18.|Athéna Et La Mort|

128 19 5
                                    

Kayaknya sebagian dari kalian lebih suka jadi Silent Reader deh... Komentar chap sebelumnya aja sepi banget gak ada yang nyemangatin buat up lagi atau apa lah... Vote loh... Gratis, gak dipungut biaya, Apa sih susahnya cuma tekan pojok kiri bawah. Ciri-ciri pembaca tidak menghargai penulis.

Jadi makin males ngetiknya, kalian aja gak ngehargai karya aku.

Kakau aja masih sepi mungkin aku akan hapus cerita ini deh. Atau emang cerjtaku yang kurang memuaskan?...

Maaf kalo banyak typo.

🅗🅐🅟🅟🅨 🅡🅔🅐🅓🅘🅝🅖

Pagi ini sama seperti pagi biasanya yang membuat anak-anak sekolah malas bersekolah karena hujan. Tentu saja sangat malas, saat baju dan tas basah saat terkena air membuat mereka malas kecuali yang memakai mobil pasti hanya basah saat masuk gerbang sekolah saja berbeda dengan Gerhana dirinya menggunakan mobil hanya saat motor kesayangannya masuk bengkel atau sedang perbaikkan.

Entah itu hujan, panas ataupun itu, selain dirinya masih bisa mengendarai motor hasil kerja kerasnya sendiri pasti dia menggunakan motornya dibanding mobil milik Ayahnya. Bukan tidak menghargai tetapi Gerhana sangat menyukai hal yang berbau hasil kerja keras sendiri hingga Gerhana sangat menghargai hasilnya sendiri entah itu memuaskan agaupun tidak.

Gerhana mengambil tas-nya yang terdapat disofa samping adiknya.

"Abang yakin gak mau berangkat naik mobil?. Hujannya masih lebat" ujar Mentari.

"Ikut sama Ayah aja kalau malas nyetir" ujar Ayahnya. Mikechellon Awanna Holgouse yang kini tengah turun melewati tangga setelah mengambil dokumen yang tertinggal.

(Waktu di flashback kemarin aku malah ambil nama Awan bukan Mike padahal diawal-awal Chap itu nama Ayah gerhana aku pakenya Mike. Oke aku revisi kapan-kapan)

"Entaran aja nunggu hujan reda" ujar Gerhana lalu duduk disamping Kejora yang masih asik makan disuapi oleh Mentari karena tangannya sibuk mengerjakan matematika karena lupa tidak mengerjakan. Mungkin jika murid lain lupa mengerjakan akan dikerjakan disekolah tetapi tidak dengan Kejora saat merasakan masih ada waktu untuk mengerjakan walaupun tidak sampai selesai lalu lanjut disekolah.

"Kenapa gak ada yah?" Gerhana melirikkan matanya kearah buku tulis yang digunakan Kejora untuk mengerjakan soalnya. Bisa dibilang cara mengerjakan Kejora itu simpel dan cepat tetapi kadang cara menghitungnya salah membuat Kejora sering terjebak dipelajaran matematika.

"Coba cari akar pangkatnya terus dikali 2 hasil akar pangkat awal dan kedua dibagi dengan selisih hasil antara daerah y dan x" ucap Gerhana membuat Kejora menoleh dan berkedip tanda tidak memahami perkataan Abangnya.

Gerhana meraih buku tulis Kejora dan menulis rumus cara mengerjakan soal dari awal hingga akhir dengan cukup jelas tetapi terlihat simpel dan mudah untuk dimengerti. Setelah selesai dirinya menyerahkan buku tulisnya kepada Kejora.

"Nomor 3 sama 7 salah. Untuk nomor 3 seharusnya kamu cari hasil X satu dan dua baru bilangan yang ada dikalikan semua. Bukan cuma bilangan yang tertulis saja, terus yang nomor 7 kamu hitung yang benar bagian akhirnya" ujar Gerhana membuat Kejora melemaskan bahunya.

"Abang, bisa tukaran otak aja gak? Waktu mapel Matematika sama ulangan matematika aja aku udah seneng banget kalo bisa" keluh Kejora.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Athéna Et La MortTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang