LEMBARAN KESESATAN

40 13 8
                                    

Pada saat pagi sekali, tepatnya pagi buta menjelang subuh. Vlurk, Gluttoni, dan Mimir lantas bergegas bangun dari tidur masing-masing untuk bersiap pergi dari penginapan yang mereka gunakan sebagai tempat istirahat selama semalaman penuh itu.

Gluttoni sibuk bergerak membereskan semua pakaian mereka berempat yang telah dipakai, kemudian memasukkannya ke dalam tas. Sementara Mimir mengenakan kembali armor baja miliknya, lalu meraih dan menggendong tas berisi stok makanan mereka, dia sudah sepenuhnya siap untuk pergi.

Sedangkan Vlurk, dia masih berusaha membangunkan Heggie. Ini bukan perkara mudah sebab laki-laki itu telah mencobanya sedari tadi. Namun, bocah tersebut masih tak kunjung bangun juga. Pada akhirnya, Vlurk yang sudah hampir menyerah itu berinisiatif untuk mengambil air lalu diciprat-cipratkannya ke wajah Heggie sambil berkata, “Bangunlah, ini sudah pagi. Kita akan pergi sekarang juga.”

Terbangun dengan kesadaran masih belum terkumpul sepenuhnya, Heggie bangkit dari tidur dan lantas mendudukkan diri. Melihat hal itu, mereka yang telah siap lantas bergegas keluar dari kamar dengan membuka pintu. Namun, Heggie malah terlelap kembali dengan posisi duduk tadi. Vlurk yang mengetahuinya pun langsung menarik tangan bocah tersebut untuk ikut pergi dari penginapan.

Berhubung masih pagi sekali kala itu, hawa dingin menusuk-nusuk setiap jengkal kulit mereka berempat ketika baru menginjakkan kaki di luar. Namun, hal tersebut sama sekali tak menggoyahkan niat mereka untuk meninggalkan kota Khatib sebelum fajar menyingsing.

Dapat ditangkap oleh mata mereka bahwa terdepat banyak gelandangan masih terlelap pada mimpinya masing-masing di pinggir jalanan kota tersebut. Heggie yang sekadar menyaksikannya saja bisa sampai menggigil disertai bersin-bersin.

***

Ketika mereka berempat telah resmi sepenuhnya keluar dari kota Khatib, Heggie menoleh ke belakang sesaat. Dia lumayan terkejut sebab tidak menyangka tempat itu tak sekecil perkiraannya. “Ternyata Khatib sebegitu besar, ya.” Dia lalu kembali ke pandangan awal dan lanjut menyusuri jejak langkah tiga orang dewasa itu.

Jejak-jejak mereka perlahan mulai terhapus, bersama kegelapan sebelum fajar menyerang lalu lantas menguasai hari. Bertepatan pula dengan bertemunya mereka berempat dengan sebuah perbatasan berupa hutan. Vlurk kemudian melihat ke kanan dan kiri, rupanya hutan tersebut sangat luas hingga tidak mampu terlihat letak ujungnya.

Tak hanya dipenuhi pepohonan rimbun nan berdaun lebat, hutan tersebut juga diarungi oleh para kabut tipis yang membentengi jangkauan penglihatan mereka—mungkin itu sebab masih pagi.

“Hutan ini ... sepertinya aku familiar dengan hutan ini,” kata Gluttoni.

“Kau pernah ke sini?” tanya Vlurk setelah menoleh ke arah pria itu.

“Mungkin,” jawab Gluttoni. “Tapi, aku lupa dengan siapa aku pergi ke sini.”

Heggie dan Mimir langsung masuk ke hutan tersebut tanpa ikut terjun ke pembicaran dua laki-laki itu. Hal ini tentu membuat Vlurk dan Gluttoni lantas bergerak menyusul. Namun, dengan sedikit berjarak di belakang.

Disadari oleh mereka berempat saat mulai menginjakkan kaki di hutan ini bahwa ia diisi oleh para Pohon Pinus yang cukup panjang. Tanahnya lembab dan becek, membuat kaki-kaki mereka kesusahan untuk berjalan di atasnya. Apa lagi, medan yang mereka hadapi ini agak menanjak.

“Aku benar-benar merasa tidak asing dengan hutan ini. Atau, itu hanya sekadar perasaanku saja, ya?” Gluttoni memperhatikan setiap sudut maupun sekitar lingkungan hutan itu. Dia benar-benar memiliki keyakinan bahwa pernah berkunjung ke sini sebelumnya.

“Mungkin kau memang pernah ke sini sebelumnya, Gluttoni. Hanya saja kini telah lupa akan hal itu,” sahut Vlurk yang ada di sampingnya.

“Mungkin saja, Baginda,” balas Gluttoni. “Sebab, rasanya sungguh seperti nostalgia. Seolah-olah, aku pernah ke sini bertahun-tahun yang lalu.” Laki-laki itu kemudian meggaruk kepala botaknya. Namun, garukan tersebut tidak bertahan lama sebab dia tiba-tiba teringat bahwa ada perihal yang lebih krusial untuk dibiacarakan dengan Vlurk ketimbang hutan belantara ini.

FORGOTTEN VALLHALLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang