PERSIMPANGAN JAHANAM

126 32 1
                                    

Matahari telah kembali ke posisi awalnya, menandakan malam telah berhasil digulingkan. Begitu juga para manusia yang tinggal di Greenhorn. Namun, entah bagaimana Heggie masih tetap bernapas setelah rentetan peristiwa penuh darah dan api semalam. Kini dia tengah tertidur dengan keringat dingin mengucur.

“Tubuhku!” Bocah itu mengerjapkan mata dan tersentak lalu lantas bangun dari tidur. Napasnya tak beraturan, sebab langsung teringat akan semua perbuatan mengerikan ulah laki-laki bertudung yang ternyata adalah Vlurk padanya.

Dengan gelagapan dia memberanikan diri untuk memastikan keberadaan luka sobek dari dada hingga perutnya. Namun, ini aneh. Sudah tidak terdapat goresan sedikit pun di sana. Bahkan, luka bekas paku pada tangan dan kaki anak itu tak dapat dirasa maupun lihat. Baru disadarinya pula bahwa dia sedari tadi tak merasakan sakit sama sekali.

Tunggu sebentar ...  sekarang aku ada di mana? Belum usai satu pertanyaan yang berputar di otaknya terjawab, pertanyaan lain tiba-tiba muncul begitu saja. Atmosfer yang terasa amat jelas berbeda dari rumah bekas jarah para mayat hidup milik seorang tukang kayu semalam adalah pemicunya.

Kini baru saja disadarinya bahwa dia tadi telah terbangun di kamar mewah bak kamar sebuah istana pada novel-novel berlatar kerajaan dengan ranjang empuk yang super luas. Hal tersebut jadi memicu mata Heggie untuk mengerling supaya bisa menangkap seseorang di dalam kamar ini berharap diberi jawaban mengapa tiba-tiba dia bisa berada di sini dengan keadaan sehat kembali. Namun, sayangnya tak ada siapa pun selain dirinya sendiri di sini.

Dengan keberanian tak seberapa bocah tersebut, pada akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari kamar itu.

Akan tetapi, nyali Heggie langsung menciut saat membuka pintu dan mendapati pemandangan koridor istana yang amat panjang dengan banyak lilin terpajang pada dindingnya. Tak lupa, terdapat balutan karpet merah dan banyak sekali penjaga menapak di sepanjang lantai tempat tersebut. Kabut gugup juga canggung sontak menguasai diri bocah itu.

Namun, kabut itu tersibak begitu saja ketika tangan seorang lelaki berkepala botak, mata sipit, dan berpakaian seperti seorang anggota kerajaan menepuk bahu Heggie dari samping. Sepertinya dia merupakan penghuni kerajaan ini.

Orang itu tersenyum. “Perkenalkan, namaku Gluttoni,” katanya tanpa basa-basi. “Bagaimana kalau kita melanjutkan perkenalan ini sambil sarapan di balkon? Aku tahu kamu pasti sedang sangat lapar sebab belum makan.”

Heggie baru teringat dengan kekosongan perutnya ketika mendengar ajakan laki-laki bernama Gluttoni itu. Mengangguklah dia karenanya. Pun, siapa tahu lelaki tersebut mengetahui alasan mengapa dia bisa tiba-tiba terbangun di sini.

***

Setelah mengambil beberapa langkah tanpa pembicaraan sedikit pun, mereka akhirnya sampai di tempat tujuan. Heggie langsung duduk di salah satu dari dua kursi yang berhadapan namun dihalangi oleh meja berisi lumayan banyak makanan serta minuman. Sementara Gluttoni, dia memilih untuk mengambil satu buah roti tawar di meja dan mengolesinya dengan selai sambil berkata, “Aku adalah tangan kanan Baginda Vlurk.

“Aku merupakan salah satu orang kepercayaan Baginda yang mengelola keuangan juga taktik berperang negara.” Gluttoni menaruh roti tadi ke piring kosong pada hadapan Heggie dan beralih mengisi sebuah cangkir menggunakan teh hangat dengan asap mengepul. “Aku pula yang menanggulangi finansial Greenhorn di tengah krisis ekonomi dunia,” lanjutnya sambil menaruh cangkir tadi ke hadapan Heggie.

Sementara itu, bocah laki-laki tersebut meresapi kata demi kata yang keluar melalui mulut Gluttoni sambil menikmati roti pemberiannya hingga kemudian teringat sesuatu dan lantas menuturkannya. “Kata nenekku, ibuku adalah seorang Tangan Kiri Raj—”

FORGOTTEN VALLHALLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang