Menghadap guru BK karena terciduk bolos dikantin?
Sudah rutinitas!
Lalu, diberi hukuman skorsing satu hari?
Jangan bercanda!
Dirinya di skors hanya bolos satu mata pelajaran?
Sinting!
Rafflesia memang mengakui kesalahannya yang kabur dari hukuman guru botak itu. Tapi tetep saja itu tidak sepadan dengan pelanggaran yang dia lakukan. Lalu untuk Alvin dan teman-temannya yang ikut juga terciduk saat mereka bolos dikantin? Tidak usah ditanya, mereka masih bisa berkeliaran haha-hihi di sekolah. Mereka hanya dapat sanksi ringan. Sialan.
Rafflesia sadar, dibalik hukuman si Guru BK itu ada dendam tersembunyi dibaliknya. Cih, masih saja guru cabul itu mendendam. Lagi pula Rafflesia kan korbannya.
"Udah si ngegerutunya, pengang ni kuping gue." Rafflesia mendecih kesal seraya menoleh pada Luna yang tengah memoleskan liptin.
"Bacot anjing ah!"
"Lagian lo bukannya seneng dikasih skors, malah ngegerutu gak jelas. Enak tau, bisa rebahan di rumah. Leha-leha gak perlu belajar sampe otak ngebul." Lanjut Luna.
"Heh kambing! Lo jadi budak gue dari kapan si?!"
"Dari sperma!" Sambar Luna. Cewek ini emang sefrontal itu, dan sialnya cewek yang kecantikannya belum mengalahkan dirinya adalah sahabatnya dari orok, atau bisa dibilang juga -seperti yang Luna bilang barusan- dari sperma. Tentu saja karna ayah mereka adalah teman dekat. Tapi tidak setelah ayahnya hilang entah kemana.
Rafflesia mumatar bola matanya malas. Lalu memilih memusatkan perhatiannya ke ponsel pintar miliknya. Menggulirkan time line instagram yang dipenuhi foto-foto eksotis tempat berlibur yang sangat memanjakan mata.
"Lo nginep aja si di rumah Alvin. Ribet deh." Bukan ide yang bagus. Kedua orang tua Alvin berkerja. Dan Alvin .hanya anak tunggal di keluarganya. Bisa dibayangkan sesepi apa rumah besar itu jika hari kerja seperti ini. Tentu saja tidak jauh berbeda dengan rumahnya yang selalu sepi dan seperti tak berpenghuni.
Sebenarnya Alvin bisa saja membolos untuk menemaninya. Tapi, dirinya cukup tau diri untuk tidak bergantung terus menerus kepada Alvin dan keluarganya.
Apa dirinya berlibur saja sekalian? Lagi pula satu hari diisi dengan berdiam diri di rumah adalah sebuah pilihan mengerikan.
Tapi masa sendirian?
Rafflesia menghembuskan napasnya pelan. Liburannya tidak akan seru jika hanya dirinya yang menjelajahi seluk beluk surga dunia dengan sejuta keindahannya itu.
"Lo balik sama siapa Ra?"
Rafflesia menoleh. Astaga, kenapa dirinya lupa jika ada makhluk ini di sampingnya. Rafflesia lalu mendekatkan diri ke Luna.
"Bali kuy!" Sambil mengangkat ponselnya di depan muka Luna. "Ato Lombok, nih!" Jarinya menggulirkan ke foto pantai eksotis lainnya. "Gimana?" Kali ini alisnya naik turun.
Sedangkan Luna menatapnya ngeri. Seakan Rafflesia adalah orang gila yang berencana mengajaknya ke neraka.
"Kita lagi UTS kalau lo lupa." Rafflesia dan segala macam pikiran gilanya. Luna menghembuskan napasnya pelan. Ok, itu tawaran menarik. Dirinya tentu bisa membolos dan berlibur dengan gadis gila ini. Tapi kita liat seberapa gila, cewek ini membujuknya.
"Otak lo geser ni, udahlah gausah mikirin UTS segalah elahh nilai gampang dibeli, ya ga? Ya ga?" Ucap Rafflesia sambil menaik turunkan alisnya.
See?
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafflesia
Teen FictionNamanya Rafflesia, hanya Rafflesia tidak ada tambahan nama dibelakangnya. Cukup singkat dan menyebalkan. Hidupnya layaknya bunga raksasa Rafflesia Arnoldi, kecantikan dan kesempurnaan yang dimiliknya tidak dapat menyembunyikan bau busuk hidupnya hin...