Vlurk, Heggie, Gluttoni, serta Mimir keesokan harinya bergegas pergi ke pusat. Namun, karena lelah mereka akhirnya memutuskan untuk singgah di suatu daerah kota sejenak. Kota tersebut bernama Khatib. Selama berada di sana, Vlurk sama sekali tidak lepas dari jubah bertudungnya demi dapat menyembunyikan identitas dengan sempurna.
Kota Khatib sebenarnya adalah tempat yang memproduksi segala macam kebutuhan. Mulai dari sayur, buah-buahan, dan berbagai macam daging secara grosir hingga nantinya akan didistribusikan ke pasar tradisional pada pusat Greenhorn. Namun, akibat wabah kematian yang memicu kekacauan ini, mereka jadi tak mampu memproduksi apa-apa lagi. Kebanyakan warga telah memilih menutup diri mereka di rumah masing-masing.
Terlepas dari hal tersebut, mereka berempat kini tengah duduk di pinggir jalan untuk menghilangkan penatnya. Dapat dengan jelas mereka buktikan bahwa Khatib merupakan kota yang lumayan besar. Ia bahkan dikenal dengan sebutan kota Produksi Bahan Pangan.
Mata Vlurk kemudian mengerling ke area sekeliling yang dapat dijangkau padangan. Disadari olehnya bahwa ternyata masih banyak orang yang tidak memutuskan untuk mengisolasi dirinya di dalam rumah. Daerah ini masih ramai. Hanya keadaannya saja yang begitu mengenaskan.
Terlihat jelas oleh mata Vlurk bahwa di sana ada beberapa orang menepuk jidat sendiri akibat melihat para karung-karung sayuran segar yang sebelumnya telah dipanen dengan penuh harap, kini justru berubah menjadi sekadar pangan busuk tak layak konsumsi sebab terkena infeksi. Ada pula beberapa orang yang duduk meringkuk di pinggiran jalan, mereka sepertinya sudah tidak kuasa lagi menghadapi Greenhorn dengan infeksinya. Tak lupa, bertaburan pula para gelandangan yang sibuk mencari serta mengorak-orak sisa makanan di sudut-sudut tempat dengan sekumpulan kotak sampah.
Kawanan Vlurk yang rupanya ikut menyaksikan hal tersebut sontak memasang ekspresi miris. Apa lagi lelaki berkepala botak itu, si Gluttoni wajahnya mengerut drastis. Hal ini memberi nominal seberapa ironinya dia melihat nasib orang-orang yang mulai tumbang akibat ulah para mayat hidup. Terlihat jelas bahwa tidak ada sepatah kata pun mampu keluar dari mulutnya. Kecuali, segunduk rasa iba terhadap kota ini.
"Orang-orang sepertinya sudah mulai gila, ya?" tanya Mimir dengan mata tertuju pada sekumpulan manusia yang berkerumun serta sujud di hadapan patung Thomas Klark. Kebanyakan dari mereka menangis sambil berbicara bahwa betul-betul sangat memerlukan pertolongan dari patung tersebut yang mana telah dianggap sebagai sesembahan.
"Tolong kami, Baginda. Kami begitu lapar, haus, dan tidak tahu harus berbuat apa." Itu adalah serangkai kalimat salah satu dari mereka.
Setelah Thomas Klark menghilang dari Greenhorn, banyak kejadian buruk menimpa negara ini. Mulai dari krisis ekonomi, sampai permasalahan-permasalahan lain yang tidak bisa serta-merta diselesaikan oleh Vlurk. Dari sana, masyarakat jadi kerap kali menjadikan patung ayahnya sebagai sesembahan dikala tengah terkena musibah. Mereka tak bisa secara mudah mempercayai Vlurk dan justru memilih mencemoohnya sebagai pemimpin dengan kinerja buruk akibat rentetan kejadian tersebut.
Hal ini tentu jadi mengundang banyak jarum-jarum tajam yang siap menghujam Vlurk ketika memori tersebut diingat atau bicarakan kepada orang lain. Jadi, dia akhirnya berusaha mengalihkan pertanyaan Mimir dengan berkata, "Bagaimana kalau kita mencari penginapan di sekitar sini?" Sambil berdiri.
"Bukankah menyewa sebuah tempat penginapan itu akan sangat mahal?" jawab Heggie dengan pertanyaan pula.
Vlurk kemudian menjawab pertanyaan Heggie tersebut dengan mengeluarkan beberapa keping koin emas dari saku pakaiannya. "Ini, aku ada beberapa sisa koin emas yang tidak sengaja terbawa dari istana. Sepertinya cukup untuk menginap satu malam di sini."
"Baiklah, kalau begitu aku akan ikut membantu dalam mencari tempatnya, Baginda," ucap Mimir setuju sambil bangkit dari duduk.
Mereka kemudian lantas bersiap pergi setelahnya. Namun, tidak dengan Gluttoni. Dia masih tetap sibuk merenung dan memperhatikan kejayaan kota Khatib yang kandas seraya entah membatin apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORGOTTEN VALLHALLA
Fantasy[18+] Dark Fantasy | Adventure | Hard Violence [On-Going] Perkara ihwal abdi apapun yang ditumpahi Thomas Vlurk selalu cacat tumpul di kedalaman pupil mata masyarakatnya, dari awal ia memang lanjut laun telah dicap sebagai otoriter bangsa yang tak e...