"Apabila tidak ada kau, mungkin aku sudah meninggal, Baginda,” ucap Mimir. Ya, terhitung bahwa sudah dua hari mereka menyusuri hutan ini semenjak kejadian saat itu, kejadian munculnya monster ber-armor di hadapan mereka. Ia membantai semuanya. Kecuali Vlurk, yang secara tidak langsung diberi pesan oleh monster itu sebelum bertolak entah ke mana.
Beruntungnya lagi, Vlurk mampu menyembuhkan mereka bertiga yang terluka akibat serangan monster tadi. Walaupun, tenaga laki-laki tersebut menjadi terkuras hingga hampir habis. Ditambah, dia—juga yang lain—pun juga tidak kunjung mendapat kesempatan untuk mengisi lambung sejak hari itu. Sering kali perut mereka berbunyi dan meronta-ronta agar segera diisi selama menyusuri hutan tersebut. Namun, apa daya, bekal mereka telah habis.
“Sebenarnya, apa yang monster super besar dan mengerikan itu katakan kepadamu, Baginda?” tanya Heggie dijajah penasaran sambil memegangi punggungnya. Dia masih saja tidak percaya bahwa punggung tersebut yang semula patah akibat terbentur pohon akibat ulah monster dua hari lalu bisa pulih sepenuhnya.
“K-kemarau ....” jawab Vlurk dengan getir dan penuh ketakutan.
Gluttoni yang mendengar ucapan Vlurk itu tiba-tiba jadi ikut memasang wajah ketakutan pula. Dia merasa tahu persis apa sebetulnya maksud dari monster itu. Namun, sebab rasa takut yang menjalar dan menguasai, dia jadi mematung sesaat.
“Kemarau?” tanya Mimir.
“Iya, kemarau,” jawab Gluttoni mulai mencoba mendominasi pembicaraan. Bibirnya perlahan sudah tidak terasa membeku lagi. “Apa kau pernah mendengar soal tiga ramalan yang akan muncul di Greenhorn?”
“Iya, aku pernah dengar soal itu, kok. Hanya saja, yang kutahu cuma sekadar mengenai ramalan pertama. Yaitu, tentang kemunculan para mayat hidup. Tidak lebih dari itu.”
“Iya, betul. Mayat hidup itu merupakan ramalan pertama yang akan muncul,” jawab Gluttoni.
“Lalu, yang kedua dan tiga?” tanya Mimir lagi.
“Ramalan kedua adalah munculnya kemarau. Sedangkan yang ketiga yaitu munculnya seseorang bernama ‘Meliodas’. Dia diramal akan merenggut takhta Greenhorn,” sahut Vlurk.
“Jadi, berarti monster itu ... monster itu memberi pesan kepadamu bahwa sebentar lagi kemarau akan muncul?” Mimir menarik sebuah kesimpulan.
“Mungkin saja iya,” jawab Vlurk.
Keadaan menjadi hening setelahnya. Mereka berempat sama-sama tengah sibuk berpikir jika sangat tidak mungkin apabila Greenhorn mengalami kemarau. Sebab, sudah jelas dari entah zaman kapan bahwa atmosfer tempat itu selalu dingin. Maka, tidak mungkin apabila tiba-tiba saljunya hilang dan terjadi kemarau.
“Makhluk berarmor itu bernama Tromor,” ucap Gluttoni yang langsung sontak memecah gelembung hening tersebut.
“Tromor?” tanya Vlurk. Nama itu terasa sangat asing di telinganya.
“Selain orang bertanduk dan tiga ramalan, ada juga cerita rakyat lain yang tidak begitu terkenal. Di sana tertulis bahwa akan muncul makhluk ber-armor dengan nama Tromor di hutan Greenhorn.”
“Lalu, dari mana asalnya monster itu?” tanya Mimir yang entah untuk ke berapa kali.
“aku pun juga tidak tahu-menahu dari mana asal kemunculan Tromor itu,” jawab Gluttoni. “Yang lebih penting adalah kenyataan bahwa semakin ke sini ... semua cerita rakyat tersebut satu-persatu mulai terwujud. Kita harus waspada. Entah itu tentang kemarau atau pun kemunculan seseorang bernama Meliodas.”
Tidak lama setelah percakapan kecil itu berakhir, mereka menemukan sebuah rumah kayu di tengah hutan. Terlihat bahwa semua, mulai dari pintu dan jendelanya terbuka lebar. Mereka berempat pun sepakat untuk lantas mencoba mengetuk pintu tersebut jika sekiranya ada orang yang tinggal di dalam. Namun, nihil. Tak ada sesiapa pun menjawab. Pada akhirnya empat orang itu langsung masuk ke dalam saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGOTTEN VALLHALLA
Fantasy[18+] Dark Fantasy | Adventure | Hard Violence [On-Going] Perkara ihwal abdi apapun yang ditumpahi Thomas Vlurk selalu cacat tumpul di kedalaman pupil mata masyarakatnya, dari awal ia memang lanjut laun telah dicap sebagai otoriter bangsa yang tak e...