GERBANG JAHILIAH

37 14 12
                                    

Entah berapa kali hujan turun mengguyur hutan ini. Terkadang ia hanya berupa rintik kecil dalam jumlah sangat sedikit, atau kadang kala tiba-tiba menjadi sebaliknya. Gluttoni yang berjalan di bagian paling depan itu hanya mampu sekadar mengumpat dan mengutuk para awan tersebut sebab seenaknya sendiri dalam mengguyur air dari atas.

“Rasanya ada yang janggal dari hutan ini, aku akan mencoba memanjat pohon untuk memperhatikan sekitar,” ucap Mimir menginterupsi kegiatan Gluttoni tadi serta langkah kaki Vlurk dan Heggie.

Wanita tersebut kemudian langsung memanjat pohon yang ada di samping tubuhnya tanpa menunggu respons tiga orang itu. Terlihat bahwa Mimir lumayan lincah dalam melakukan hal tersebut, ini membuktikan bahwa dia adalah prajurit yang betul-betul terlatih. Dia bahkan tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke puncak pohon.

Namun, ketika telah mengerlingkan mata ke sekeliling, dia langsung memutuskan untuk bergegas turun dan menggaruk kepala sebab dibuat keheranan. “Ini aneh, hanya daerah sekitar kita saja yang diselimuti oleh mendung dan hujan. Tiga ratus meter ke belakang cuacanya malah sangat cerah.”

“Mungkin hal itu disebabkan oleh cuaca yang memang sedang tidak tentu saja,” jawab Gluttoni menenangkan mereka bertiga.

Tapi, pada akhirnya sama saja. Mau atau tidak mau mereka berempat tetap harus melanjutkan langkah kakinya masing-masing setelah itu—terlepas dari masalah kejanggalan cuaca tersebut. Namun, situasinya entah mengapa malah jadi bertambah janggal ketika mereka semakin dalam menyusuri hutan. Hujan terasa semakin deras, awan yang membawa sekumpulan air tersebut pun juga ikut bertambah pekat.

“Salju ditambah dengan hujan ... jadi, hal tersebut rasanya sebegini dingin, ya,” celetuk Mimir pada sela-sela langkah mereka sambil menahan dingin yang terus menusuk-nusuk tiap jengkal kulitnya dengan menggosok lengan.

Mereka kerap kali menggigil dalam tiap langkah demi langkah tersebut. Ditambah, dari mulai tas, pakaian, sampai segala macam perlengkapan yang mereka berempat bawa jadi basah semua. Heggie di barisan paling belakang pun hanya mampu menyedot kuat ingusnya berkali-kali agar tidak merosot ke bibir akibat hal itu—pileknya jadi kambuh lagi.

“Maaf apabila terlalu banyak bicara, tetapi aku benar-benar penasaran. Apakah sedari dulu Greenhorn memang terasa sedingin ini?” tanya Mimir sedikit mencairkan suasana yang sempat dingin sebab mereka berempat sedari tadi memilih bungkam dan fokus pada jalanan.

“Greenhorn dulunya memanglah dingin, tapi tidak sampai sedingin ini,” jawab Gluttoni singkat sambil terus fokus pada jalanan yang licin dan berlumpur akibat curah hujan.

“Lantas, apa yang telah memicu Greenhorn jadi sedingin ini?” Mimir bertanya lagi. Dia sepertinya benar-benar tidak pandai dalam menahan rasa penasaran sendiri.

“Ada kabar dari leluhur yang tersebar di segala penjuru Greenhorn dan masih bertahan hingga sekarang,” jawab Gluttoni. “Kabar itu mengatakan bahwa dulu Greenhorn memang bersalju, tetapi tidak sampai sedingin ini. Intinya Rumor itu mengatakan bahwa dulu Greenhorn hanya sekadar desa kecil bersalju tak bernama. Tempat tersebut cuma desa miskin nan serba kekurangan dalam perihal pangan ... sampai akhirnya, ada manusia bertanduk yang menginjakkan kaki di Greenhorn. "

“Manusia bertanduk tersebut memberi keajaiban pada tempat ini, dia mengubah tanahnya hingga jadi amat subur. Maka dari itu, walaupun bersalju, akan tetapi banyak tanaman mampu bertahan hidup di sini. Hingga kemudian, tidak lama setelahnya dia diangkat menjadi pemimpin sebab perihal itu. Lalu, dinamailah desa tersebut menjadi Greenhorn.”

“Memangnya, kenapa harus diberi nama Greenhorn?” tanya Mimir—lagi.

“Karena, ‘Green’ berarti hijau, sedangkan ‘horn’ artinya tanduk. Orang-orang memberi nama desa tersebut dengan Greenhorn sebab dimaksudkan sebagai ucapan terima kasih kepada orang bertanduk tadi karena telah mengaruniai mereka tanah yang begitu subur,” jawab Gluttoni. “Orang bertanduk itu pun lalu diberi julukan Greenhorn pula di desa Greenhorn itu sendiri.

FORGOTTEN VALLHALLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang