[Play the audio]
Sebelum masa peperangan dunia pertama berakhir, para leluhur kami sempat merasakan sesuatu yang disebut banjir darah. Peperangan yang berlangsung selama ratusan tahun sempat membuat dunia jatuh ke dalam masa kegelapan tanpa ujung.
Siklus peperangan ini tentunya memakan korban yang tidak sedikit jumlahnya. Peperangan besar itu diikuti sedikitnya empat puluh enam bangsa dan merupakan yang pertama kali terjadi pada sejarah, dimana rendahnya tingkat kemanusiaan yang ada saat itu.
Aroma khas pembakaran mayat seolah menjadi pewangi jenis baru selama masa kegelapan itu. Tidak jarang kami melihat mayat bertumpuk tinggi, lalu dibakar begitu saja selayaknya membakar sampah. Kami bahkan bisa melihat pembakaran mayat dimana pun kami berada, kecuali ketika kami berada di dalam rumah. Bahkan ketika kami bosan, kami hanya perlu membuka jendela untuk menonton prosesi pembakaran mayat.
Peperangan yang berlangsung selama tiga ratus empat puluh tahun itu menyisakan banyak sekali duka maupun luka, bahkan kami bisa melihat banyak orang yang hanya duduk dengan wajah melamun dan mulut yang terus meneteskan liur sepanjang hari, bagi kami, dia sudah mati walau kami juga tahu kalau sebenarnya kejiwaannya telah terganggu.
Penyebab peperangan jangka panjang ini terjadi karena adanya perebutan tanah maupun sumber daya yang sebenarnya secara harfiah tidak akan menimbulkan perpecahan di pihak manapun, tetapi pada dasarnya mereka sendirilah yang membuat suatu konflik ini berujung terjadi. Sejumlah aliansi yang dibentuk untuk mendamaikan keadaan dunia selama beberapa dasawarsa sebelumnya terguncang, sehingga dalam hitungan minggu semua kekuatan besar terlibat dalam perang melalui koloni mereka, konflik ini segera menyebar ke seluruh dunia.
Ternyata, setelah peperangan dunia pertama berakhir, bukannya dunia menjadi semakin baik, yang terjadi hanyalah dunia yang semakin hancur. Masyarakat mati-matian berjuang untuk bertahan dari ancaman kelaparan dan karena itu, sekitar sepertiga dari populasi bumi mengalami kekurangan gizi yang kronis, dan empat puluh persen berakhir dengan mengalami kekerdilan hingga dewasa.
Selain itu, terjadi juga bencana penyakit menular. Entah apa nama penyakit itu, belum ada yang tahu. Yang pasti, penyakit itu menyebar dengan sangat cepat bahkan hingga ke pedalaman. Gejala awalnya adalah badan yang terasa lemas, kemudian perubahan cara bicara, seperti mengigau tidak jelas, lalu mereka juga akan mengalami penyumbatan pembuluh darah hingga menyebabkan kejang-kejang yang hebat, serta tubuh mereka akan membengkak dan membiru hingga urat-uratnya menonjol berlebihan dan disertai juga dengan muntah-muntah, muntah yang dikeluarkan juga bukan muntah biasa, melainkan lendir kehijauan disertai tumpukan belatung yang terlihat seperti bubur. Setelah melewati fase terakhir itu, pada umumnya mereka tidak akan bertahan lebih dari satu bulan.
Pasca perang sekali pun dunia tak lepas dari bencana. Tahun ini barangkali akan dicatat sebagai krisis air bersih terburuk yang terjadi di sepanjang abad ini. Salah satunya terlihat dari jumlah desa-desa yang mengalami krisis air bersih yang meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya, ternyata kemarau yang tiba lebih cepat dari biasanya. Kekeringan ini disebabkan oleh masyarakat yang tidak berusaha menghemat air meskipun sedang musim kemarau, hanya saja apabila musim kemarau dirasa sudah melampaui batas maka masyarakat segera mengupayakan hal- hal untuk menghemat penggunaan air karena khawatir apabila musim kemarau panjang membuat persediaan air tidak cukup hingga masyarakat harus mencari ke tempat yang lebih jauh, mengantri, bahkan harus membeli air.
Pada akhirnya, saat kemarau dirasa melampaui batas, mereka akan mati-matian mengupayakan agar mereka tidak kehabisan air apalagi jika harus sampai mencari tempat yang jauh, mengantri atau membeli hanya demi air.
Terkadang, masyarakat sampai harus menanam gandum dan sayur mayur demi memenuhi kebutuhan makanan mereka sehari-hari. Garam, buah-buahan, dan daging kini harganya sangat mahal, bahkan setara dengan perhiasan, hal itu membuat mereka hanya bisa memakan sayur mayur yang terasa sangat hambar di lidah, dan belum lagi bencana kekeringan yang semakin parah, bahkan pemerintah sendiri sama sekali tidak berusaha menanggulangi berbagai bencana yang terjadi di negeri mereka masing-masing.
Ketika awal mula kehancuran ini datang, sebenarnya kepercayaan masyarakat terhadap Tuhan sudah mulai hancur, mereka beranggapan Tuhan telah mengabaikan ciptaannya hingga menelantarkan dunia ini, tertidur, atau bahkan sudah mati. Mungkin saja, mereka menganggap entitas Tuhan itu tidaklah abadi, melainkan dapat mati seperti mereka.
Tidak lama setelahnya, kepercayaan masyarakat terhadap Tuhan telah benar-benar musnah. Akhirnya mereka berpindah haluan dan menyembah sesuatu yang tak seharusnya mereka sembah, seperti matahari, berhala bahkan burung gagak.
Namun ada suatu bangsa yang memiliki ideologi yang berbeda mengenai kepercayaan, tetapi tidak memiliki perwujudan seperti Tuhan, yaitu bangsa Vallarys, tetapi bagi mereka, Tuhan mereka, Satan, terkurung di pedalaman gerbang Vallhalla. Gerbang Vallhalla sendiri terletak di tepi pantai milik bangsa Greenhorn. Sayangnya, bangsa Greenhorn tidak mengijinkan bangsa Vallarys untuk membuka gerbang Vallhalla untuk membebaskan Satan. Semua itu hanya karena sebuah ramalan yang mengatakan jika saja gerbang Vallhalla terbuka dan Satan bebas, Satan akan menguasai seluruh dunia.
Perbedaan ideologi inilah yang memicu terjadinya kedua bangsa ini berperang selama berabad-abad setelah peperangan dunia pertama.
_______________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGOTTEN VALLHALLA
Fantasy[18+] Dark Fantasy | Adventure | Hard Violence [On-Going] Perkara ihwal abdi apapun yang ditumpahi Thomas Vlurk selalu cacat tumpul di kedalaman pupil mata masyarakatnya, dari awal ia memang lanjut laun telah dicap sebagai otoriter bangsa yang tak e...