali dia masuk ke mimpi gadis kesayangannya. Alvin berdecak, "Arsen siapa si?"
Tawanya memelan, Rafflesia kemudian mendongkak menatap Alvin. "Gak tau" katanya sambil mengedip lucu.
Gubrak!
Alvin terjungkal begitu mendengar dua kata itu. "Seriously Ra?" Tanyanya tidak habis pikir.
Rafflesia mengangguk-ngangguk. "Gue gak kenal, kita cuma ketemu di club trus gue dibawa ke apart nya. Udah gitu aja." Katanya santai seraya meraih gelas yang berisi jus jeruk milik Alvin. Masih ada sisa sedikit, lumayanlah.
"WHAT?!"
"Kaget bagong ih!" Teriak Rafflesia, untung saja jusnya tidak tumpah.
"Lo ngapain aja di apart tu cowok?" Tanya Alvin tidak santai.
"Tidur."
"Terus?"
Rafflesia menggeleng, sepertinya tidak ada yang dilakukannya lagi disana selain tertidur. "Lo-" Alvin menarik napasnya sebentar. "Astaga Raaa, kalo lo dimacem-macemin tu cowok gimanaaaa?!"
"Ya gue macem-macemin baliklah." Kekehnya sinting.
"Heh lo mau kemana gue belum beres bego!"
"Makan, gue laper."
***
Rafflesia menopang dagunya, matanya yang bulat itu memutar memperhatikan orang-orang dikantin ini. Tidak ada yang menarik sebenarnya menonton orang-orang menyuap makanannya. Tapi dia bosan, tidak ada kegiatan lain yang bisa dia lakukan di sela-sela waktunya menunggu mie ayam pesanannya datang. "Lun kenapa lo gak suka pedes?" Tanyanya random.
Luna yang sedang menscroll layar hpnya berhenti ketika mendengar pertanyaan absurd Rafflesia. "Gak suka aja." Jawabnya sekanannya.
"Lo makan pedes mati gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafflesia
Novela JuvenilNamanya Rafflesia, hanya Rafflesia tidak ada tambahan nama dibelakangnya. Cukup singkat dan menyebalkan. Hidupnya layaknya bunga raksasa Rafflesia Arnoldi, kecantikan dan kesempurnaan yang dimiliknya tidak dapat menyembunyikan bau busuk hidupnya hin...